DIAPIT tiga buah gunung menghadap Laut Flores, kota kecil
Maumcre sedang berbenah. Sehingga anggota DPR Laurentius Say
yang bulan Juli lalu pulang ke kota itu, cukup kaget. Banyak
.perubahan dilihatnya. Kota yang pernah rnendapat julukan 'kota
debu' ini sekarang bersih. Di mana-mana tampak hijau.
Topografi Maumere yang serba kering, berbukit dan berbatu,
sebelumnya membuat tanaman enggan hidup, terutama di musim
kemarau. Begitu pula, banyak sungai yang tak berair, kering
kerontang. Hampir 100 tahun lamanya keadaan ini berlalu.
Keadaan inilah yang membuat Bupati Sikka, Drs. D.W. Palle, 42
tahun, tergerak. sukit-bukit ditanami lamtoro gung, jambu mete,
dengan sistem terasering. Pegawai negeri yang "terikat disiplin
Korpri" dikerahkan menanami sudut-sudut kota dengan berbagai
jenis tanaman.
Hasilnya, pada 1980 lalu Kabupaten Sikka berikut ibukotanya Kota
Maumere, mendapat predikat Juara I untuk penghijauan tingkat
nasional. Kota ini menjadi sejuk. Sungai yang semula mati
sekarang dengan lancar mengalirkan air ke laut. Menteri PYLH,
Emil Salim yang terkesan dengan penghijauan ini menghadiahkan
sebuah jalan aspal sepanjang kurang lebih 10 km di Kecamatan
Lela.
Air minum yang biasanya merepotkan juga kini sudah teratasi.
Sebuah sunai di daerah Puang, 12 km dari Maumere dibendung.
Dengan debit air 60 liter/detik, cukup mampu menghidupi 30.000
jiwa penduduk kota itu. "Untuk kurun waktu 10 sampai dengan 20
tahun penduduk tak kekurangan air lagi," kata D.W. Palle putra
tunggal pensiunan guru SD di Maumere itu.
Rencana induk pun dibuat lengkap dengan detail plan-nya untuk 50
tahun dan sudah disahkan Menteri Dalam Negeri. Yang menjadi
prioritas utama dalam rencana induk itu adalah membuat
parit-parit dalam kota. Sebab Maumere yang luasnya 76,39 km2,
terletak di tanah datar ini, sebelumnya selalu kering di musim
kemarau dan kebanjiran di musim hujan. Dengan parit-parit itu
diharapkan air dapat dikendalikan.
Yang kini dirasakan sulit, adalah menarik pengusaha menanamkan
modal di Maumere. Pelabuhan Udara Waioti yang bisa didarati F-27
atau pelabuhan lautnya terbesar untuk ukuran NTT dipandang belum
mampu mengimbangi laju pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat di
sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini