Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berpelesir Menguak Legenda Urban

Para penggemar tempat-tempat mistis menjelajah hingga luar negeri.

19 Oktober 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Peserta Jakarta Mystical Tour mengunjungi Taman Langsat di Jakarta, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Telepon seluler Ananda Satria, 40 tahun, seperti tidak berhenti mendapatkan notifikasi dari aplikasi WhatsApp. Tiga hari setelah mempromosikan kegiatan Jakarta Mystical Tour yang mencantumkan namanya sebagai narahubung, teleponnya dihujani orang-orang yang ingin mendapat pengalaman mengunjungi lokasi yang dianggap angker.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Informasi mengenai Jakarta Mystical Tour diunggah di akun media sosial Biang Overlander-lembaga penyedia paket acara dan tur-pada 5 Oktober lalu. Tur ini kemudian menjadi pembicaraan warganet. Rata-rata orang yang tertarik mengikuti kegiatan tersebut adalah mereka yang penakut tapi memiliki rasa penasaran akan lokasi-lokasi itu. "Banyak yang mau ikut," kata Ananda Satria, bagian pengembangan produk operasional Biang Overlander, Selasa lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tur ini akan diadakan dalam tiga gelombang, yakni pada 18 Oktober, 1 November, dan 15 November 2019. Ini acara pertama bertema mistis yang diselenggarakan Biang Overlander. Sampai saat ini, peserta yang terdaftar untuk gelombang pertama sudah 45 orang. Para peminat wisata ini harus merogoh kocek sebesar Rp 350 ribu jika ingin merasakan pengalaman mengunjungi lokasi itu.

Rencananya, mereka akan menyambangi lokasi yang dianggap memiliki kisah mistis di Jakarta. Semisal Menara Saidah, Jembatan Ancol, rel kereta tempat terjadinya tragedi Bintaro pada 19 Oktober 1987, dan menguak kebenaran legenda suster ngesot di sebuah rumah sakit yang masih dirahasiakan lokasinya. Tur dimulai pukul 20.00 dan berakhir pada pukul 04.00 di Jembatan Ancol.

Menurut Ananda, paket wisata semacam itu belum banyak ditawarkan di Jakarta. Mereka mencoba menguak cerita mengenai lokasi-lokasi yang didatangi dari sisi sejarah dan budayanya. Tim Biang Overlander menyiapkan pemandu yang bisa menjelaskan sejarah setiap lokasi beserta kisah legenda urban di sana. "Kami ingin mengajak peserta mengetahui cerita legenda dari sisi sejarahnya. Lebih ke arah sejarah dan budaya."

Menurut dia, cerita mengenai legenda urban di Jakarta juga patut diketahui masyarakat ataupun para turis. "Juga membuktikan tempat-tempat ini tidak seperti yang digambarkan orang," ujarnya.

Ananda menekankan tidak akan melakukan ritual apa pun atau menyediakan paranormal selama tur berlangsung. Mereka percaya kehadiran mereka tidak mengganggu siapa pun di sana. "Kuncennya (juru kunci) saja tiap hari tidur di situ tidak apa-apa," ujarnya.

Dalam beberapa waktu terakhir memang segala hal berbau horor dan mistis kembali digemari masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya konten horor diproduksi, dari game, video YouTube, sampai film layar lebar. Para penggemar tur ke tempat-tempat mistis pun terus tumbuh dan tersebar di berbagai tempat. Bahkan ada yang membentuk komunitas.

TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Salah satu penggemar tur mistis ini adalah Andika Edwin, 28 tahun. Ia merogoh kocek sebesar 4,5 poundsterling untuk mengikuti tur di Lancaster Castle-sebuah kastil di Inggris yang dibangun pada abad ke-11 dan dipercaya menyimpan kisah misteri.

Kastil ini menjadi saksi beragam adegan dalam sejarah selama berabad-abad. Misalnya, persidangan orang-orang yang diduga penyihir, persekusi agama, bahkan 200 eksekusi pelaku kriminal, dari pembunuhan sampai pencurian hewan ternak. "Menurut pemandu tur, kuburan orang-orang Romawi yang kalah perang juga dijadikan fondasi kastil ini," kata Andika kepada Tempo, Rabu lalu.

Andika datang ke sana pada 2013, saat ia berstatus mahasiswa pascasarjana di salah satu universitas di Inggris. Kala itu, ia datang bersama seorang teman yang sama-sama berasal dari Indonesia. Ia mengaku hanya iseng dan penasaran akan apa yang ada di kastil tersebut.

Pria yang kini bekerja sebagai pengacara di Jakarta ini mendapat shift terakhir dari tur itu. Ia dan temannya bergabung dengan sepasang kekasih dan seorang perempuan berusia 40-an tahun. Mereka memulai tur pukul 5 sore waktu setempat.

Sampai pada sesi terakhir tur itu, Andika dan anggota rombongan lainnya diminta merasakan masuk ke dalam penjara masa lalu yang pintunya terbuat dari kayu tebal. Ketika pintu ditutup, tak ada setitik pun cahaya masuk ke dalam ruang penjara itu. Mereka berlima berada di sana selama lima menit. "Itu rasanya merinding, napas pun terasa takut. Berasa seperti diteror," ucap Andika.

Hal berkesan bagi Andika mengenai wisata mistis itu adalah tidak melulu menampilkan sisi mistisnya, tapi juga menceritakan sejarahnya. "Ternyata yang percaya hal mistis tidak hanya orang Indonesia, orang luar negeri juga ada."

Menyambangi lokasi mistis di luar negeri juga pernah dilakoni anggota Komunitas Semarangker, komunitas yang mewadahi pencinta jelajah ke tempat-tempat angker. Salah seorang anggota Semarangker, Saras Polce, bersama suami dan dua anaknya pernah berangkat ke Devil’s Hollow Park di Pennsylvania, Amerika Serikat. Lokasi ini memiliki legenda urban berupa penampakan hantu berwujud perempuan tua.

Awalnya, Saras dan keluarga bersama Pamuji Yuono-pendiri komunitas Semarangker-menjelajah tempat-tempat angker di Singapura. Setelah itu, Pamuji pulang ke Indonesia, sementara Saras melanjutkan penjelajahan ke Amerika. "Sebelum ke Singapura, saya sempat sepuluh hari menjelajah di Seoul, Korea," ujar Pamuji.

Komunitas ini juga pernah berpelesir ke tempat-tempat yang memiliki cerita mistis di Australia, Malaysia, Thailand, dan Singapura. "Biasanya kami berkoordinasi dengan para ghost hunter atau ghost adventurer," ucap Pamuji kepada Tempo, Selasa lalu.

Komunitas yang sudah berdiri pada 2007 ini awalnya menjelajahi berbagai lokasi yang dianggap mistis di Semarang. Namun kemudian berkembang juga ke daerah-daerah di sekitar Semarang, bahkan negara lain. Mereka melakukan penjelajahan 3-4 kali sepekan. Beberapa tempat yang pernah mereka datangi antara lain eks Hotel Sky Garden, Lawangsewu, dan TPU Bergota.

Selain itu, Semarangker membuat penjelajahan yang melibatkan masyarakat umum setahun sekali. Masyarakat yang berminat mengikuti penjelajahan mereka dikenai biaya Rp 25-75 ribu. Uang ini akan dikembalikan ke peserta dalam bentuk berbagai fasilitas, semisal makanan dan minuman. Biasanya mereka mengunggah informasi penjelajahan untuk umum di media sosial. Tak lupa mereka mengurus izin ke pemilik atau pengelola lokasi, kepolisian, dan warga sekitar lokasi yang dianggap sesepuh.

Komunitas ini, kata Pamuji, menjelajah untuk membuktikan mitos dan tantangan yang dikenal masyarakat di sebuah tempat. Patokan penjelajahan mereka adalah tidak melanggar norma adat, budaya, dan susila. Namun mereka kerap melanggar larangan atau pantangan yang sifatnya mitos. "Kalau di daerah X, ada akar pohon yang katanya tak boleh ditarik, ya kami langgar."

Salah satu pantangan yang pernah mereka langgar adalah menaiki batu besar yang dinamakan masyarakat sebagai watu kunti. Mitosnya, orang yang menaiki batu itu akan mengalami kesurupan. Namun, ketika peserta rombongan tur dari Semarangker melakukannya, tidak terjadi apa pun kepada mereka. "Kami menyikapi hal gaib secara bijak," tutur Pamuji.

Mereka biasanya melakukan penjelajahan mulai pukul 11 malam hingga pukul 1 dinihari. Khusus tur yang melibatkan masyarakat umum diawali dengan pembekalan dari tim panitia mengenai situasi di lapangan. Para peserta-biasanya mencapai ratusan orang-dibagi menjadi beberapa regu dengan seorang ketua tim dan pendamping. Mereka juga menyiapkan tim medis bagi para peserta.

Mereka menerapkan sejumlah aturan bagi peserta. Di antaranya adalah peserta dilarang memisahkan diri dari rombongan dan dilarang mengambil benda apa pun dari lokasi wisata mistis. Bagi peserta perempuan yang sedang datang bulan atau hamil diminta memberi tahu panitia agar dijaga secara khusus. Namun Pamuji menyatakan tidak pernah ada paranormal yang ikut dalam kegiatan mereka, meski di dalam tim panitia dibentuk satu tim yang disebut tim pawang.

Hal serupa dilakukan Komunitas Wisata Mistis di Bandung yang selalu membentuk tim metafisika untuk mendampingi rombongan kala berpelesir ke lokasi wisata mistis. Tim ini menjaga peserta agar aman dari gangguan hal-hal mistis. Makhluk gaib dianggap pernah membuat peserta perempuan kesurupan. "Gara-gara dia lagi datang bulan tapi enggak bilang ke kami," kata Martinus Situngkir, Ketua Komunitas Wisata Mistis.

Komunitas Wisata Mistis melakukan ekspedisi setiap Sabtu malam. Pesertanya 10-20 orang. Peserta pernah pula mencapai 50-100 orang, misalnya, ketika datang ke Jembatan Cincin di Jatinangor, Sumedang, bersama mahasiswa Universitas Padjadjaran.

Kelompok ini mendatangi tempat-tempat mistis minimal sebulan sekali, selepas senja hingga tengah malam. Lokasinya sering di sekitar Bandung. Lain waktu ke Subang hingga Sumedang. Tiap rencana ekspedisi mereka promosikan lewat media sosial agar semakin banyak yang ikut. Jadi mereka selalu melibatkan masyarakat umum setiap kegiatan.

Martinus menuturkan komunitas ini terbentuk karena mereka tergerak oleh perbincangan di media sosial tentang legenda urban di Bandung. Mereka menyasar lokasi bangunan tua karena punya unsur sejarah dan mitos angker. Misalnya, sisa bangunan Belanda di Gunung Kunci dan Museum Prabu Geusan Ulun di Sumedang. Lama-lama peserta bertambah hingga dibentuk Komunitas Wisata Mistis pada 10 April 2011.

Mereka telah menyambangi sekitar 50 lokasi wisata mistis. Aktivitas ini tidak berbayar. Komunitas tidak mematok biaya khusus setiap kali ekspedisi karena tidak ingin wisata mistis ini dikomersialkan. Peserta hanya diminta menyiapkan uang sesuai syarat di lokasi tujuan, seperti tiket masuk, uang parkir, atau untuk warga lokal. Paling banyak Rp 20 ribu per orang. "Kami bisa bertahan selama ini karena hobi."

ANWAR SISWADI | DIKO OKTARA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus