Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dari Sebuah <font color=#FF0000>Pasar yang Ramai</font>

Sufisme cenderung bersifat lentur, toleran, dan akomodatif terhadap keragaman. Model keberagamaan inilah yang banyak diminati kalangan perkotaan.

29 September 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sufisme di perkotaan merupakan fe­nomena umum yang terjadi di hampir semua kota besar di dunia, termasuk Jakarta dan kota lainnya di Indonesia. Julia Day Howell mencatat kebangkitan gerakan spiritual warga perkotaan ini mulai 1990-an ketika aktivitas sufi mulai terlembagakan. Saat itu muncul Yayasan Wakaf Paramadina pimpinan Nurcholish Madjid.

Paramadina

Awalnya kajian ini dirintis tokoh cendekiawan muslim Nurcholish Madjid pada 1986, yang saat itu dinama­kan Klub Kajian Agama. Ketika itu kajian-kajian dilaksanakan dari hotel ke hotel sebulan sekali dengan segmentasi para pengusaha atau profesional yang juga butuh belajar tentang agama di sela kesibukannya.

Pucuk dicinta ulam tiba. Banyak yang tertarik. Tapi sayang, karena hanya sebulan sekali, kajian dianggap menjadi semacam seminar dan tidak mengulas lebih dalam. Lalu muncullah permintaan dibukanya kelas-kelas khusus tentang studi keislaman. ”Biasanya untuk level dasar dan untuk tahap-tahap tertentu,” ujar Rahmat Hidayat, Koordinator Pelaksana Kajian Paramadina.

Peminat kajian Paramadina tidak terbatas kaum profesional atau pengusaha saja, tapi juga mahasiswa dan masyarakat umum lainnya dari usia 20 hingga 50 tahun. Kelas per paket seharga Rp 600 ribu plus buku. Adapun per kedatangan biayanya Rp 60 ribu.

Saat ini kelas di Paramadina yang paling populer adalah tasawuf. Pengajar, Muhammad Bagir, mengatakan mereka yang datang meng­ikuti kelasnya adalah orang-orang yang sebagian besar kecewa terhadap penafsiran agama. ”Agama yang terlalu kaku, terlalu ritual, menilai salat, dan tidak dengan cinta. Cinta itu kepada Tuhan saja,” ujar pria lulusan Iran yang tidak suka dipanggil ustad ini.

Menurut Bagir, tasawuf yang ada di Indonesia ini jarang sekali berangkat dari intelektualitasnya. Inilah yang berusaha ia tawarkan, yaitu tasawuf yang lebih pada intelektualitas, realitas, manifestasi.

Majelis Taklim Misykatul Anwar Padepokan Thaha

Padepokan Thaha bermula dari majelis-majelis taklim di rumah-rumah. Dipimpin oleh Kiai Rahmat Hidayat, kajian ini mencari pengertian Islam dengan lebih terbuka. ”Kami meng­undang pembicara, seperti Anand Krishna dan Gede Prama,” kata salah seorang peserta, Pardamean Harahap.

Padepokan Thaha yang berdiri pada 2001 merupakan bagian dari pengajian majelis Misykatul Anwar. Mereka sudah memiliki cabang di Bintaro, Yogyakarta, hingga Batam.

Setiap Jumat awal bulan, padepokan yang bermarkas di Jalan Senopati, Jakarta Selatan, ini membaca ­wirid dan zikir yang dipandu Kiai Rahmat. Dalam wi­rid Agung, jemaah dianjurkan mengenakan pakaian putih. Padepokan Thaha menerima peserta dari berbagai latar belakang tanpa dipungut bayaran.

Beshara

Beshara berasal dari rumpun bahasa Semit, yang artinya kabar bahagia. Ia adalah kegiatan spiritual yang digagas pada 1975 oleh guru asal Turki, Bulent Rauf, di Inggris.

Kegiatan ini mulai masuk Indonesia pada 2000 da­ri pencarian seorang ibu rumah tangga, Rayanti Bina­wan. ”Saya haus akan sesua­tu yang menenangkan di tengah masyarakat yang serba materialistis,” kata Rayanti.

Beshara tidak mempersoalkan agama apa pun, tapi menelaah pemikiran karya besar pemikir-pemikir dari berbagai agama yang melewati batasan agama, warna kulit, ataupun kewarga­negaraan seseorang.

Beshara mengapresiasi pemikiran Muhyiddin Ibn ’Arabi, seorang tokoh besar pemikir Islam, dan tokoh besar agama lainnya, seperti Tao Tzu, dengan karyanya, Tao Te Ching; Ismail Hakki Bursevi, yang menulis The Kernel of the Kernel; atau Jala­luddin Rumi, dengan puisi cinta Ilahi-nya; dan bahkan Bhagavad Gita.

Beshara memiliki kegiat­an rutin sebulan sekali selama akhir pekan. Mereka juga membuka kursus sembilan hari. Peserta biasanya terdiri atas kelompok kecil 6-12 orang plus fasilitator dari Inggris. Diskusi di Beshara tidak menempatkan kedudukan guru, melainkan semua peserta belajar me­ngenali dirinya sendiri yang paling dalam, yaitu aspek spiritualitasnya.

Kursus spiritual di Beshara berjalan seperti diskusi biasa dengan pengantar bahasa Inggris. Dalam kursus sembilan hari, ada juga meditasi serta kegiatan luar ruang lainnya. Oktober nanti, Beshara akan mengadakan kursus di Bandung. Biasanya peserta akan kena biaya Rp 3 juta selama sembilan hari. Tapi Beshara juga bisa menggratiskan biaya itu kalau memang ada peserta yang tidak mampu.

Setelah itu, peserta bisa mengikuti pelatihan intensif selama enam bulan, yang biasanya berlangsung di Skotlandia. Tahun ini pelatihan intensif mulai Oktober 2008 sampai Maret tahun depan. Pendaftaran kursus ini bisa melalui situs beshara.org.

Haqqani Sufi Institute of Indonesia & Meditation Center

Haqqani Sufi Institute of Indonesia & Meditation Center merupakan bagian dari tarekat Naqsabandiyah Haqqani di Indonesia. Lembaga ini berfungsi sebagai penyebar ajaran cinta guru mereka, Mawlana Syekh Hisham Kabbani ar-Rabbani. Menggunakan bendera Rumi Cafe, institut ini menawarkan kesadaran mistikal melalui meditasi sufi.

Rumi Cafe memang tidak seperti kafe biasa. Tempat ini tak menyediakan mi­numan beralkohol yang bisa menjadi ekstase bagi sebagian orang. Ekstase di kafe ini dinikmati lewat tarian khas Jalaluddin Rumi, whirling dervishes atau bermeditasi ala sufi.

Presiden Haqqani Sufi Institute of Indonesia Arief Hamdani mengatakan kegiatan institut ini baru berlangsung awal September lalu. Paket perdana adalah lokakarya meditasi sufi. Pada paket ini, peserta berlatih hal dasar, seperti adab pakaian hingga teknik tarian serta zikir.

Satu paket terdiri atas 10 kali pertemuan; peserta akan mempelajari pelbagai teknik meditasi sufi. Seluruh paket rata-rata dipatok Rp 60 ribu setiap kali datang.

Brahma Kumaris

Brahma Kumaris lembaga pelatihan meditasi dan spiritual yang didirikan Brahma Baba di Karachi, India, pada 1936. Di Indonesia, Brahma Kumaris Center terdapat di Jakarta, Bali, dan Surabaya.

Setiap peserta harus mengikuti kelas dasar tentang meditasi Raja Yoga. ­Se­­te­lah itu, peserta baru mengikuti kelas Meditasi Perdamaian Dunia.

Meditasi dilakukan pada pukul 06.00-07.30. Pengajar Brahma Kumaris Cibulan, Jakarta, Melinda Hewitt, mengatakan meditasi dilakukan dengan bebas, tidak perlu bersila sambil memejamkan mata. ”Ini membiasakan kita untuk meditasi dalam keseharian. Dalam bekerja pun kita bermeditasi,” ujar Melinda.

Selain itu, Brahma menawarkan kelas seni relaksasi, manajemen kemarahan, kekuatan untuk berubah, hingga seminar vegetarian. Melinda mengatakan semua kegiatan di Brahma itu gratis. ”Tapi ya sekadar untuk ganti makalahlah,” katanya.

Anand Ashram

Anand Ashram, pusat kesehatan holistik dan meditasi, didirikan oleh Anand Krishna pada 14 Januari 1991. Padepokan ini mengenalkan meditasi sebagai fondasi kesehatan secara holistik, terutama bagi warga urban yang selalu sibuk. Awalnya dibuka di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Karena peminat membeludak, padepokan ini kemudian dibangun di berbagai kota, seperti Yogyakarta, Semarang, Solo, Kuta, dan Singaraja serta Ciawi, Bogor.

Bagi pemula, Anand Ashram menawarkan paket stress management seba­­-nyak lima kali pertemuan dengan biaya Rp 500 ribu. ”Namun kami memberikan subsidi silang kepada para pelajar dan mahasiswa,” kata Anand Krishna kepada Tempo.

Salah satu program yang cukup diminati adalah meditasi sufi dan kelas whirling dervishes atau tarian Rumi. Meditasi itu dipakai sebagai alat pemersatu. Maklum, yang datang ke pade­pokan berasal dari berbagai latar belakang agama, ras, dan profesi.

Kelas meditasi sufi dan whirling dervishes yang diselenggarakan empat kali dalam sebulan ini mampu menggaet 30 orang pada setiap kelas. Selain itu, dua pekan sekali para peserta dapat mengikuti pesta perayaan sufi di Ciawi, Bogor. Untuk ikut paket sufi, peserta mesti merogoh kocek Rp 400 ribu.

Anand mengatakan sufi dan meditasi semestinya menjadi energi baru bagi setiap orang, bukan melarikan diri dari kejenuhan hidup. Untuk itu, setiap peserta harus lolos kelas stress mana­gement. ”Program ini untuk para pencinta yang mencari Kekasih. Jadi sudah harus dapat mengelola emosinya dengan baik,” kata Anand.

Metafisika Study Club

Metafisika Study Club adalah bentuk olah spiritual yang digagas Sabdono Surohadikusumo. Dengan meta­fisika, ”Kita menemukan jati diri, Tuhan, dan bagaimana misi hidup di dunia ini,” kata laki-laki kelahiran Bandung, 26 Agustus 1934, ini.

Sabdono mengatakan ajar­an metafisika bersifat terbuka. Ceramah dan meditasi ini biayanya Rp 100 ribu. Kelompok ini lebih banyak mengambil acuan dari Al-Quran. Namun mereka juga mencampurnya dengan fil­safat Jawa. ”Ini juga kejawen. Kita banyak melakukan prediksi masa depan,” ujarnya.

Tujuan kelompok ini adalah mencapai tingkatan tertinggi manusia, yakni makrifat. Menurut dia, manusia biasanya melalui tahapan, yakni sembah raga (syareat), sembah cipta (tarekat), sembah jiwa (hakikat), serta sembah sukma (makrifat). Sabdono mengatakan ilmu makrifat sudah disebarkan Sunan Bonang dan Sunan Giri.

Untuk mempelajari makrifat, peserta setidaknya sudah harus membaca buku Jalan Menuju Ma’rifat yang ditulis Sabdono. ”Meditasinya dengan duduk bersila dan menutup sembilan lubang di tubuh yang bisa menimbulkan nafsu,” katanya.

Yandi, Sita, Iqbal Muhtarom, Munawwaroh

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus