Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cara Menggencet Sampah

Mesin pemadat sampah buatan Amerika, untuk mengepres sampah menjadi balok-balok, dengan demikian timbunan sampai menjadi ringkas, proyek ini akan ditempatkan di 100 kelurahan dan telah dimulai di Kayumanis. (kt)

14 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KELURAHAN Kayumanis di Jakarta Timur akhir-akhir ini banyak dikunjungi orang. Mulai dari rombongan Menteri Kesehatan, Menteri PPLH sampai DPRD Sumatera Selatan. Bahkan pekan lalu perusahaan film milik negara, PFN, juga turun ke sana. Memang ada yang menarik: sebuah contoh menggencet sampah gaya baru. Bagian terpenting proyek mengatasi masalah sampah di Kayumanis tersebut ialah sebuah mesin pemadat sampah. Digerakkan tenaga listik berkekuatan 2500 wat, mesin yang bertugas mengepres sampah menjadi balok-balok berukuran 75 x 40 x 60 cm untuk setiap 0,7 m3, didatangkan dari Amerika dengan harga Rp 8,7 juta. Dengan demikian sampah yang dikumpulkan dari berbagai timbunan akan menjadi ringkas, tidak berbau, dan . . . siap ditimbun lagi di sebuah tempat di Cakung (Jakarta Timur). Menurut Kepala Urusan Perencanaan Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Ir. Aminullah Ladjin, setelah proyek Kayumanis yang beroperasi sejak Juni lalu, akan disusul proyek di Kelurahan Karanganyar, Menteng Atas, Tebet Timur Dalam, Rawabunga dan Grogol. Proyek yang sama rencananya juga akan ditempatkan di 100 kelurahan. Dengan demikian, menurut Aminullah, Jakarta kelak akan terbebas dari sampah. Asal tahu saja, warga Jakarta sangat getol menyampah: setiap hari sekitar 17.000 m3 sampah-diproduksi. Sedangkan yang bisa diangkut armada truk sampah ke tempat-tempat penimbunan setiap hari cuma sekitar 10.000 m3 saja. Selebihnya, apa boleh buat, merupakan pemandangan tetap dan aroma tak sedap di berbagai tempat umum. Parkir Balok-balok sampah yang ringkas memang memudahkan pengangkutannya. Hanya, menurut Aminullah juga, proyek pemadatan sampah menuntut fasilitas yang lumayan juga. Harus dipersiapkan lapangan parkir truk atau gerobak dan kantor petugasnya (memakan tanah sekitar 200 mÿFD). Ditambah untuk membeli mesin dan peralatan lain, hitung-hitung biaya seluruhnya akan menjadi Rp 17,6 juta. Namun menurut seorang petugas kebersihan Kayumanis, Gandi E. Sugandi, sayang sekali mesin bikinan Amerika tersebut belum bekerja otomatis. Beberapa petugas harus mengikat gumpalan sampah yang dikumpulkan dari tongtong sampah penduduk pada sebilah papan. Setelah itu baru dimasukkan ke mesin. Dari mulai mengikat sampai menjadi balok, menurut Gandi, proses memakan waktu kira-kira 15 menit. Petugas yang lain, Toto, mengeluh dengan cara kerja mesin begitu waktunya banyak terbuang untuk menunggui sampah dipadatkan. Bergaji sekitar Rp 22.500 sebulan, Toto sebelumnya hanya melempar sampah ke truk, yang bisa diselesaikannya setiap pukul 9 pagi. Sekarang, ia harus menunggu di depan mesin, sampai pukul 12. Katanya, hilanglah penghasilan lainnya, Rp 1.500, sebagai penarik becak. Tapi warga Kayumanis tentu gembira sekarang. Terbebas dari bau tumpukan sampah yang biasanya tertimbun selama seminggu menunggu pengangkutan. Lingkungan sekitar situ terasa apik. Terutama sepanjang rel keretaapi yang sebelumnya sangat kotor. Tempat lain boleh menyusul.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus