Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bekas Kota Debu

Proyek penghijauan di Maumere, Flores berhasil mendapatkan predikat juara I untuk penghijauan tingkat nasional pada tahun 1980. Para investor belum tertarik.

12 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIAPIT tiga buah gunung menghadap Laut Flores, kota kecil Maumcre sedang berbenah. Sehingga anggota DPR Laurentius Say yang bulan Juli lalu pulang ke kota itu, cukup kaget. Banyak .perubahan dilihatnya. Kota yang pernah rnendapat julukan 'kota debu' ini sekarang bersih. Di mana-mana tampak hijau. Topografi Maumere yang serba kering, berbukit dan berbatu, sebelumnya membuat tanaman enggan hidup, terutama di musim kemarau. Begitu pula, banyak sungai yang tak berair, kering kerontang. Hampir 100 tahun lamanya keadaan ini berlalu. Keadaan inilah yang membuat Bupati Sikka, Drs. D.W. Palle, 42 tahun, tergerak. sukit-bukit ditanami lamtoro gung, jambu mete, dengan sistem terasering. Pegawai negeri yang "terikat disiplin Korpri" dikerahkan menanami sudut-sudut kota dengan berbagai jenis tanaman. Hasilnya, pada 1980 lalu Kabupaten Sikka berikut ibukotanya Kota Maumere, mendapat predikat Juara I untuk penghijauan tingkat nasional. Kota ini menjadi sejuk. Sungai yang semula mati sekarang dengan lancar mengalirkan air ke laut. Menteri PYLH, Emil Salim yang terkesan dengan penghijauan ini menghadiahkan sebuah jalan aspal sepanjang kurang lebih 10 km di Kecamatan Lela. Air minum yang biasanya merepotkan juga kini sudah teratasi. Sebuah sunai di daerah Puang, 12 km dari Maumere dibendung. Dengan debit air 60 liter/detik, cukup mampu menghidupi 30.000 jiwa penduduk kota itu. "Untuk kurun waktu 10 sampai dengan 20 tahun penduduk tak kekurangan air lagi," kata D.W. Palle putra tunggal pensiunan guru SD di Maumere itu. Rencana induk pun dibuat lengkap dengan detail plan-nya untuk 50 tahun dan sudah disahkan Menteri Dalam Negeri. Yang menjadi prioritas utama dalam rencana induk itu adalah membuat parit-parit dalam kota. Sebab Maumere yang luasnya 76,39 km2, terletak di tanah datar ini, sebelumnya selalu kering di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan. Dengan parit-parit itu diharapkan air dapat dikendalikan. Yang kini dirasakan sulit, adalah menarik pengusaha menanamkan modal di Maumere. Pelabuhan Udara Waioti yang bisa didarati F-27 atau pelabuhan lautnya terbesar untuk ukuran NTT dipandang belum mampu mengimbangi laju pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus