Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya pemalsuan pelumas membuat Evalube, salah satu produsen pelumas lokal memiliki strategi tersendiri. Saat ini, banyak pelumas lokal maupun impor menjadi sasaran pemalsuan. Evalube membekali botol pelumas dengan tanda khusus untuk bisa membedakan dengan kemasan palsu.
Baca Juga: Evalube Luncurkan Pelumas Motorsport dan Matik, Simak Harganya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kemasan Evalube dari pakaging sendiri ada tanda khususnya. Label diisi dengan teknologi sidik jari, jika ada kemasan kita lihat ternyata tidak ada sidik jarinya maka bukan Evalube. Kita akan analisa sampel sidik jari," kata Marketing Manager Evalube lvan Rastianto di kantornya, Selasa 28 Mei 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika dilihat dari produk pelumas, Ivan mengatakan sulit untuk membedakan dengan model palsu karena cairannya sama-sama bening. "Mungkin secara durability, penggunaan pelumas palsu akan cepat drop. Mungkin setelah dipakai 5.000 km drop atau bahkan bisa langsung merusak mesin," ucapnya.
Ia menyarankan konsumen membeli di toko yang sudah terpercaya. Ivan mengatakan Evalube dijual di bengkel umum yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total 16.000 gerai.
Baca Juga: Pelumas Mobil Evalube Raih Penghargaan WOW Brand 2019
Kasus pemalsuan pelumas ini tidak hanya bisa merugikan yang menggerus penjualan namun bisa merusak kepercayaan konsumen. Sehingga, pemerintah menyiapkan jeratan bagi pelaku pemalsuan. Berdasarkan UU No 20 tahun 2016, produsen dapat terjerat pelanggaran apabila terbukti mengeluarkan barang palsu dengan ancaman maksimal lima tahun penjara dan denda paling banyak Rp 1 miliar. Sedangkan pasal 480 KUHP mengenai Tindak Penadahan mengancam pengguna barang palsu dengan penjara maksimal 4 tahun.