Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HARIADHI mengunggah poster digital berisi tulisan #SmartCityBadja ke akun Twitter @hariadhi miliknya pada pukul 04.57, Jumat pekan lalu. Anggota tim pemenangan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat itu memberi catatan pada cuitannya. "Siap-siap 3 jam lagi. Jangan mendahului man-teman, kompak ya."
Ia mengajak para pemilik akun Twitter pendukung Basuki-Djarot meramaikan perbincangan di Twitter seputar program smart city atau kota pintar, salah satu program andalan Basuki ketika masih menjabat. Hariadhi mengajak pengikutnya yang berjumlah sekitar 25 ribu akun ikut membincangkan program kota pintar itu mulai pukul 08.40.
Dalam poster berwarna dasar hijau itu, Hariadhi meminta pendukung Basuki-Djarot mengunduh materi kampanye kota pintar pada bit.ly/sebarinyuk folder (smartcitybadja). Badja merupakan akronim Basuki-Djarot. Hanya setengah jam beranjak dari pukul 08.40, tanda pagar (tagar) itu melejit ke empat besar trending topic Twitter di Indonesia. Hingga empat jam setelah naik, hashtag itu bertahan di empat besar trending topic. "Kunci memenangi isu di media sosial adalah kompak," kata Hariadhi.
Begitulah cara tim media sosial pasangan Basuki-Djarot menggarap isu. Hariadhi masuk tim pemenangan Basuki-Djarot bidang data dan informasi yang didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta. Bersama Hariadhi, ada politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Eva Sundari, dalam tim bidang data dan informasi ini. Tim pemenangan resmi pasangan Basuki-Djarot ini dipimpin Prasetyo Edi Marsudi, politikus PDI Perjuangan yang juga Ketua Dewan Perwakilan Rakyat DKI Jakarta.
Ia mengatakan program smart city Basuki-Djarot merupakan contoh keberhasilan pasangan inkumben ini sewaktu memerintah di DKI Jakarta. Basuki pernah meluncurkan konsep Jakarta Smart City pada Desember dua tahun lalu. Smart City berbasis teknologi komunikasi dan informatika untuk memudahkan warga Jakarta sekaligus menjadikan sejumlah pelayanan publik berlangsung transparan. Di antaranya, pemerintah DKI Jakarta menggandeng sejumlah perusahaan di bidang informatika, seperti Google Waze dan Twitter. Dengan dukungan jaringan telepon seluler 4G dan ribuan CCTV yang dipasang di hampir semua sudut Jakarta, Google Waze memberi pemetaan kondisi lalu lintas jalan raya di Jakarta.
Hariadhi merupakan anak buah Kartika Djoemadi di Jaringan Social Media Volunteer (Jasmev). Kelompok ini merupakan jaringan relawan cyber yang mendukung pemenangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada 2012 dan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden pada 2014.
Sejak Oktober tahun lalu, Kartika menduduki jabatan komisaris independen PT Danareksa. Posisi tersebut membuat dia tidak leluasa menunjukkan dukungan kepada Basuki. "Saya tidak boleh lagi bicara tentang pemilihan kepala daerah," kata Kartika. Sebagai gantinya, Hariadhi diutus masuk tim pemenangan Basuki-Djarot. "Saya koordinator relawan di Jasmev," kata Hariadhi. Hingga Jumat pekan lalu, ia memiliki 25 ribu pengikut di Twitter. Sedangkan akun Twitter Basuki memiliki 6 juta lebih pengikut.
Menurut Hariadhi, penggarapan isu di dunia maya tidak bisa sembarangan. Dalam tim Basuki-Djarot, kata dia, menggarapnya lebih mudah karena sebelumnya telah berdiri komunitas dan jaringan pendukung Basuki pada pilkada empat tahun lalu. Selain itu, ketika Basuki mendapatkan serangan politik dari DPRD DKI Jakarta, komunitas dan jaringan pendukungnya juga bergerak.
Untuk memperkuat basis dukungan di dunia maya pada pilkada kali ini, Hariadhi telah mendidik setidaknya 400 orang dengan berbagai latar belakang masuk jaringan pendukung Basuki. Mereka mendapatkan pelatihan untuk menulis status atau membuat narasi yang baik. Ada juga pelatihan memotret dan membuat video. Para relawan media sosial ini dilatih di pos Muda-mudi Ahok di Djakarta Theater, Jakarta Pusat.
Pelatihan gelombang pertama diberikan sejak pasangan Basuki-Djarot mendaftar di Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta pada September lalu. Setelah itu, mereka menggelar pelatihan lagi pada Oktober dan November ini. Selain berkoordinasi lewat grup percakapan media sosial, dalam dua pekan sekali mereka bertemu secara langsung. Mereka kerap berkumpul di Djakarta Theater atau di rumah pemenangan Basuki-Djarot di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta.
Kajian tim Tempo menunjukkan ada dua buzzer penting dalam tim Basuki, yakni @kurawa, yang hingga Jumat pekan lalu memiliki 169 ribu pengikut; dan @digembok, dengan 36 ribu pengikut. Dua akun ini sangat aktif menyerang pesaing Basuki-Djarot ataupun merisak akun yang mengkritiknya. Hariadhi menyebut dua akun ini anonim. Ia tak menampik ada sejumlah akun anonim yang cuitannya mendukung Basuki-Djarot. "Karena anonim, sulit untuk memverifikasinya," katanya.
Penelitian PoliticaWave—pemantau percakapan di media sosial—juga menyebutkan @kurawa sangat aktif berbicara tentang Basuki. Dalam akunnya, @kurawa menyebut bernama Rudi Valinka. Sedangkan nama aslinya Rudi Sutanto. Ketika Tempo meminta konfirmasi Rudi melalui pesan WhatsApp, dia tak membalas.
Kepada Tempo, Basuki pernah menyatakan kenal dengan Rudi, pemilik akun @kurawa. "Saya tahunya dia Rudi. Saya pernah ketemu tiga atau empat kali. Dia konser, ketemu," katanya di Balai Kota Jakarta, Jumat, 27 Mei 2016. Basuki membantah jika @kurawa disebut mendukungnya.
PoliticaWave juga menyebutkan Ulin Yusron banyak berbicara positif tentang Basuki. Menanggapi ini, Ulin menyatakan bukan anggota tim resmi Basuki. Menurut dia, ada tim resmi yang kompeten berbicara tentang media sosial. "Aku tak punya otoritas," katanya.
Salah satu akun anonim yang mendukung Basuki adalah @PartaiSocmed, yang digerakkan komunitas #99movement. Imano, orang yang berada di balik akun itu, menyatakan mendukung Basuki dengan tetap kritis dan tidak merisak orang yang mengkritiknya. Menurut dia, akun ini tidak masuk struktur resmi pemenangan Basuki. "Kami bekerja secara volunter karena menilai Basuki calon yang teruji sudah bekerja untuk Jakarta," kata Imano.
Pegiat media sosial yang juga bergerak di bidang perencanaan strategis, Shafiq Pontoh, menyatakan mendukung Basuki dengan sukarela. Pemilik akun Twitter @ShafiqPontoh dengan 26 ribu pengikut ini menyatakan telah mendukung Basuki sejak pilkada 2012. Ia juga mendukung Jokowi-Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden lalu. Shafiq menyatakan serangan bermuatan suku, agama, ras, dan antargolongan terhadap Basuki membuatnya bersimpati untuk mendukungnya.
Menurut dia, pasangan siapa pun yang unggul, pemenangnya tetap warga Jakarta. "Saya bersimpati pada Pak Basuki, dan ingin menciptakan pilkada Jakarta yang demokratis dan tak mengancam keutuhan bangsa," ujar Shafiq. Menanggapi masifnya dukungan di media sosial, Basuki mengaku tak pernah membayar buzzer media sosial. Pada 2012 pun dia mengklaim tak menyewa buzzer media sosial. "Mereka otomatis bergerak," kata Basuki.
Sunudyantoro, Wayan Agus Purnomo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo