Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Penginapan di Purwokerto menampung para perawat yang terancam diusir.
Sejumlah hotel di Jakarta juga memfasilitasi tenaga kesehatan.
Seorang dokter di Bali meminjamkan sepuluh kamar kos untuk paramedis.
RASA panik menyelimuti Sulistya Puspa Nugraha pada Kamis, 26 Maret lalu. Saat itu, ia mendengar koleganya menjadi bahan pergunjingan penduduk di sekitar tempat kosnya. Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo, Purwokerto, Jawa Tengah, itu mendengar temannya dituding sebagai pembawa virus corona dari tempat kerjanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sulistya langsung teringat seorang petugas di bangsal khusus pasien Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 yang diusir pemilik kosnya. Enggan mau bernasib sama dengan temannya, Sulistya lalu menghubungi atasannya. Apalagi para tetangga kos sudah tahu bahwa dia bertugas di ruang isolasi bagi pasien terjangkit virus corona. Sebagian tetangganya memilih tak berdekatan dengan Sulistya. “Saya mengadu untuk mengantisipasi penolakan dari penduduk sekitar,” ujar Sulistya menceritakan kembali pengalamannya pada Ahad, 10 Mei lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak berapa lama, atasan Sulistya memberi kabar bahwa pemilik Aksara Homestay mau memberikan kamar untuk dia. Malam itu juga Sulistya mengemas barang-barangnya dan pindah ke penginapan yang berjarak sekitar 1 kilometer dari RSUD Margono Soekarjo tersebut. Hari itu pula Sulistya bermalam bersama rekannya sesama perawat yang telah diusir dari kosnya di kamar masing-masing. “Saya tinggal selama satu bulan,” ucap Sulistya.
Direktur Utama PT Aksara Investama Propertindo, Brili Agung, yang dihubungi oleh atasan Sulistya, mengaku tak menyangka ada tenaga kesehatan di Purwokerto diusir karena mengurus pasien Covid-19. “Saya pikir hanya terjadi di kota besar,” katanya. Sebelumnya, dia mengetahui kehebohan di Ibu Kota akibat perawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso mendapat penolakan dari penduduk di sekitar tempat tinggalnya.
Tak mau para penjaga benteng terakhir dari serangan Covid itu luntang-lantung di jalan, Brili langsung membuka percakapan di grup WhatsApp yang beranggotakan pemilik modal. Ia melemparkan usul supaya Aksara Homestay memberikan kamar gratis untuk para tenaga kesehatan. Usul itu langsung diterima. Esoknya, dia memberikan informasi kepada pejabat di Kabupaten Banyumas dan Direktur Utama RSUD Margono Soekarjo, Tri Kuncoro, bahwa ada 24 kamar tersedia untuk tenaga kesehatan.
Rumah sakit lalu membuat perjanjian dengan Brili. Isinya, menurut Tri Kuncoro, Aksara Homestay menyediakan kamar gratis bagi tenaga kesehatan selama satu bulan, sesuai dengan masa tugas di bangsal khusus penanganan pasien Covid-19. Hingga Senin, 11 Mei lalu, rumah sakit itu menangani 17 orang positif corona dan 111 pasien dalam pengawasan.
Awalnya Brili hanya memberikan fasilitas kamar, cuci pakaian, dan sarapan gratis. Belakangan, fasilitas itu bertambah setelah banyak donatur membantu. Para perawat mendapat makan siang dan malam lengkap dengan buah-buahan, kudapan, serta vitamin. Menurut Brili, sokongan itu muncul setelah dia mencuit soal penginapannya yang dihibahkan untuk para perawat di akun Twitter miliknya pada 27 Maret lalu. Cuitan itu viral dan disukai oleh lebih dari 51 ribu akun.
Namun program gratis itu sudah ditiadakan. Menurut Brili, biaya operasional untuk gaji karyawan dan fasilitas lain buat para perawat selama sebulan mencapai sekitar Rp 65 juta. Biaya itu berasal dari kantong pribadinya, investor, dan para donatur. Sekarang ia mengubah kamar menjadi berbayar, yaitu Rp 50 ribu per hari, dari harga normal Rp 200 ribu. “Ingin bantu penuh, tapi sudah tidak ada dana lagi,” tuturnya. Dia berharap bakal ada pemasukan supaya bisa menyiapkan kamar gratis untuk tenaga kesehatan lagi.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo, Tri Kuncoro, mengatakan perjanjian tidak diperpanjang karena rumah sakit membuka asrama bagi para tenaga kesehatan. Meski begitu, masih ada beberapa perawat dari rumah sakitnya yang menyewa kamar di Aksara Homestay. “Termasuk murah, sudah dapat makan tiga kali,” ujarnya.
Lembaga nonprofit yang mengupayakan rumah sederhana untuk orang tak mampu, Habitat for Humanity Indonesia (HHI), juga membuat program serupa bernama “Tempat Singgah Pejuang Medis”. Manajer Komunikasi HHI Martya Litna menuturkan, ide itu muncul karena melihat tenaga medis tak bisa tinggal di rumah setelah corona mewabah. “Mereka bekerja melawan corona pada saat orang lain diminta diam di rumah,” kata Martya.
HHI menggandeng PT OYO Rooms Indonesia, perusahaan rintisan yang bergerak di bidang perhotelan, untuk menyediakan kamar bagi tenaga kesehatan. Menurut Martya, HHI membayar Rp 385 ribu per hari kepada OYO untuk satu kamar disertai makan bagi tenaga kesehatan. HHI mendapat bantuan dari para donatur sekitar Rp 200 juta, lebih dari separuhnya berasal dari situs patungan Kitabisa.com. Juru bicara OYO Indonesia, Meta Rostiawati, mengatakan ada delapan hotel disiapkan bagi tenaga medis, di antaranya berada di kawasan Salemba, Gunung Sahari, dan Petamburan, Jakarta.
Menurut Martya, sejak program itu diluncurkan pada 22 April lalu, ada 200 tenaga kesehatan yang sudah mendapat kamar gratis. HHI menargetkan bisa menyediakan kamar bagi 600 tenaga kesehatan. Elvi, perawat Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gator Soebroto yang tinggal di OYO Hotel Salemba, bersyukur bisa mendapat kamar yang bersih dan nyaman. Menurut dia, fasilitas itu membantunya dalam mengurangi stres setelah menangani pasien Covid-19.
Perusahaan rintisan penyedia kamar hotel kapsul, Bobobox, juga memberikan 100 kamar kapsul yang tersebar di Jakarta dan Jawa Barat untuk tempat istirahat bagi tenaga medis. Di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin, Bandung, kapsul tersebut dikhususkan bagi para dokter. “Kami menyediakan kamar kapsul sampai pandemi berakhir,” ujar Manajer Pemasaran PT Bobobox Mitra Indonesia Ahmad Qois. Adapun rumah sakit mengurus listrik, seprai, dan higienitas kamar.
Solidaritas memberikan kamar juga berasal dari kalangan tenaga medis. Di Denpasar, Bali, dokter Gede Eka Rusdi Antara menyiapkan sepuluh kamar kos untuk tenaga medis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Rusdi, yang juga dokter bedah di rumah sakit itu, mengatakan kamar yang dilengkapi televisi, air panas, dan dapur mini tersebut diberikan secara gratis. Biasanya penyewa harus membayar Rp 2,5 juta per bulan. “Sampai kapan pun dibutuhkan, bisa digunakan secara gratis,” ucapnya.
Ihwal tenaga kesehatan yang menginap di situ, Rusdi menyerahkan kepada manajemen RSUP Sanglah. Juru bicara RSUP Sanglah, I Dewa Ketut Kresna, membenarkan kabar hibah kamar tersebut. “Sejak pertengahan Maret,” kata Kresna.
HUSSEIN ABRI DONGORAN, ANWAR SISWADI (BANDUNG), AYU CIPTA (TANGERANG), MADE ARGAWA (BALI)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo