Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pasukan Khusus dari Jalan Wijaya

Tim kampanye Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni paling serius menggarap media sosial. Menyiapkan tim khusus penangkal berita palsu.

28 November 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMAKAI BlackBerry Q10 berkelir putih, Roy Suryo mengendalikan operasi tim media sosial calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Setiap hari Roy, yang menjadi ketua bidang informasi dan teknologi pasangan nomor urut satu tersebut, menjalin komunikasi dengan belasan anggota tim media sosialnya di grup percakapan WhatsApp "Tim Cyber AHY" (Agus Harimurti Yudhoyono). Grup ini sekaligus menjadi "dapur" tempat merancang materi kampanye ataupun menangkis tuduhan yang menyudutkan Agus-Sylvi di dunia maya.

Untuk menjaga telepon selulernya tidak kehabisan daya, Roy selalu membawa 15 baterai. Di grup percakapan "Tim Cyber AHY", Roy bersama timnya membahas foto, video, dan teks yang akan diunggah ke media sosial. Nantinya, materi yang dihasilkan grup ini disebarkan di akun media sosial resmi kandidat, para relawan, dan simpatisan. "Caranya memang tradisional, tapi ini yang paling efektif dan efisien," kata politikus Partai Demokrat itu, Kamis pekan lalu.

Setelah materi diunggah, tim media sosial yang kerap disebut "serdadu" itu memantau dampaknya di Agus Yudhoyono Command Centre di sebuah rumah di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tim ini kadang memonitor lalu lintas percakapan media sosial menyangkut Agus-Sylvi di salah satu ruangan Capital Residence, Sudirman Central Business District, Jakarta. Tim ini juga bertugas memantau akun-akun pendukung kandidat lain, akun perseorangan, dan situs berita yang menyudutkan atau menyebarkan berita palsu tentang Agus-Sylvi. "Tim ini penting perannya terutama menangkal isu negatif," ujar Roy.

Tim media sosial Agus-Sylvi terbagi dalam tiga grup besar. Grup pertama terdiri atas empat ahli informasi teknologi dan grafis, dipimpin Raditya. Tim ini setiap hari melekat ke Agus. Raditya pernah menjadi anggota tim media sosial pasangan Faisal Basri-Biem Benjamin saat pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012. Grup berikutnya dipimpin Sandi Aditya, terdiri atas tiga orang, dan melekat ke Sylvi. Sandi adalah putra Sylvi. Satu tim lagi di bawah Roy, yang anggotanya berjumlah empat orang. Ketika mengambil gambar dan video saat Agus-Sylvi berkampanye, mereka dibantu tim media yang dipimpin Imelda Sari.

Oktober lalu, pasangan Agus-Sylvi mendaftarkan empat akun media sosial ke Komisi Pemilihan Umum Jakarta. Keempat akun itu adalah Twitter @AgusSylviDKI, Instagram @AgusSylviDKI, Facebook AgusSylviForDKI1, dan situs http: //AgusSylviDKI.com. Di dunia maya, pasangan juga ini disokong jejaring akun media sosial milik 167 relawan dan ratusan simpatisan.

Afik Budiawan dari relawan Karib Agus mengatakan mereka dilarang memainkan isu-isu yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). "Kami juga dilarang menyerang kandidat lain," ujarnya.

Dari penelusuran Tempo, tim kampanye Agus-Sylvi ini dalam sebulan terakhir paling produktif mengangkat pamor kandidatnya di media sosial dibanding dua pesaingnya, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Sedikitnya ada 23 tanda pagar atau penanda topik tertentu di Twitter yang berkaitan dengan pasangan ini dalam sebulan terakhir. Tagar itu antara lain #Jakartauntukrakyat dan #AgusSylvi4DKI.

Materi kampanye yang disampaikan pasangan ini di media sosial antara lain kemajemukan dan bantuan langsung tunai. Di dunia maya, tim media sosialnya menampilkan Agus sebagai calon gubernur muda, gagah, dan mampu berbaur dengan masyarakat. Poin terakhir itu, misalnya, ditampilkan dengan kumpulan foto Agus yang berbaur dengan warga Cilincing, Jakarta Utara, di tengah guyuran hujan, 11 November lalu. "Situasi-situasi seperti ini yang kami sebar di media sosial," kata Roy. "Adegannya tentu saja spontan, bukan sengaja kami ciptakan."

Dari hasil survei PoliticaWave, pasangan Agus-Sylvi menjadi kandidat kedua yang paling banyak dibicarakan di media sosial, setelah Basuki-Djarot. Dua pekan sebelum Basuki melontarkan pernyataan Surat Al-Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu pada 27 September lalu, sentimen positif netizen kepada Agus-Sylvi masih di urutan kedua. Di atasnya masih ada Basuki-Djarot. Beberapa pekan setelah itu, Agus-Sylvi mendapat sentimen positif paling banyak dari netizen—kendati dari sisi jumlah percakapan, pasangan Basuki-Djarot masih lebih populer. "Pengalaman 2012, pemenang adalah calon yang paling populer dan paling banyak mendapatkan sentimen positif di media sosial," ujar Yose Rizal, Direktur PoliticaWave.

Analis senior Awesometric, lembaga pemerhati media sosial, Yan Kurniawan, mengatakan pekan lalu tingkat popularitas Agus memang terus naik di dunia maya—kendati masih belum melampaui Basuki. Menurut dia, tren ini ditopang pencitraan Agus sebagai sosok yang ingin dilihat sebagai kandidat yang berbaur dengan masyarakat. Yan mencontohkan aksi Agus berjoget bareng dengan warga Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Rabu pekan lalu. "Hal seperti ini penting di media sosial."

l l l

DARI catatan tim media sosial Agus-Sylvi, sejak pencalonannya disahkan KPU Jakarta pada 24 Oktober lalu, pasangan ini sudah mendapat sekitar 150 kali serangan di media sosial. Bentuk serangannya berupa berita yang oleh tim pasangan ini dianggap palsu. Berita itu sebagian besar diunggah akun di Twitter dan sisanya berita dari situs-situs media tertentu. "Sebagian serangan dari kubu lawan," ujar Roy tanpa bersedia menjelaskan lebih rinci.

Isu pertama yang menyergap Agus adalah alasan putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono itu maju ke pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Akun @kurawa, yang tercatat atas nama Rudi Valinka, awalnya melontarkan informasi bahwa Agus maju sebagai calon gubernur karena cedera parah di sekitar tulang belakangnya, 23 September lalu. Cedera itu, menurut cuitan akun tersebut, menyebabkan Agus kesulitan meneruskan karier militernya. Informasi ini kemudian disebarkan beberapa media online tertentu dan beredar di sejumlah grup percakapan.

Dari penelusuran tim informasi dan teknologi Tempo, isi cuitan akun @kurawa ini mendukung Basuki-Djarot. Agus baru menjawab tuduhan itu dua hari kemudian, yang disebarkan akun para pendukungnya di media sosial. Pemilik akun @kurawa, Rudi Sutanto, tak menjawab pertanyaan Tempo melalui percakapan WhatsApp. Hariadhi, anggota tim pemenangan Basuki-Djarot, mengatakan akun @kurawa memang kerap memasang pesan di Twitter yang mendukung pasangan inkumben ini. "Tapi itu akun anonim," ujarnya.

Belakangan, pasangan itu diserang akun @agus.sylvi, yang memasang foto keduanya tengah berjabat tangan pada 13 November lalu. Di bawahnya tertulis pesan: "Alhamdulillah, terima kasih FPI atas dukungannya. Insya Allah kami menjalankan amanah." Tim media sosial Agus-Sylvi kemudian mengklarifikasi bahwa akun tersebut palsu. Mereka memuat klarifikasi di akun resmi @agussylvidki. Serangan itu dianggap sensitif karena Front Pembela Islam menjadi motor penggerak demo yang meminta kepolisian memenjarakan Basuki dalam kasus penistaan agama, 4 November lalu.

Dalam kasus demonstrasi 4 November, sejumlah simpatisan Agus-Sylvi yang tergabung dalam Korek Api Agus-Sylvi Nomor 1 menggunakan Twibbon gerakan 4 November 2016 di profil picture mereka. Ini menunjukkan mereka mendukung gerakan tersebut. Menurut Roy, aksi mereka itu tidak ada hubungannya dengan Agus-Sylvi. Kelompok itu disebut Roy sebagai simpatisan. "Kami sudah jelas posisinya, tidak memainkan isu SARA," katanya.

Anton Aprianto, Sunudyantoro, Ahmad Nurhasim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus