Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dampak Mudik Lebaran pada Ekonomi

Arus mudik kembali melonjak setelah pencabutan PPKM. Triliunan rupiah berputar menggerakkan ekonomi. 

16 April 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Arus mudik kembali melonjak setelah pandemi Covid-19 mereda.

  • Operator angkutan menuai berkah dari kenaikan jumlah penumpang.

  • Uang mengalir dari konsumsi hingga zakat.

Bak air yang lama terbendung, arus mudik bakal membanjir tahun ini. Setelah pemerintah melonggarkan pembatasan mobilitas karena surutnya pandemi Covid-19, ada 123,8 juta pemudik yang berangkat dari kota besar ke sejumlah wilayah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gelombang pemudik mendatangkan berkah, juga risiko. Dari kota, rezeki mengalir ke kantong-kantong perekonomian di perdesaan. Zakat, infak, dan sedekah pun mengucur dari kaum berpunya untuk yang papa. Operator angkutan dan jalan tol turut mengail rezeki, demikian pula pengelola kawasan wisata. Tapi beroperasinya jalan tol baru membuat para pedagang di sejumlah jalan raya merana. Lapak mereka yang dulu ramai kini sepi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keramaian pemudik, di sisi lain, mendatangkan kekhawatiran akan kembali maraknya penularan Covid-19. Apalagi Kementerian Kesehatan sudah mendeteksi virus varian baru yang lebih menular dan kebal vaksin. Karena itu pula, di tengah meriahnya Hari Raya, semua harus bersiaga. 

Menjelang gelombang arus mudik tiba, tim Tempo mereportase sejumlah kawasan, dari jalan tol, jalan arteri, hingga kantong-kantong yang bakal dipadati pemudik. Kami juga merekam gairah dan kegembiraan mereka yang hendak pulang kampung meluapkan rindu. Di tengah itu, ada pula politikus yang menebar pesona, memoles citra, di tengah gairah masyarakat menyambut Hari Raya.

•••

JAUH sebelum Ramadan, Samsudi membayangkan dirinya sudah berada di kampung halaman. Pria 47 tahun asal Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, itu terakhir kali mudik pada Lebaran 2019, setahun sebelum pandemi Covid-19 menerjang. “Saking kangennya sudah mau empat tahun belum pulang, sejak dua bulan lalu rasanya ada di sana,” kata Samsudi, yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi ojek online, kepada Tempo pada Ahad, 9 April lalu.

Tahun ini, Samsudi berniat mudik dengan sepeda motor bersama istrinya. Dia mengaku pernah mengikuti program mudik bareng dari sebuah perusahaan. "Tapi istri saya enggak nyaman, apalagi kalau mendadak perlu ke toilet,” ujar pria yang merantau ke Jakarta pada 1990 itu. Tak banyak yang Samsudi siapkan untuk pulang kampung. “Jaga badan, bawa beberapa pakaian dan sedikit oleh-oleh." Dia akan bersepeda motor dari Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, melintasi Bekasi, Jawa Barat, dan jalur pantai utara. 

Bukan cuma perantau lama seperti Samsudi, Iin Novita Vidya Agustin, yang belum genap setahun diboyong suaminya ke Tangerang, Banten, juga hendak pulang kampung ke Desa Pringgoboyo, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. “Ini mudik pertama setelah beberapa bulan jadi perantau,” tutur wanita 22 tahun itu saat dijumpai di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, pada Jumat, 14 April lalu.

Dari Senen, Iin menumpang kereta api Kertajaya. Biasanya dia dan sang suami naik bus lantaran rumahnya dekat dengan terminal. Tapi harga tiket bus kadung naik dua kali lipat. “Mungkin nanti pulangnya naik bus,” ucap Iin seraya berharap harga tiket bus turun sebulan ke depan. Iin dan suaminya yang berjualan pecel lele dan masakan khas Lamongan lain di Talaga Bestari, Tangerang, sudah lama berburu tiket kereta. Awalnya mereka akan berangkat pada 16 April, tapi tiket yang tersisa hanya untuk keberangkatan tanggal 14. “Diambil saja daripada tidak dapat sama sekali.”

Pemudik menunggu kedatangan kereta di area keberangkatan Stasiun Pasar Senen, Jakarta, 15 April 2023. Tempo/Hilman Fathurrahman W

Samsudi dan Iin adalah bagian dari 123,8 juta orang yang akan mudik tahun ini. Angka ini naik 44 persen dari tahun lalu. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, ada 26,45 persen atau 32,75 juta pemudik dari semua wilayah Indonesia yang menuju Jawa Tengah. Sedangkan yang menuju Jawa Timur sebanyak 24,60 juta orang atau 19,87 persen dari total pemudik se-Nusantara.

Pemerintah berharap pergerakan jutaan orang ini bisa memacu pertumbuhan sektor riil. Dari sana, akan ada perputaran uang dari pembelian tiket transportasi, belanja oleh-oleh, jajan makanan dan minuman, hingga wisata. Uang pemudik dari kota bisa menggerakkan usaha kecil, industri rumahan, juga kawasan wisata di kampung halaman. 

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Tauhid Ahmad mengatakan bakal ada peningkatan perputaran uang dari lonjakan arus mudik tahun ini. Menurut dia, kenaikan jumlah pemudik bakal berdampak ke banyak sektor, seperti transportasi dan logistik, makanan dan minuman, serta pariwisata. “Belum lagi transfer sosial seperti zakat, infak, dan sedekah yang biasanya meningkat di pekan terakhir Ramadan,” katanya pada Kamis, 13 April lalu. Mudik bakal mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal memprediksi peredaran uang kartal pada Lebaran tahun ini bisa mencapai Rp 8.450 triliun, naik 7 persen dari 2022. Pertumbuhan peredaran uang, menurut dia, tak sebesar tahun lalu. “Terhalang kenaikan inflasi sejak tahun lalu dan melemahnya pendapatan masyarakat kelas menengah-bawah,” ucapnya. Sedangkan ekonom Core Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan separuh dari uang yang beredar digunakan untuk konsumsi. “Sisanya ditabung." 

Tahun ini, Bank Indonesia menyiapkan uang tunai untuk kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri sebanyak Rp 195 triliun. Nilainya naik 8,2 persen dibanding pada Lebaran tahun lalu. Menurut Yusuf, kenaikan jumlah uang yang beredar tak lepas dari outlook kondisi perekonomian 2023 yang lebih baik dibanding pada tahun lalu. “Permintaan terhadap penggunaan uang lebih besar,” tuturnya.

Saat mencabut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), pemerintah bak membuka bendungan. Pemudik pun membanjir, membawa rezeki dari kota ke kampung.

•••

DIBANDINGKAN dengan pengguna moda angkutan umum, jumlah pemudik yang memakai kendaraan pribadi lebih banyak. Menurut Kementerian Perhubungan, ada 22,07 persen atau 27,32 juta pemudik yang memakai mobil pribadi.

Salah satunya Putri, 36 tahun, karyawan perusahaan media di Jakarta. Putri, suami, serta dua anak dan adiknya akan pulang kampung ke Bali dan Yogyakarta dengan minibus tahun ini. Mereka akan berangkat dari Cisauk, Tangerang Selatan, Banten, pada 18 April mendatang. Menurut Putri, mudik dengan kendaraan pribadi lebih hemat ketimbang menggunakan pesawat.

Saat merencanakan perjalanan mudik, Putri juga menghitung bujetnya dengan cermat. Untuk keperluan itu, dia menyisihkan Rp 5 juta yang dijatahkan sebagai biaya bensin, tarif jalan tol, dan kebutuhan lain. Selain itu, dia melanjutkan, harus ada dana cadangan untuk keperluan tambahan. Juga jatah uang Lebaran untuk sepupu dan keponakan yang nilainya mencapai Rp 3 juta dan zakat yang akan ia bayar di kampung halaman. Dana itu ia sisihkan dari jatah belanja kebutuhan rumah tangga dan pendidikan. 

Perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, menyarankan para pemudik membuat skala prioritas agar uang gaji dan tunjangan hari raya atau THR tetap aman. "Jangan lupakan pembayaran utang, cicilan kredit rumah, kredit kendaraan bermotor, uang sekolah anak, dan berbagai kewajiban lainnya,” ucapnya pada Jumat, 14 April lalu. Menyisihkan uang untuk menabung dan investasi, kata Andy, tak boleh terlupakan. Meski mudik menyedot dana, setidaknya ada 10 persen dari gaji dan THR yang dimasukkan ke rekening tabungan atau investasi.

Hal lain yang menjadi aktivitas sekaligus kebutuhan rutin menjelang mudik adalah pembayaran zakat, infak, dan sedekah. Memasuki sepuluh hari terakhir Ramadan, layanan pembayaran zakat di pelataran Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan, makin ramai. Muhammad Akbar Satrio, Kepala Divisi Fundraising and Partnership Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar, mengatakan pembayar zakat biasanya makin padat pada lima hari terakhir Ramadan sampai malam takbiran atau sehari sebelum Idul Fitri. “Pada awal sampai pertengahan Ramadan belum terlalu banyak," ujarnya pada Jumat, 14 April lalu.

Satrio mengungkapkan, pada pertengahan hingga akhir Ramadan tahun ini, zakat yang dihimpun meningkat hingga tiga kali lipat dibanding pada 2021 dan 2022. Tahun ini, LAZ Al Azhar menargetkan pengumpulan dana Rp 16 miliar untuk zakat, infak, dan sedekah serta Rp 2 miliar dana wakaf. Tahun lalu, dana zakat, infak, dan sedekah yang dihimpun mencapai Rp 14,7 miliar.

Tren kenaikan jumlah zakat, infak, dan sedekah pada Ramadan terjadi setiap tahun. Pemimpin Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bidang Pengumpulan Rizaludin Kurniawan mengatakan perolehan dana zakat, infak, dan sedekah secara nasional pada 2022 sebesar Rp 2,24 triliun. Dana ini berasal dari Baznas seluruh Indonesia dan sekitar 150 lembaga amil zakat. 

Padahal, menurut Rizaludin, berdasarkan hasil riset dan kajian Baznas, potensi perolehan dana zakat, infak, dan sedekah nasional mencapai Rp 327 triliun. Tahun ini Baznas nasional menargetkan pengumpulan dana hingga Rp 33 triliun. Target itu, Rizaludin menjelaskan, dihitung dari perolehan tahun sebelumnya yang didapatkan dari pembayaran secara digital dan konvensional. “Potensinya masih sangat besar, belum lagi didorong pembayaran melalui teknologi digital,” katanya.

Baznas menentukan proyeksi kenaikan zakat, infak, dan sedekah 20-30 persen setiap tahun, dilihat dari rata-rata tren pengumpulan tiga tahun terakhir. “Setiap tahun kami membahas target ini dalam rapat koordinasi nasional, dengan menghitung proyeksi dari tren, hasil musyawarah, dan analisis makro-mikro-ekonomi,” ujar Rizaludin. Dana ini yang akan berputar ke para mustahik atau penerima di seluruh Nusantara.

•••

PARA pengelola angkutan umum bakal panen besar pada mudik Lebaran tahun ini. Kementerian Perhubungan memperkirakan ada 22,77 juta pemudik yang naik bus dan 14,47 juta orang yang menggunakan kereta antarkota. Walau tak sebanyak pengguna moda transportasi darat, jumlah pemudik yang menggunakan moda penerbangan juga meningkat. 

Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi mengatakan sudah menerima 1.287 permintaan penerbangan tambahan untuk masa mudik Lebaran. Permintaan extra flight ini berasal dari tujuh bandar udara atau separuh dari semua bandara yang dikelola Angkasa Pura I. Permintaan penerbangan tambahan diikuti kenaikan kapasitas tempat duduk, yang mencapai 231.660 kursi. Extra flight terbanyak ada di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali; Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur; dan Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. 

Menurut Faik, 11 maskapai penerbangan sudah mengajukan permintaan penerbangan tambahan dan masih ada peluang kenaikan mendekati Lebaran. “Demand penumpang meningkat, tapi jumlah pesawat terbatas,” ucapnya di Artotel Casa Kuningan, Jakarta, Rabu, 12 April lalu. Angkasa Pura I, yang mengelola 15 bandara, bakal melayani 3,9 juta pemudik tahun ini. Jumlahnya naik 34 persen dibanding pada periode mudik Lebaran tahun sebelumnya. Sedangkan trafik atau pergerakan pesawat bakal naik 25 persen menjadi 31.876 pergerakan. Lantaran ada penerbangan tambahan, Angkasa Pura I menyiapkan penyesuaian jam operasional di semua bandara tujuan pemudik.

Sejumlah kendaraan memasuki pintu Tol Cikampek Utama menuju Palimanan di Karawang, Jawa Barat, 15 April 2023. Antara/Muhammad Adimaja

Naiknya jumlah penumpang tentu mengerek pendapatan. Tapi Vice President Corporate Secretary Angkasa Pura I Rahadian D. Yogisworo enggan menyebutkannya dengan alasan permohonan extra flight dari maskapai masih mengalir. “Mengacu pada tahun sebelumnya, realisasi extra flight kurang-lebih 40 persen dari permohonan yang diajukan, sehingga kami belum dapat menghitung nilai ekonominya,” katanya pada Kamis, 13 April lalu. Rahadian mengungkapkan, pendapatan dari layanan penerbangan sepanjang tahun ini menyumbang 57 persen dari seluruh pendapatan operasi Angkasa Pura I.

Permintaan penerbangan tambahan juga diperoleh PT Angkasa Pura II (Persero), yang banyak mengoperasikan bandara di bagian barat Indonesia. Sampai pekan lalu, Angkasa Pura II mengantongi 1.016 permintaan extra flight untuk menampung lonjakan jumlah penumpang mudik Lebaran.

Dalam paparan di hadapan Komisi Industri Dewan Perwakilan Rakyat pada Senin, 10 April lalu, Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, dari 1.016 permintaan extra flight yang diterima, lonjakan permintaan terjadi di Bandara Soekarno-Hatta; Bandara Husein Sastranegara, Bandung; Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru; dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang. 

Di Bandara Soekarno-Hatta, ada permintaan 854 penerbangan domestik dan 58 penerbangan internasional tambahan. Sedangkan 104 lainnya berada di luar Bandara Soekarno-Hatta. “Kami memperkirakan angkutan Lebaran 2023 mendekati sebelum masa pandemi Covid-19,” ujar Awaluddin. Dia merinci, pergerakan penumpang pada Lebaran tahun ini sama dengan 83 persen pergerakan sebelum masa pandemi. 

Awaluddin memperkirakan puncak pergerakan penumpang bakal terjadi satu hari menjelang Lebaran, yaitu sebanyak 1.861 penerbangan dengan 263 ribu penumpang. Sedangkan puncak arus balik bakal terjadi sepekan kemudian atau pada 30 April 2023 dengan 1.747 penerbangan dan 255 ribu penumpang.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk termasuk yang meminta tambahan pada arus mudik Lebaran tahun ini. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan sudah meminta 50 penerbangan tambahan untuk angkutan Lebaran hingga Jumat, 14 April lalu. Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, Direktur Utama Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan atau AirNav Indonesia Polana Banguningsih Pramesti menyebutkan slot yang dipakai untuk memenuhi permohonan extra flight biasanya 50-60 persen. “Yang dijatahkan untuk extra flight belum tentu dipakai semua,” tuturnya.

Lain di udara, lain di laut. PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni memperkirakan kenaikan angka pemudik yang menggunakan kapal laut mencapai 25 persen dibanding pada tahun lalu. Direktur Utama Pelni Tri Andayani mengatakan jumlah pemudik tahun lalu sebanyak 480 ribu orang sehingga tahun ini diperkirakan bakal menyentuh 604.183 penumpang. Dari jumlah itu, sebanyak 511.705 pemudik menggunakan kapal penumpang. "Selebihnya memakai kapal perintis," ujarnya pada Senin, 27 Maret lalu. 

Khusus untuk angkutan mudik Lebaran tahun ini, Pelni mendapat penugasan khusus, yaitu membuka Pelabuhan Ciwandan di Cilegon, Banten; dan Pelabuhan Panjang di Lampung, untuk melayani pemudik yang menyeberang menggunakan sepeda motor. Keputusan ini dibuat untuk mengurai kepadatan pemudik di Pelabuhan Merak pada masa angkutan Lebaran. 

Direktur Usaha dan Angkutan Penumpang Pelni Yahya Kuncoro mengaku belum bisa menghitung potensi pendapatan dari kenaikan jumlah pemudik tahun ini. “Belum bisa dihitung karena masih berjalan,” ucapnya. Untuk melayani pemudik, Pelni menyiapkan 26 kapal penumpang dan 42 kapal perintis dengan jumlah tempat duduk yang tersedia dalam satu kali trip 48.538 unit.

Mendekati puncak arus mudik, kepadatan penumpang juga mulai terlihat di Stasiun Pasar Senen pada Jumat, 14 April lalu. Saking ramainya, banyak pemudik yang tak mendapatkan kursi saat menunggu jadwal keberangkatan kereta hari itu. Hingga Kamis, 13 April lalu, sudah ada 13.500 penumpang yang berangkat dari Stasiun Pasar Senen dengan rata-rata harian sekitar 7.000 penumpang. “Stasiun Gambir terpantau masih normal dengan jumlah volume penumpang berangkat hari ini sekitar 4.500,” kata Kepala Hubungan Masyarakat Daerah Operasi 1 Jakarta PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Eva Chairunisa.

Menurut Eva, dari dua stasiun tersebut, sebanyak 525 ribu tiket sudah terjual, kebanyakan untuk jadwal keberangkatan H-5 sampai H-2 Lebaran. “Berdasarkan data, tiket terjual di tanggal-tanggal tersebut, tingkat okupansi penumpang sudah mencapai 86 hingga 100 persen,” ujarnya.

Penumpang bersiap menaiki bus Antar Kota Antar Provinsi di Terminal Bayangan Pondok Pinang Jakarta Selatan, 14 April 2023. Tempo/Magang/Muhammad Fahrur Rozi

Kereta memang menjadi salah satu moda favorit untuk mudik. Apalagi di musim seperti ini harga tiket bus melonjak tinggi. Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia Kurnia Lesani Adnan mengatakan kenaikan harga terjadi lantaran bus-bus kosong saat kembali ke Jakarta setelah mengantarkan pemudik. Padahal operator harus tetap membayar biaya bahan bakar dan gaji sopir meski bus itu tak berpenumpang. “Belum lagi biaya perawatan yang juga harus dipenuhi,” ujarnya pada Selasa, 11 April lalu.

Di tengah kondisi ini, Lesani dan para operator bus lain mengaku harus menyiapkan dana lebih besar untuk membayar tunjangan para pegawai. Karena itu, operator memberlakukan kenaikan tarif 25-35 persen pada H-7 sampai H+10 Lebaran. “Penyesuaian tarif sesuai dengan kebijakan pemerintah. Pelayanan bus nonekonomi diberi keleluasaan mengatur tarif menyesuaikan pasar," tuturnya.

Toh, meski ongkos melonjak, gelombang pemudik tak surut. Tak ada yang mahal untuk membayar kerinduan bertemu dengan orang tua dan sanak saudara di kampung halaman saat mudik Lebaran.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Aisha Shaidra

Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus