Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAMBIL menggenggam kecrek berwarna kuning, Maufli Ikhsan berlenggak-lenggok memandu puluhan ribu penonton dalam perhelatan dangdut Pekan Gembira Ria Volume 6 di Parkir Barat Jakarta International Expo, Sabtu, 2 Desember lalu. Malam itu, di meja disc jockey, Tendi Ahmad dan Wildan Kiwil sedang meramu lagu pop dalam nuansa dangdut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Trio elektronik dangdut Feel Koplo itu menutup penampilan mereka dalam acara tersebut dengan membawakan lagu “Cinta Ini Membunuhku” milik grup musik d'Masiv. Suara gendang ala dangdut koplo yang mereka suguhkan mampu membius para penonton untuk berjoget mengikuti irama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Feel Koplo menjadi salah satu grup musik dangdut yang tampil dalam acara yang mengusung tajuk “Koploday” tersebut. Tiga pemuda asal Bandung itu tampil di puncak acara. Selama sekitar satu jam mereka mendendangkan lagu-lagu pop lokal dan mancanegara dalam balutan dangdut.
“Kurang-lebih 20 lagu kami bawakan. Ada yang full, ada yang bagian refrein saja,” kata Ikhsan kepada Tempo melalui sambungan telepon, Sabtu, 9 Desember lalu. “Lagu Bob Marley, Bon Jovi, dan Peggy Gou juga kami bawakan.”
Mempunyai ketertarikan terhadap dangdut, pada 2018 Ikhsan mengajak Tendi membikin proyek musik dengan sentuhan elektronik. Hal itu tidak lepas dari kebiasaan mereka yang kerap mendengarkan lagu dangdut remix lewat kanal YouTube.
"Kayaknya seru jika dangdut dibawakan dalam format disc jockey. Jadi dangdut remix tidak hanya didengarkan, melainkan jadi pertunjukan," ujar Ikhsan.
Feel Koplo akhirnya mendapatkan panggung pertama ketika ada acara malam perayaan Halloween di tahun yang sama. Pada momen itu, mereka ingin tampil serius dengan membawakan lagu-lagu yang mereka remix dalam format dangdut elektronik.
Dari situlah muncul dorongan meramu ulang lagu-lagu yang belum pernah di-remix dalam format tersebut, misalnya lagu milik Ten 2 Five hingga band independen seperti Rocket Rockers, The Adams, dan Closehead. "Intinya suka dan melihat ketertarikan teman-teman yang suka sama musik ini," Tendi menambahkan.
Seusai pertunjukan malam Halloween 2018 di Bandung, Feel Koplo mulai rutin tampil di panggung-panggung lain. Misalnya acara komunitas yang masih satu lingkaran pertemanan dengan mereka hingga pertunjukan di sejumlah bar di Jakarta. Pada 2019, mereka tampil di festival musik berskala lebih besar. “Pertama kami main di festival itu The Sounds Project Volume 4 di Kuningan, Jakarta Selatan," ucap Ikhsan.
Aksi grup musik Feel Koplo di Synchrinoze Festival, Jakarta, September 2023. Instagram @feelkoplo
Tidak hanya membuat musik dangdut remix, Feel Koplo juga membikin karya orisinal lewat minialbum berjudul A Culture A 6 yang dirilis pada Maret 2021. Minialbum tersebut berisi tiga lagu asli mereka dan tiga lagu hasil remix. Feel Koplo juga merilis klip video untuk single pertama dari minialbum itu yang berjudul “Hura Haru”. Video tersebut dibintangi Aurelia Vizal yang berperan sebagai Astrology GF.
Ikhsan, Tendi, dan Kiwil tak menampik dan sepakat jika publik menganggap musik Feel Koplo sebagai dangdut koplo. Sebab, banyak orang masih mendefinisikan karya-karya mereka sebagai dangdut koplo. Secara umum, tutur Ikhsan, musik yang mereka produksi pada dasarnya adalah dangdut.
Sedikit berseloroh, Ikhsan mendefinisikan musik Feel Koplo sebagai orkes dangdut elektrik. Sedangkan Tendi menyebut genre mereka sebagai "elektronik dangdut musik". “Kalau saya, dangdut fusion kosmik multisemesta," kata Kiwil, lalu tertawa.
Selalu ada momen menarik ketika Feel Koplo tampil dalam konser ataupun festival musik. Menurut Ikhsan, banyak sekali orang yang larut dan berjoget ketika dentuman irama dangdut elektronik timpa-menimpa di gelanggang pertunjukan. Momen itu hampir selalu ia jumpai dalam pertunjukan di berbagai daerah.
"Banyak orang yang berjoget bersama kelompoknya. Entah apa yang mereka lakukan, mungkin sambil membuat video," tutur Ikhsan menceritakan pengamatannya dari atas panggung.
Seiring dengan waktu, jadwal manggung Feel Koplo makin padat. Pada 2019, sebelum pandemi Covid-19 melanda, dalam sebulan mereka bisa tampil hingga 20 kali. Biasanya jadwal mereka padat pada musim festival musik, seperti September-Desember. “Kami bisa 20 kali selama sebulan. Tapi sekarang maksimal 10-14 panggung dalam sebulan," ucap Ikhsan.
Selain Feel Koplo, grup musik dangdut yang kini tengah naik daun adalah NDX A.K.A. Jadwal konser grup dangdut bernuansa hiphop asal Yogyakarta itu benar-benar padat sepanjang Desember ini.
Setelah menggoyang khalayak “Koploday” di Jakarta International Expo, pada Sabtu, 2 Desember lalu, secara berkala mereka tampil di sejumlah daerah lain di Tanah Air. Di antaranya Kutai Kartanegara, Jambi, Demak, Wonosobo, Purworejo, Batam, Pati, dan Yogyakarta.
Grup musik yang meroket lewat tembang, antara lain, “Kimcil Kepolen”, “Sayang”, dan “Ditinggal Rabi” itu terbentuk pada September 2011 di Yogyakarta. Adalah Yonanda Frisna Damara dan Fajar Ari yang menjadi motor pembentukan NDX A.K.A. Nama grup tersebut diambil dari penggalan nama Yonanda, yakni ND, dan huruf X yang merujuk pada arti extreme.
NDX A.K.A. lekat dengan lirik lagu yang sedih dan terkesan merana. Dalam wawancara dengan Tempo pada 2017, Fajar menyebutkan inspirasi grupnya dalam menciptakan lagu-lagu patah hati berasal dari pengalaman pribadi dan curahan hati teman-teman. Menurut dia, tema patah hati lebih mudah dibuat menjadi lagu dan lekat dengan telinga generasi muda. Ciri lagu mereka yang paling khas adalah penggunaan campuran bahasa Indonesia dan Jawa.
Pada awal perjalanannya, NDX A.K.A. pernah mendapat bayaran Rp 75 ribu. Tentu angka itu sangat minim untuk membiayai akomodasi mereka berdua, ditambah dua kru. Mereka pun pernah tidak pulang selama delapan hari karena mendapat pekerjaan di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Sepanjang karier, NDX A.K.A. telah membuat satu album berjudul NDX A.K.A. Familia yang beredar pada 2017. Album itu berisi lagu-lagu hit, seperti “Remuk Ati”, “Tewas Tertimbun Masa Lalu”, “Kimcil Kepolen”, “Kelingan Mantan”, “Terminal Giwangan”, dan “Cinta Tak Terbatas Waktu”.
Belum lama ini mereka merilis single terbaru berjudul “Pelaku Macak Korban”. Lagu yang dalam bahasa Indonesia berarti “Pelaku Menyamar sebagai Korban” itu secara garis besar bercerita tentang fenomena playing victim.
Tidak hanya memiliki jadwal konser yang padat, NDX A.K.A. juga banyak dinikmati di kanal YouTube mereka, NDXAKA TV. Akun tersebut kini sudah mempunyai 816 ribu pelanggan dengan total 104 video sudah mereka unggah.
Angryanto, promotor perhelatan Pekan Gembira Ria, mengatakan antusiasme terhadap musik dangdut koplo makin hari makin meningkat. Hal itu terbukti dari makin larisnya grup-grup musik dangdut yang dilirik promotor.
"Top performer itu juga terkonfirmasi dengan harga yang makin hari makin mahal. Ya, sekitar Rp 200 juta untuk kategori top performer,” kata Angryanto kepada Tempo, Rabu, 6 Desember lalu.
Selain NDX A.K.A. dan Feel Koplo, ada beberapa grup dan musikus dangdut yang digandrungi generasi muda. Di antaranya grup asal Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Guyon Waton; Jono & Joni; dan Denny Caknan. Secara bergantian, grup dan musikus itu tampil dalam konser atau festival musik berskala nasional.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Bintang-bintang Pentas Dangdut Koplo"