YUNGCHEN LHAMO namanya. Penyanyi perempuan dengan rambut panjang sepinggul itu tak pernah mau menggunakan pengeras suara. Dia lebih suka menumpangkan getaran suaranya pada angin yang berembus. Suaranya bening, mengalun mengikuti perginya angin. Itulah mengapa lagu-lagu yang dilantunkannya?tentang keindahan Tibet, keluhuran para Lama, dan doa-doa Buddha?selalu menyentuh jiwa pendengarnya, meskipun mereka tidak mengerti bahasa Tibet.
Sebagai pengungsi politik, Lhamo sering tampil di festival-festival rakyat yang diselenggarakan di berbagai negara untuk melantunkan lagu-lagu Tibet. Lhamo juga membuat rekaman yang hasilnya dia sumbangkan untuk perjuangan kemerdekaan negerinya dari cengkeraman Republik Rakyat Cina.
Dunia mengenal Tibet melalui sosok Lhamo yang anggun, di samping Dalai Lama yang menjanjikan kedamaian dan Himalaya yang magis.
Imaji tentang Tibet berkembang dari waktu ke waktu. Pada suatu masa, imperium Tibet, yang dikenal sebagai negara ?di atap dunia?, adalah kekaisaran tertua di Asia. Wilayahnya membentang dari Nepal, Bhutan, Myanmar bagian utara, Turkestan, Tibet, dan bagian barat Cina. Hingga saat ini, yang disebut wilayah Tibet itu sebenarnya memiliki irisan di Bhutan, Nepal, India, dan Tibet, yang dikuasai Cina.
Pada awal abad ke-20, karena Tibet terletak jauh dari pusat ?peradaban dunia? (Eropa), hanya orang-orang tertentu?seperti penjelajah dunia dan pamong praja kolonial?yang memiliki kesempatan melihat Tibet. Salah satu pelancong klasik adalah Orville Schell. Dia menulis buku Virtual Tibet, tentang bangsawan perempuan dari Inggris (1869) yang jatuh cinta pada keagungan Himalaya ?karena tidak ada pesta kebun, pesta pemakaman, pertemuan-pertemuan formal?.
Seorang petualang Inggris pada 1904 mengandaikan Himalaya seperti ?katedral tanpa batas?. Seorang pengembara Prancis di awal abad ke-20 melukiskan perjalanan ke Himalaya seperti ?menembus lapisan awan yang membawa berpindah dari neraka ke surga?.
Nah, ketika dunia makin tak mengenal batas, persepsi dan pengalaman tentang Tibet makin beragam. Terutama setelah Dalai Lama mendapat hadiah Nobel untuk Perdamaian (1989), dimensi pengenalan atas Tibet menjadi lebih luas. Publik mulai mengenal soal posisi penting Lama di Tibet, mengapa Dalai Lama harus pergi ke pengasingan, mengapa Panchen Lama diculik pemerintah Cina dan Karmapa Lama mengikuti jejak Dalai Lama.
Tibet juga dikenal dalam bentuk yang lebih pop, seperti Dalai Lama yang mengiklankan produk komputer dan para biksu yang memakai sepatu Nike. Bahkan, ada seorang penulis yang mencoba membandingkan Tibet dengan Holly Land, sebuah pelesetan untuk Hollywood, yang melukiskan bahwa proses pencarian spiritual para artis sama dengan pencarian spiritual Lama.
Sihir Tibet meluas. Ajaran Buddha para Lama menjadi alternatif kepercayaan, cara beragama, atau sebagai pencarian jiwa. Nama-nama seperti Richard Gere, Brad Pitt, Sharon Stone, ataupun Martin Scorsese adalah mereka yang terpukau eksotisme Tibet dan ajaran Dalai Lama. Richard Gere malah menjadi tenaga sukarela untuk kampanye Tibet merdeka. Martin Scorsese khusus membuat film Kundun, yang terinspirasi oleh pertemuannya dengan Dalai Lama. ?Saya tidak tahu. Pokoknya ada sesuatu di wajah Dalai Lama, sesuatu yang manis. Saya hanya tahu bahwa saya harus membuat film,? kata Scorsese, yang dibesarkan dalam tradisi Katolik ketat tapi mengaku tidak tergetar ketika bertemu Paus.
Terlepas dari semua imajinasi itu, dengan kamera close-up, kondisi Tibet juga bising. Angkutan umum dari Shigatse?daerah biara Panchen Lama?ke Lhasa, misalnya, berjejal dengan perempuan-perempuan berdandan tebal dari Sinchuan, pamongpraja Tibet yang berpakaian cokelat susu rapi, dan para biksu bersepatu kanvas. Kota Lhasa juga penuh dengan tempat-tempat hiburan malam seperti disko dan karaoke. Pemandangan yang begitu ?duniawi? itu masih ditambah dengan pulasan kemiskinan di mana-mana. Bila sudah demikian, Tibet sama sekali tidak tampak seperti sebuah tempat spiritual.
Menurut Schell, orang biasanya memang memiliki fantasi spiritual tentang Tibet. Namun, cara untuk melihat yang nyata adalah dengan menghancurkan ilusi itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini