Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berebut Lama

11 Maret 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tibet atau ?Tanah Bersalju? adalah kawasan penuh mantra para dewa. Lembah di kaki pegunungan pencakar langit dunia itu tidak saja berpenghuni beruang salju, kuda liar, serta suku purba yang ateis dan kanibal, tapi juga manusia-manusia suci: para Lama. Sejak dulu, wilayah ini berada dalam kekuasaan kerajaan-kerajaan Tiongkok atau Mongolia. Pangeran-pangeran Mongol mengangkat dan memberi gelar kepada para Lama. Dalai Lama yang pertama, memiliki nama asli Gedun Truppa, berkuasa di Tibet pada 1391-1475. Dalai adalah gelar yang diberikan oleh pangeran Mongol, artinya ?lautan?. Dia berasal dari sekte Gelugpa atau Topi Kuning. Pangeran-pangeran Mongol melakukan itu hingga pertengahan abad ke-17, ketika kekaisaran Cina mengembangkan sayap dan mencaplok kawasan itu. Dan kini giliran kaisar-kaisar Cina yang mengangkat para Lama. Tidak ada konfirmasi kebenaran bahwa Dalai Lama adalah pemuka agama yang menjadi pelayan kekaisaran Mongol dan Cina. Tapi, yang pasti, Lama adalah pemimpin agama Buddha Tibet yang estafet kepemimpinannya ditentukan berdasar reinkarnasi. Dalai Lama yang kini hidup dan berkuasa atas pemerintahan Tibet di pengasingan adalah Dalai Lama ke-14. Nama aslinya Tenzin Gyatso. Dia lahir di sebuah desa kecil Takster, di Provinsi Amdo, Tibet, pada 6 Juli 1935. Gyatso lahir dua tahun setelah Dalai Lama sebelumnya wafat. Ketika Gyatso berusia dua tahun, serombongan Lama dari Lhasa datang berkunjung ke rumah orang tua Gyatso. Setelah melalui serangkaian tes, para pemuka agama itu yakin bahwa Gyatso adalah Bodhisattva atau sumber dari rasa kasih. Lalu, bocah Gyatso diboyong ke Lhasa pada usia empat tahun dan diberi mahkota singa. Gyatso tinggal di Istana Potala?tempat tinggal delapan Dalai Lama sebelumnya, yang terletak di atas bukit tengah Kota Lhasa. Gyatso menghabiskan hari-harinya sebagai Lama dengan belajar metafisika dan filsafat agama, serta sangat jarang keluar dari kamar. Setiap musim panas, dia dan keluarganya bisa bersantai di Istana Norbulingka. Saat itulah Gyatso bisa mengembangkan hobinya di bidang mekanika. ?Dalam kesederhanaan dan kemiskinan, di antara gunung-gunung ini, mungkin terdapat kedamaian jiwa yang jauh lebih berarti dibanding kehidupan di kota-kota lain,? kata Gyatso pada saat itu. Tapi, semuanya berubah ketika tentara Cina menyerbu Tibet pada 1949. Tibet hancur. Pada 1989, tercatat sekitar 1,2 juta jiwa atau seperenam penduduk Tibet terbunuh. Rakyat Tibet dan pemuka agama meminta Dalai Lama meninggalkan negeri untuk menyelamatkan diri. Tapi, Tibet masih memiliki Lama tataran berikutnya, yaitu Panchen Lama. Rakyat Tibet percaya bahwa Panchen Lama itu ibarat bulan dan Dalai Lama sebagai matahari. Berbeda dengan Dalai Lama, yang ?diciptakan? oleh bangsawan Mongol, Panchen Lama ?ditemukan? oleh seorang pangeran Manchuria. Para pemimpin agama Panchen, yang pertama kali muncul pada abad ke-12 (lebih tua dari Dalai Lama), dipakai oleh para bangsawan Manchu untuk menandingi pengaruh Dalai Lama. Panchen Lama memiliki otoritas luas sebagai pemimpin agama dan secara turun-temurun tinggal di Vihara Shigatse, Lhasa bagian barat. Tidak ada persaingan antara Dalai dan Panchen. Di antara mereka saling mengajarkan Buddha. Sejarah berulang setelah Cina menaklukkan Tibet. Pemerintahan Partai Komunis Cina kembali memanfaatkan figur Panchen Lama sebagai sumber legitimasi atas rakyat Tibet, terutama setelah Dalai Lama meninggalkan Tibet. Tapi, persoalannya tidak semudah itu. Lama bukanlah manusia yang bisa diatur penguasa. Panchen Lama ke-10, pada 1982, mengeluarkan petisi atas tindakan Mao Zedong yang merusak kepercayaan Buddha di Tibet dan menyebabkan kelaparan. Alhasil, Panchen itu ditahan dan meninggal di penjara pada 1989. Pada 1995, Dalai Lama (Gyatso) mendapat wangsit dan mengangkat Gendun Choekyi Nyuna, yang berusia enam tahun, sebagai Panchen Lama ke-11. Sekitar Mei, Gendun dan keluarganya menghilang begitu saja. Lalu, pemerintah Cina tiba-tiba membuat pernyataan pada akhir 1995 bahwa ?anak laki-laki itu sudah berada di tempat yang semestinya.? Panchen Lama, menurut pemerintah Cina, dalam keadaan baik dan disembunyikan dari aktivis anti-Cina di Tibet. Selain ?melindungi? Panchen Lama, pemerintah Cina juga membuat dokumen lengkap tentang tanda-tanda, proses penemuan, dan keabsahan reinkarnasi Panchen Lama. Gendun diberitakan sangat berterima kasih kepada Partai Komunis Cina dan berjanji belajar keras untuk menjadi patriot dan penganut Buddha.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus