Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan Dukuh Atas yang kini juga dikenal sebagai panggung Citayam Fashion Week masih dipadati kalangan remaja yang kerap kali disebut Sudirman, Citayam, Bogor, dan Depok (SCBD) hingga Ahad sore, 17 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo yang berada di Dukuh Atas, Ahad sore, melihat kalangan remaja SCBD masih banyak melakukan aktivitas. Ada yang joget-joget bersama untuk konten, foto-foto, main skateboard, hingga duduk santai ditrotoar jalanan. Kalangan remaja ini terbilang masih usia sekolah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan data, sekolah di Jawa Barat, itu artinya sekolah-sekolah di Depok, Bogor dan Bekasi akan memulai hari pertama sekolah setelah libur kenaikan esok hari.
Meski dikenal banyak yang berasal dari daerah Depok maupun Bogor, tapi kalangan remaja ini sebetulnya juga berasal dari daerah lain di sekitar DKI Jakarta. Adit misalnya, remaja asal Bekasi Utara yang berusia 17 tahun ini juga tengah asyik jalan-jalan sore dengan teman-temannya menggunakan baju nyentrik.
Adit mengaku, sepekan sekali bersama teman-temannya jalan-jalan ke Dukuh Atas. Dia mengatakan, ini sebatas untuk nongkrong saja dan foto-foto untuk membuat konten, karena kawasan ini viral di media sosial dan sudah terkenal dikalangannya.
"Emang setiap hari libur aja ke sini, seminggu sekali lah ke sini jalan-jalan," kata dia saat ditemui di depan Terowongan Kendal, Dukuh Atas, Ahad sore.
Meski begitu, dia mengatakan, untuk hari biasa, dia tidak ke sini karena harus masuk sekolah. "Hari biasa mah sekolah kita," ucap Adit.
Iwang, 16 tahun, remaja lain asal Bogor juga menyatakan hal yang serupa dengan Adit. Dia mengatakan, datang ke kawasan itu selalu beramai-ramai dengan temannya karena di daerahnya tidak ada tempat untuk ngongkrong seperti di kawasan Dukuh Atas yang banyak gedung-gedung pencakar langitnya.
Dia datang menggunakan KRL sejak siang tadi bersama teman-temannya dari Stasiun Bogor. Setelah nongkrong, dia mengaku selalu pulang menjelang malam. "Kan besok pagi udah sekolah lagi. Main, jalan-jalan doang ke sini," ucap Iwang.
Sebelumnya, Sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Asep Suryana, menilai maraknya remaja SCBD yang berkumpul di Jalan Jenderal Sudirman, Dukuh Atas, sebagai bentuk perlawanan. Alasannya mereka datang ke tempat yang dicitrakan sebagai metropolitan dan high class.
Sementara, menurut Asep, anak Citayam dan daerah lainnya ini adalah masyarakat pinggiran atau kelas bawah. Simbol-simbol yang diekspresikan mereka pun berbeda. “Pakaian dan sikapnya berbeda, mereka lebih selengean, lebih resisten,” ujar dia melalui sambungan telepon pada Jumat, 15 Juli 2022.
Namun Asep meminta pemerintah tidak memberikan stigma buruk kepada remaja SCBD itu, melainkan memfasilitasinya dengan baik. “Jangan menstigma begitu, ya. Stigman itu harus direkayasa supaya bergeser. Mereka harus diakomodir, dari tempat mainnya, kegiatan, dan lainnya,” kata dia.