Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tangerang Selatan - BPPT menyebut fenomena tanah bergerak di Sekolah Khusus Assalam 01 di Jalan Cendana, Serpong, lebih berbahaya dibandingkan kejadian serupa di Keranggan.
Kepala Bagian Program dan Anggaran Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana BPPT Nurhidayat mengungkapkan dinding dan lantai yang retak di Sekolah Khusus Assalam 01 hampir sama seperti kejadian yang menimpa enam rumah di Keranggan, Setu, Tangerang Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi ini sebenarnya gerakan tanah hampir sama seperti yang di Keranggan kemarin. Cuma ini indikasinya ada di bangunan sekolah, yang di Keranggan bangunan rumah," katanya, Kamis 28 November 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Nurhidayat, kejadian tanah bergerak di sekolah memiliki pola keretakan yang hampir sama yakni indikasi ambles dan tanah tertarik. Sekolah juga berada di atas tebing.
"Yang ini berbahaya karena di bawahnya rumah penduduk, jadi bukan cuma di atas yang berbahaya tapi yang di bawahnya juga bahaya," ujarnya. "Apalagi musim hujan terus jadi tambah bergerak lagi."
Nurhidayat mengingatkan, sebelum tebing diturap, pemerintah Tangsel harus menyelidiki dulu lapisan tanah yang retak sampai seberapa dalam.
"Lokasi sekolah ini berada pada bibir tebing dengan kondisi litologi berupa tanah yang cukup tebal, beban bangunan dan tanaman pohon bambu serta musim kemarau yang agak lama kemarin bisa menjadi pemicu terjadinya pergerakan tanah pada saat musim hujan ini," ungkapnya.
Yang harus diwaspadai dari fenomena tanah bergerak ini, kata pakar risiko bencana BPPT itu, adalah potensi gerakan tanah akan merusak struktur bangunan. Arah pergerakan menuju ke jurang dengan rumah penduduk di bawahnya tentu harus mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah Kota Tangsel.
MUHAMMAD KURNIANTO