Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
EMPAT belas jam tanpa berhenti, tim media sosial Anies Baswedan-Sandiaga Uno memantau jagat maya setiap hari. Dibagi dalam dua shift—pagi dan malam—tim yang beranggotakan 13 orang itu mengelola akun media sosial Anies-Sandiaga sejak pukul 09.00 hingga 23.00. Mereka bermarkas di kantor Indonesia Mengajar, Jalan Galuh II Nomor 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. "Personel malam biasanya lebih banyak karena primetime," kata koordinator tim media sosial pasangan ini, Raditya Pratama, Senin pekan lalu. "Enam orang pagi, tujuh orang malam."
Menurut Raditya, Tim 13 bertugas memasyarakatkan 23 program kerja Anies-Sandiaga di akun Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, serta situs resmi pasangan yang diusung Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera itu. Semua akun sudah didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum Jakarta. Raditya membawahkan lima orang yang mengelola akun pribadi Sandiaga. Mereka berfokus di situ karena sejak Januari lalu melekat ke Sandiaga, yang kala itu sudah berencana maju dalam pemilihan gubernur. Dari semuanya, cuma Raditya yang berasal dari Gerindra. "Sisanya saya ambil dari luar. Mereka ahli media sosial," ujarnya.
Tujuh orang lain adalah "orang-orang Anies". Mereka melekat ke Anies sejak di Indonesia Mengajar atau pernah membantu Anies ketika mengikuti konvensi calon presiden Partai Demokrat pada 2014. Tujuh orang ini bertugas mengelola akun pribadi Anies. Ketuanya Razi Thalib, pendiri dan chief executive officer biro jodoh Setipe.com. Razi membenarkan kabar tentang keterlibatannya di tim media sosial Anies-Sandiaga. Tapi dia tak mau menjelaskannya secara rinci. "Saya berbicara setelah pilkada saja," ujarnya.
Tim yang dipimpin Raditya dan Razi juga bekerja sama mengelola akun bersama milik Anies-Sandiaga, yakni Anies-Sandi di Facebook, @JktMajuBersama di Twitter, @jakartamajubersama di Instagram, dan Jakarta Maju Bersama di YouTube. Mereka juga mengurus jakartamajubersama.com, situs resmi pasangan itu. Menurut Raditya, tim media sosial Anies-Sandiaga itu diberi nama "Tim Jakarta Maju Bersama". "Tidak ada nama khusus. Jadi kami merujuk ke tagline Anies-Sandiaga," katanya.
Penggabungan tim media sosial Anies dan Sandiaga bermula dari pertemuan di kediaman Anies di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada akhir September lalu. Pertemuan itu berlangsung satu pekan setelah pasangan ini mendaftarkan diri ke KPU Jakarta. Pertemuan yang digagas Anies itu antara lain dihadiri Raditya dan Razi, sebagai ketua tim media sosial Sandiaga dan Anies, serta ketua tim pemenangan, Mardani Ali Sera.
Pembicaraan di rumah Anies ditindaklanjuti dengan penggabungan markas tim pimpinan Raditya dan Razi. Pada akhir Oktober lalu, tim Raditya bergabung dengan tim Razi di kantor Indonesia Mengajar. Sebelumnya, tim Raditya bermarkas di posko pemenangan Sandiaga di kawasan Melawai, Blok M, Jakarta Selatan. "Ini untuk memudahkan koordinasi," ujar Raditya. Setelah penggabungan, tim itu terus menyiapkan dan menyebarkan sejumlah materi tentang program kerja Anies-Sandiaga ke media sosial. Secara rutin mereka melapor ke Anies-Sandiaga. "Sepekan sekali kumpul."
Selain menggodok materi kampanye, Tim 13 berkoordinasi dengan tim dari Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Lewat grup WhatsApp dan komunikasi surat elektronik, tim ini meminta akun Facebook dan Twitter resmi dua partai itu ikut menyebarkan materi kampanye di media sosial. "Kami share konten supaya disebarkan," ujar Raditya. Tak cuma itu, tim ini berkomunikasi dengan relawan pendukung Anies-Sandiaga yang aktif menggunakan media sosial. Salah satunya komedian Pandji Pragiwaksono, pemilik akun @pandji. "Pandji mendukung secara sukarela," katanya.
Pandji mengatakan mendukung Anies-Sandiaga karena tertarik pada program yang diusung pasangan itu. "Saya ingin itu terwujud. Karena itu, saya bantu sosialisasi ke publik lewat media sosial," ujarnya. Dia mengaku selalu berkomunikasi dengan Tim 13 sebelum mengunggah materi kampanye di media sosial. "Saya selalu berkoordinasi dengan semua," katanya
Tugas Tim 13 dan Pandji disokong ratusan relawan yang ingin membantu kampanye Anies-Sandiaga di dunia maya. Salah satu kelompok relawan itu bernama Anies Baswedan Sandi Uno Digital Volunteer, yang disingkat Insider. Menurut Raditya, kelompok relawan bergerak sendiri-sendiri meski tetap dalam koridor yang ditentukan Tim 13. "Biasanya kami yang menyiapkan bahan, lalu mereka menyebarkannya ke relawan lain," ujar Raditya. Pada Rabu pekan lalu, tim kampanye Anies-Sandiaga menggelar pelatihan digital untuk relawan di Metropolitan Tower, Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan.
Kendati tampak solid, tim media sosial pasangan itu paling "anteng" di dunia maya. Menurut penelusuran tim Tempo, dalam sebulan terakhir, pasangan ini terbilang paling sedikit melakukan manuver politik di media sosial. Tercatat hanya ada tiga tanda pagar atau tagar yang menyangkut Anies-Sandi di media sosial dalam kurun tersebut. Ketiga tagar itu adalah #salambersama, #majubersama, dan #aniessandi. Materi kampanyenya pun monoton dengan tema mengusung kewirausahaan dan pengentasan orang miskin.
Bahkan, menurut hasil penelitian PoliticaWave dalam dua pekan terakhir, pasangan ini paling jarang diperbincangkan netizen. Tingkat popularitasnya paling rendah. Sentimen positif terhadap mereka juga masih di bawah pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Padahal, menurut Direktur PoliticaWave Yose Rizal, ada kecenderungan bahwa pemenang pemilihan kepala daerah adalah calon yang paling sering diperbincangkan di media sosial dan yang sentimen positifnya tinggi. "Di luar kriteria itu, butuh perjuangan lebih besar untuk menang," katanya.
Tak hanya menebar popularitas Anies-Sandiaga di media sosial, Tim 13 juga bertugas menangkal serangan berita palsu. Seorang anggota tim kampanye Anies-Sandiaga mengatakan serangan mayoritas dilakukan pendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. "Banyak yang menyerang pribadi Anies dan Sandiaga," ujarnya. Misalnya tuduhan bahwa Anies pengikut Jaringan Islam Liberal dan penganut Syiah.
Selain itu, ada yang menyoroti kinerja Anies ketika menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Di Twitter, misalnya, akun @kurawa pada 8 Oktober lalu menuliskan cuitan berseri tentang kegagalan Anies hingga dicopot dari posisi menteri oleh Presiden Joko Widodo. Dalam salah satu cuitannya, @kurawa menyebutkan Anies gagal total lantaran baru 17 ribu dari 4,5 juta warga miskin yang menerima Kartu Indonesia Pintar.
Pemilik akun @kurawa, Rudi Sutanto, tak menjawab pertanyaan Tempo melalui percakapan WhatsApp. Hariadhi, anggota tim pemenangan Basuki-Djarot, menyebutkan @kurawa merupakan akun anonim. "Susah memverifikasi akun anonim," kata Hariadhi.
Raditya tak membantah adanya serangan dari kandidat lain. "Buzzer tidak perlu kami tanggapi," ujarnya. Menurut Raditya, Tim 13 tak ingin terlibat perang di media sosial karena membuang waktu. Mereka memilih menggunakan cara lain untuk menangkal serangan itu, yakni melalui jakartamajubersama.com. Salah satu laman di situs itu diberi nama "Pelurusan Isu", yang berisi penjelasan mengenai isu dan tudingan yang ditujukan terhadap Anies dan Sandiaga. "Kami tak ingin menyerang balik."
Dalam persoalan kinerja, Tim 13 menangkal serangan itu dengan mengunggah materi "Bagaimana Cara Menilai Kinerja Pejabat Negara?" dan "Apa Kinerja Anies Baswedan sebagai Mendikbud dalam 2 Tahun?" di laman "Pelurusan Isu" situs jakartamajubersama.com. Tim menjawab tudingan itu dengan video dan gambar berisi rekam jejak Anies selama menjadi menteri. "Terjawab semua di sana," kata Raditya.
Prihandoko
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo