Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bila hakim dihukum

Sertu anteredeses situmorang menghukum arif rahman 14, dan hakimuddin, 12, harus menjilat tinja yang dilemparkan mereka ke rumah polisi tersebut. akhirnya kapolsek aek toba, kisaran, itu membayar uang damai.

8 Agustus 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUEB memperistri Lastri empat tahun lalu, atas dasar cinta. Tapi, belakangan perangai ayah dua anak itu berubah. Sueb, 31 tahun, disebut "ada main" dengan Marsiti janda muda yang sekampung dengan lelaki itu di Desa Karangsari, Cilacap. Karena itu Lastri tentu terbakar cemburu. Akhir Juni lalu ia mendengar lagi bahwa suaminya ngeceng ke rumah Marsiti. Darah panas Lastri menggelegak. Bersama seorang tetangganya, Lastri kemudian menyatroni kediaman si janda. Ia nyaris pingsan menengok suaminya bermesraan hangat dengan perempuan itu. "Saya tak tahan," kata Lastri, 27 tahun, terbata-bata. Lastri pulang sembari dipapah tetangganya itu. Namun, begitu Sueb kembali dari ngelayap, Lastri melabrak dan minta cerai. "Malam ini juga kita selesaikan," ujar Lastri berapi-api. Sueb bengong. Cerai? Tak mungkin, karena bagaimana anak-anak mereka? Lebih baik ia "dihukum", asal rumah tangga tak bubar. "Ayo ikut aku," kata Lastri lagi. Bagai kerbau dicucuk hidungnya, Sueb nurut kendati ke kandang sapi. Ya, mereka ke kandang sapi. "Ayo, masuk dan kamu netek pada tiga sapi itu," perintah Lastri, garang. Hah? Jangan-jangan istrinya kesurupan. Mana mungkin ia disuruh nglomot puting susu sapi. "Cepat. Kalau tidak, besok kita cerai," ujar Lastri lagi. Ini bukan main-main. Lalu, nyot.... nyot. Sueb menyedot. Setelah beberapa sedotan, "Hooek..., hooek." Mihardjo, pemilik sapi yang saat itu sedang santai, buru-buru keluar dari rumah, mendengar ribut di kandang sapinya. Mengira ada tamu tak diundang, tanpa pikir panjang ia berteriak, "Maling...." Malam itu Sueb lari lintang pungkang. Sial. Ia tertangkap, dan dipukuli. Nyaris babak belur. Dan Mihardjo juga kaget. Ketiga sapinya raib -- karena dilepas Lastri. Lastri geram menyaksikan Sueb dikeroyok. Lalu marah itu dilampiaskannya dengan melepaskan hewan-hewan itu. Lewat tengah malam, ketiga sapi itu baru dapat digiring ke kandang. Sedangkan Sueb kini ganti menyimpan dendam. "Buat apa punya istri yang tega mencelakakan suaminya sendiri?" katanya pada Slamet Subagyo dari TEMPO. Namun, Lastri keberatan kalau dia dicerai. "Karena ia mau dihukum, ya, saya lakukan sesuai dengan perbuatannya itu," kata Lastri. "Saya sudah minta maaf. Saya menyesal." Dan demi anak-anak mereka, Sueb-Lastri kini sudah damai lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus