Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Beda Beban Halte Transjakarta

Beberapa halte Transjakarta di koridor utama berukuran kecil dan minim fasilitas. Perlu sejumlah perbaikan agar penumpang lebih nyaman.

21 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Calon penumpang menunggu Bus Transjakarta jurususan Pinang Ranti - Pluit di halte busway Gatot Subroto, Jakarta. Dok. TEMPO/ Eko Siswono Toyudho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Transjakarta akan merevitalisasi 46 halte pada tahun ini.

  • Halte Transjakarta akan diubah menyerupai Halte Harmoni Central.

  • Desain halte akan memungkinkan beberapa bus di koridor berbeda berhenti pada saat bersamaan.

JAKARTA – Sebagian besar halte Transjakarta yang berada di sepanjang Jalan M.T. Haryono dan Jalan Gatot Subroto hanya memiliki lebar sekitar 2 meter. Ruang tunggu bus yang berbentuk lorong panjang ini pun hanya memiliki satu tempat duduk berkapasitas dua orang di pojok ruangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Halte Gatot Subroto Jamsostek, misalnya. Halte ini hanya memiliki satu akses, sehingga penumpang yang akan keluar-masuk harus melalui pintu putar secara bergantian. Padahal halte itu digunakan untuk dua koridor bus rapid transit (BRT), yaitu Pinangranti-Pluit dan PGC-Grogol. Selain itu, halte ini menjadi tempat menunggu penumpang trayek non-BRT rute Blok M-Stasiun Manggarai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut petugas Transjakarta, halte ini sudah memadai untuk melayani pengguna Transjakarta di jalur itu. “Halte ini nyaris tak pernah mencapai batas maksimal kapasitas,” kata petugas yang tidak bersedia disebut namanya itu. Halte Gatot Subroto Jamsostek memang cukup jauh dari kawasan perkantoran. Jadi, tidak mengherankan jika penumpang yang naik dan turun di halte itu tidak padat. “Pada hari kerja pun sedikit, (penumpang) lebih banyak yang (naik dan turun) di Halte LIPI atau Kuningan.”

Dwi Fitriani, penumpang Transjakarta, mengatakan lebih sering menggunakan Halte Pancoran Barat untuk perjalanan pulang ke Cakung, Jakarta Timur. Pegawai swasta berusia 30 tahun ini memilih menunggu armada BRT nomor 6M yang mengantarnya ke Stasiun Manggarai. Dia kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan kereta Commuterline Jabodetabek.

Dwi menilai kondisi halte yang kecil masih cukup nyaman ketika antrean penumpang juga sedikit. Biasanya, antren itu terlihat pada jam pulang kerja. Penumpang terpaksa berdiri menunggu bus yang melaju dengan kecepatan rendah karena terhadang kemacetan. “Biasanya 30 menit, tapi seringnya lebih dari itu,” kata dia. “Kursi kan cuma satu, jadi hanya bisa berdiri menunggu.”

Di sepanjang Jalan Gatot Subroto dan M.T. Haryono, halte yang ukurannya cukup besar berada di persimpangan jalan, seperti Kuningan Barat dan Tugu Pancoran. Sedangkan halte lainnya berukuran kecil, dengan dua atau tiga pintu kaca sebagai jalur masuk ke bus.

Sebelum pandemi Covid-19 merebak, Halte BNN pernah menjadi lokasi paling padat. Halte berukuran kecil yang berada di percabangan Jalan Interchange Cawang Jakarta tersebut kerap dipenuhi puluhan penumpang. Halte dengan lebar 2 meter itu melayani konsumen di kedua sisinya.

Pada sisi utara, menuju Jalan D.I. Panjaitan, halte ini menjadi tempat menunggu penumpang bus Transjakarta tujuan PGC, Pinangranti, dan Rambutan. Sedangkan di sisi selatan, menuju Jalan Halim Perdanakusuma, terdapat antrean puluhan calon penumpang rute Bekasi Timur dan Bekasi Barat. “Saat ini sepi karena pintu (selatan) kami tutup,” kata petugas Transjakarta di lokasi itu. “Transjakarta rute ke Bekasi sementara dinonaktifkan.”

Sejumlah bus Transjakarta antre di Halte Harmoni Central, Jakarta, 29 Desember 2020. TEMPO/Nita Dian

PT Transjakarta tahun ini berencana merevitalisasi 46 halte. Proyek yang memakan dana Rp 600 miliar dari kas perusahaan ini akan dimulai pada April 2022. Direktur Utama Transjakarta, Mochammad Yana Aditya, tidak membeberkan lokasi-lokasi halte yang akan menjadi target pemugaran. Dia hanya mengatakan revitalisasi akan mengubah halte-halte lama serupa dengan Halte Harmoni Central. “Jadi lebih panjang. Bisa lebih banyak bus yang berhenti dalam waktu yang sama. Lebih cepat (headway),” kata dia.

Sebelumnya, badan usaha milik daerah (BUMD) Jakarta ini memang berencana menambah beberapa fasilitas di halte bus Transjakarta, seperti toilet dan musala. Hingga saat ini, tercatat baru lima halte yang memiliki dua fasilitas tersebut, yaitu Halte Glodok, Monas, Karet, Tendean, dan Patra Kuningan.

Petugas di Halte Transjakarta Tendean, Algamar, mengatakan penumpang yang menggunakan Koridor 13 (Dukuh Atas-Puri Beta Ciledug) sangat terbantu oleh dua fasilitas tersebut. Banyak penumpang yang bisa menggunakan waktu menunggu bus dengan beribadah atau keperluan toilet. “Sehari itu bisa puluhan yang menggunakan. Namun, karena hanya bisa maksimal dua orang, kami atur (penggunaannya),” kata Algamar.

FRANSISCO ROSARIANS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus