Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Banyak Jalan Menuju Ring Satu

Staf khusus sudah lama dikenal Presiden. Dibawa orang-orang dekat SBY.

25 Oktober 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FOTO Gunung Anak Krakatau memuntahkan lahar panas menyambut di pintu masuk kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief. Foto Anak Krakatau dengan pose sedang terbatuk, mengepul­kan asap hitam yang membubung ting­gi, dipasang di ruangan pribadinya.

Foto yang dicetak sedepa itu mene­mani Andi menerima laporan dari stafnya tentang antisipasi letusan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. ”Kalau dilihat kondisinya,­ secara teori kemungkinan besar mele­tus,” kata Andi, Jumat pekan lalu. ”Dari­pada dibilang pemerintah lamban lagi, lebih baik siap-siap dari sekarang.”

Hampir setahun sudah Andi, 40 tahun, berkantor di bekas gedung Dewan Pertimbangan Agung yang masuk kompleks Istana Presiden tersebut. Andi bu­tuh lima tahun untuk masuk ke Ring Sa­tu. Padahal telah lama ia kenal Yudhoyono.

Mundur sekitar 15 tahun lalu, pria asal Bandar Lampung ini hidupnya ber­kelindan dengan Yudhoyono. Saat itu mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Gadjah Mada ini jadi Ketua Umum Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi, yang jadi embrio Partai Rakyat Demokratik.

Andi juga penggiat Komite Penegak Hak Politik Mahasiswa, yang lebih beken dengan singkatannya: Tegaklima. Dua staf khusus presiden lainnya, Velix Wanggai dan Denny Indrayana, juga aktif di Tegaklima.

Teman-teman satu almamater bercerita, Andi salah satu mahasiswa yang kerap diundang berdiskusi di markas Korem Pamungkas Yogyakarta. Tuan ru­mah pertemuan itu tak lain Yudho­yono, yang jadi Komandan Resor Militer.

Tenggelam setelah ribut-ribut Partai Rakyat Demokratik pada pertengahan 1996, Andi muncul kembali enam tahun lalu sebagai Sekretaris Jenderal Jaringan Nusantara. Ini organisasi sayap Par­tai Demokrat di bawah komando Su­di Silalahi pada Pemilihan Presiden 2004.

Sukses mengantarkan Yudhoyono ke kursi presiden, Andi mulai masuk Ista­na. ”Saya jadi staf di rumah tangga­ kepresidenan,” kata Andi. Pada November tahun lalu posisinya naik lagi jadi staf khusus.

Menurut banyak sumber, profil orang seperti Andi itulah yang jadi staf khusus presiden. ”Rata-rata pernah kenal de­ngan Yudhoyono di masa lalu dan akrab dengan orang-orang dekatnya,” ka­ta seorang sumber di kalangan Istana.

Malah, menurut sumber itu, Andi yang mengusulkan Velix Wanggai mengisi staf khusus bidang otonomi daerah. Saat itu Yudhoyono yang ingin membentuk tim pelangi tengah mencari staf berdarah Papua. Kepada Sudi, Andi menyebut nama karib lamanya yang kelahiran Jayapura dan disertasi doktornya tentang otonomi daerah, klop dengan posisi yang masih lowong.

Velix bercerita, menjelang pemilihan staf khusus, ia sering bertemu dengan Andi Mallarangeng dan Sudi Silalahi.­ ”Proses di dalam saya tidak tahu, tapi Pak Sudi yang banyak mengontak saya,” ujarnya.

Namun, jauh sebelum itu, Velix mengaku sudah sering berhubungan dengan Yudhoyono ketika ia menjadi Presiden Persatuan Pelajar Indonesia se-Australia pada 2004 hingga 2006. Pada tahun-tahun itu putra bungsu Yudhoyono, Edhie Baskoro, juga kuliah di sana.

Namun Andi membantah ia menjadi titipan Sudi, apalagi sampai menyodorkan nama. ”Jangan sekali-kali mengusulkan nama ke Presiden,” ujarnya. ”Besoknya pasti dipecat!”

Lain lagi cerita Jusuf. Staf khusus bidang ketahanan pangan dan energi ini bersama adiknya, Kasan Gunawan, dikenal sebagai pemilik PT Jangkar Nu­santara Megah, perusahaan yang memproduksi ransum tentara. Sebelum diangkat jadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Laksamana (Purn.) Widodo A.S. tercatat sebagai komisaris perusahaan tersebut.

Dalam situs resmi Perserikatan Bang­sa-Bangsa, Jangkar Nusantara membanggakan pengalamannya memasok makanan halal bagi tentara Indonesia yang bergabung dalam pasukan perdamaian PBB. Pasukan Garuda yang pernah mencicipinya antara lain konti­ngen yang bertugas di Bosnia di bawah komando Brigadir Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono.

Sumber lain bercerita, Jusuf juga dekat dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu. Ia banyak membantu program Indonesia Pintar, yang digagas Ani Yudhoyono.

Adapun hubungan Yudhoyono de­ngan­­ staf khusus bidang komunikasi po­li­­tik Daniel Sparringa mulai bersemi sejak sosiolog Universitas Airlangga itu ku­liah di Australia. ”Saya ketemu waktu­ SBY masih berpangkat kolonel,” kata Daniel.

Konon, Daniel ikut mengajarkan olah bahasa tubuh menjelang Pemilihan Umum 2004. ”Daniel waktu itu sempat ditawari jadi staf khusus tapi menolak,” ujar orang dekat Daniel.

Tak menyerah, Yudhoyono mencoba lagi membujuk Daniel lewat Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto. Kali ini Daniel menyambut pinangan Presiden.

Setelah nama-nama dikantongi, akhir November tahun lalu Presiden Yudhoyono memboyong mereka ke Istana Cipanas, Jawa Barat. Saat itu ia memberi tahu bahwa para calon staf khusus sengaja dipilih dari orang-orang yang dikenal agar bisa sepaham dan satu visi. ”Kita ini nantinya akan seperti satu keluarga,” kata Velix Wanggai, menirukan Yudhoyono.

Oktamandjaya Wiguna, Dwidjo U. Maksum

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus