Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – PT Pertamina Bina Medika IHC mengakuisisi saham tujuh rumah sakit milik perusahaan pelat merah. Aksi korporasi ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian pengambilalihan saham secara bersyarat, kemarin, di Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama Pertamina Bina Medika IHC, Fathema Djan Rahmat, meneken perjanjian tersebut dengan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), dan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). Perusahaan lainnya yang terlibat adalah PT Perkebunan Nusantara X, PT Perkebunan Nusantara XI, PT Perkebunan Nusantara XII, serta PT Timah Tbk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fathema menuturkan sinergi ini akan membangun fondasi yang kuat untuk holding rumah sakit BUMN. "Kami berkomitmen menyelesaikan fase ketiga roadmap dalam waktu dekat ini, sehingga nanti Indonesia Healthcare Corporation akan menjadi rumah sakit jaringan terbesar di Indonesia," ujarnya. Sebelumnya, induk holding ini telah mengakuisisi sejumlah rumah sakit, termasuk RS Pelni.
Dalam roadmap holding, Grup IHC akan memiliki 35 rumah sakit. Konsolidasi rumah sakit tersebut akan meningkatkan kapasitas grup dengan 4.500 tempat tidur di berbagai wilayah Indonesia. Harapannya, grup dapat berekspansi ke negara tetangga.
Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan integrasi rumah sakit milik BUMN akan meningkatkan fokus bisnis. Secara konsolidasi, grup rumah sakit BUMN diestimasikan memiliki pendapatan usaha hingga mencapai Rp 4,5 triliun. Sementara itu, total asetnya diperkirakan mencapai Rp 5 triliun.
Penggabungan ini juga akan meningkatkan standardisasi kualitas dan operasional layanan di jaringan rumah sakit anggota holding di seluruh Indonesia. Hal itu, menurut dia, identik dengan peningkatan pelayanan sekaligus meningkatkan keahlian para ahli. "Artinya, kita mendorong rumah sakit milik bangsa Indonesia meraih kepercayaan masyarakat Indonesia untuk memilih berobat di rumah sakit negeri sendiri dibanding ke luar negeri,” ujarnya.
VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo