Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paskah Suzetta Bukan Hasil Dagang Sapi
Karier politik Paskah Suzetta melejit bersama kesuksesan usahanya. Politisi Partai Golkar ini didapuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Lahir di Bandung pada 6 April 1953, Paskah merintis bisnis dan politik sejak usia muda. Ia memiliki sejumlah perusahaan properti. Pernah menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah Real Estate Indonesia Provinsi Jawa Barat.
Karier politiknya pun lurus-lurus saja. Ia aktif di Kosgoro, organisasi yang berafiliasi ke Golkar, sejak usia muda, dan menjadi ketua umum organisasi ini di Jawa Barat pada 1992-1997. Kosgorolah yang mengantarnya ke Golkar, lalu ke Senayan sebagai wakil rakyat sejak 1992. Sebelum menjadi menteri, ia memegang jabatan Ketua Komisi Keuangan dan Perbankan di legislatif. Hingga kini ia masih tercatat sebagai Wakil Bendahara Umum Partai Golkar.
Berpolitik sembari berbisnis memang membuatnya rawan syak wasangka. Paskah pernah diberitakan menjadi pemegang saham Dipasena, tambak udang raksasa bekas milik taipan Sjamsul Nursalim, yang dibelit utang. Paskah disebut-sebut masuk ke perusahaan itu lewat jaringan politiknya. Sukses bisnisnya disebut-sebut banyak ditopang jejaring politik. Kepada Tempo Paskah membantah memiliki saham di tambak udang raksasa itu. ”Kata siapa? Nggaklah. Dijual saja belum,” katanya. Ia juga membantah bahwa tambak itu bakal menjadi kasir partainya. Ia bilang, ”Untung saja belum. Malah rugi terus.”
Jeli menghitung untung-rugi memang merupakan ”makanan” pengusaha macam Paskah. Itu sebabnya banyak yang menilai magister hukum dari Universitas Padjadjaran, Bandung, ini salah kamar. Bappenas adalah lembaga yang lebih banyak berpikir daripada menghitung untung-rugi.
Semula banyak yang menduga, sesuai dengan bakat dagangnya, Paskah akan menempati posisi Menteri Perindustrian. Ia memang sempat merasa ragu. Tapi sudah bulat tekadnya, ”Menjadikan Bappenas sebagai dapur perencana pembangunan.”
Sejumlah kalangan menuding masuknya Paskah ke kabinet sebagai bagian dari politik dagang sapi. Pada hari-hari terakhir reshuffle nama Paskah Suzetta belum beredar. Tapi, karena Aburizal Bakrie dari Partai Golkar harus lengser dari Menteri Koordinator Perekonomian untuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Golkar meminta tambahan satu kursi lagi. Paskah sendiri mengaku ditelepon Presiden pukul tiga sore, cuma empat jam sebelum pergantian menteri diumumkan. Paskah membantah soal dagang sapi ini. ”Presiden langsung menunjuk saya. Ia telah melihat track record saya,” katanya.
Erman Suparno Anak Purworejo Jadi Menteri
Menteri yang satu ini juga bekas bendahara. Masuk kabinet atas sokongan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai yang sudah digelutinya sejak 1999. Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PKB, mengaku menyodorkan nama Erman ke Istana, ”Karena dia punya kemampuan memimpin yang bagus.” Erman beruntung. Sebab, Presiden Yudhoyono setuju. Pada 7 Desember lalu, ia dilantik menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Masuknya Erman ke jajaran kabinet juga menunjukkan kemenangan kubu Abdurrahman Wahid, yang disapa Gus Dur, dalam perebutan pengaruh politik di Istana. PKB memang telah pecah. Kubu Alwi Shihab di satu sisi dengan barisan Muhaimin Iskandar yang disokong Gus Dur. Erman berasal dari barisan Muhaimin. Banyak yang menyebut bahwa Alwi Shihab terpental dari kabinet karena Presiden Yudhoyono hendak mengakomodasi barisan Gus Dur.
Lahir di Purworejo pada 20 Maret 1950 dari keluarga Nahdlatul Ulama yang saleh, Erman sangat menghargai pendidikan. Ia menyelesaikan insinyur teknik sipil di Universitas Muslim Indonesia, dan menggondol magister manajemen dari Institute Management of Newport University, Amerika Serikat. Sejak remaja ia sudah aktif di NU.
Dari Purworejo itu pula ia merintis karier politiknya. Ia pernah menjabat Ketua Dewan Pakar Lembaga NU Ekonomi PKB Kabupaten Purworejo. Dari posisi inilah ia meluncur ke Senayan pada 1999. Dan di sana kariernya berkibar. Selain sebagai Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa, Erman juga memegang jabatan bendahara dewan pimpinan partai yang sama.
Erman masuk Departemen Tenaga Kerja pada masa yang sulit. Harga minyak tinggi, inflasi meroket, hingga diramalkan banyak perusahaan jatuh bangkrut. Dia akan berhadapan dengan unjuk rasa ratusan ribu buruh yang terancam periuk nasinya. Erman memang belum teruji menengahi konflik. Tapi ia mengaku sudah menyiapkan sejumlah resep jitu membereskan masalah tenaga kerja di Indonesia. Sebagai nahdliyin, mungkin ia sudah terbiasa mengatur islah.
Wenseslaus Manggut, Sunariah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo