Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dari Sebuah Kartu Natal

Untuk memenangi persaingan, Enron menghujani politisi dengan siraman uang. Tidak etis, tapi sulit digugat.

24 Februari 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NATAL 1999. Sebuah kartu Natal, tidak terlalu istimewa, diterima Gubernur Texas George W. Bush dan istrinya, Laura. ”Kami akan mencari jalan,” begitu tulisan tangan dalam kartu itu memulai ucapannya, ”agar melihat kalian ke Gedung Putih.” Setahun kemudian, melalui proses penghitungan suara yang melelahkan, Bush benar-benar memasuki Gedung Putih sebagai Presiden Amerika Serikat menggantikan William Clinton. Apakah Bush ke Gedung Putih berkat ”kami” dalam kartu Natal yang tidak istimewa itu? Entahlah. Yang pasti, Kenneth Lay dan istrinya, Linda, pengirim kartu Natal itu, merupakan pendukung setia keluarga Bush. Persahabatan ini sudah berlangsung sejak Bush Senior (George H.W. Bush) masih menduduki kursi kepresidenan. Ketika Bush Tua dikalahkan Clinton, pada 1992, Lay menampung para pembantu Bush dan menyelamatkan mereka sebagai anggota direksi Enron. Di antaranya adalah bekas Menteri Perdagangan Robert A. Mosbacher dan bekas Menteri Luar Negeri James A. Baker III. Persahabatan ini tak akan terusik jika Enron tak mengajukan petisi bangkrut pada Desember lalu. Kebangkrutan Enron, yang dinilai ”berbau kriminal” oleh Departemen Kehakiman AS, membuat pertemanan Lay dengan Bush menjadi soal besar. Pelbagai gelagat menunjukkan Lay memanfaatkan kedekatan ini demi keuntungan Enron. Kebijakan pemerintah AS tentang kelistrikan yang diumumkan Mei lalu, misalnya, dinilai memberikan insentif yang luar biasa bagi kemajuan bisnis Enron. Selain itu, sejumlah pos penting dalam pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan proyek energi dan listrik, diisi tokoh-tokoh yang direkomendasikan Lay. Lebih celaka lagi, beberapa orang bekas gajian Enron kini bertebaran menduduki pelbagai pos penting di Gedung Putih. Apakah kedekatan ini tak mendorong Bush dan para eksekutif memberikan bantuan khusus ketika Enron mau bangkrut? Seiring dengan pertumbuhan Enron, Lay menghanyutkan diri dalam pergaulan elite politik. Sebagaimana para koboi Texas sebelumnya, perusahaan konstruksi Brown & Root setelah Perang Dunia II dan Ross Perot dengan Electronic Data Systems pada 1960-an, Lay tahu betul apa artinya koneksi politik. Sebagai pemimpin bisnis terbesar di Houston, Lay berteman dekat dengan Gubernur Texas (yang kemudian dikalahkan Bush Jr.) Ann Richards. Selain itu, beberapa kali Lay bermain golf bersama Presiden Bill Clinton. Sudah bukan rahasia lagi, Lay merupakan salah satu pemain politik uang paling dahsyat di Washington. Menurut Center for Responsive Politics, sebuah LSM independen, lebih dari 85 persen anggota tim komite penyelidik yang dibentuk Kongres AS untuk mengusut kebangkrutan Enron pernah menerima duit dari Enron ataupun Arthur Andersen. Dalam dua tahun terakhir, Enron menghabiskan dana donasi politik Rp 59 miliar, baik untuk Partai Republik maupun Demokrat. Sejak dulu, Lay merupakan salah satu mesin pencari uang bagi Bush Tua. Pada 1992, ia mengetuai Konvensi Nasional Partai Republik, yang saat itu digelar di markas besar Enron, Houston. Ketika Bush Muda berjuang merebut ”takhta” ayahnya dari Partai Demokrat, setahun lalu, Lay adalah salah satu dari 200 orang yang disebut Pioneer: orang-orang yang mengumpulkan sedikitnya US$ 100 ribu atau lebih dari Rp 1 miliar untuk dana kampanye Bush. Begitu Bush memasuki Gedung Putih, awal 2001, Lay dan para petinggi Enron mengguyurkan lagi dana US$ 550 ribu (sekitar Rp 5,5 miliar)—jumlah yang tak pernah diterima Bush dari seorang pendukung selama masa karir politiknya. Seperti tidak pernah cukup, Lay dan Enron menambahkan lagi sumbangan Rp 2 miliar kepada panitia pelantikan Bush. Jejak Enron dalam kabinet Bush tampak jelas di markas pertahanan AS, Pentagon. Di kantor yang angker itu, Thomas E. White, seorang eksekutif papan atas Enron, terpilih sebagai Menteri Angkatan Perang AS, April lalu. White, yang belasan tahun mengabdikan dirinya kepada Enron, kabarnya dipilih Bush agar menularkan semangat efisiensi perusahaan Amerika kepada Pentagon. Apa yang dilakukan White? Setelah dua bulan menduduki posnya, White mendesak Departemen Pertahanan AS agar mempercepat privatisasi penyediaan listik di pusat-pusat instalasi militer. Seperti kebetulan, saat itu ada tujuh tender pengadaan listrik yang diikuti Enron mentok di Pentagon. Apakah desakan privatisasi itu atas permintaan markas besar di Houston? Belum ada bukti yang kuat. Yang pasti, semasa bekerja di Enron, White bertanggung jawab untuk memasarkan listrik. Dua tahun sebelum memasuki Pentagon, White memimpin tim lobi Enron memenangi tender pasokan setrum ke instalasi militer Fort Hamilton, Brooklyn, selama 10 tahun. Kecurigaan makin subur jika diingat bahwa selama di Pentagon puluhan kali White mengontak kantor pusat Enron di Houston, termasuk menelepon bos besar Kenneth Lay. Kepada tim penyidik, White mengakui semua kontak itu sebagai kontak pribadi. Tapi ada yang mengaitkan hotline Washington-Houston itu sebagai bagian dari hubungan saling menguntungkan. Lay mendapatkan akses untuk memenangi tender listrik, sedangkan White memperoleh bocoran kapan waktu yang tepat untuk menjual saham Enron. Dan benar saja, beberapa hari setelah White melego semua sahamnya, harga saham Enron hancur berkeping-keping. Kabarnya, nilai saham Enron yang dimiliki White sebagai eksekutif mencapai Rp 250 miliar. Kemesraan Bush dengan Lay juga tampak jelas pada Ralph Reed, konsultan kandidat presiden Bush, yang kemudian disewa Enron. Ada dugaan, ahli strategi politik itu direkrut Enron atas permintaan Bush agar Reed tidak kabur ke kandang Partai Demokrat. Tentu Lay tak keberatan dengan permintaan sepele ini. Dalam empat tahun terakhir, Enron menyewa Reed sebagai konsultan politik dengan gaji antara US$ 10 ribu dan US$ 20 ribu sebulan. Reed, kini Ketua Partai Republik Negara Bagian Georgia, mengaku tak tahu-menahu adanya campur tangan orang-orang Bush atau siapa pun dalam kontraknya dengan Enron. Ia disewa, katanya, untuk memenangi tender listrik Pennsylvania. Bukan hanya berteman akrab dengan para pejabat tinggi, kuat dugaan Lay juga ikut menentukan siapa yang duduk di pos-pos penting Gedung Putih. Pemilihan Patrick H. Wood III sebagai Ketua Komisi Federal untuk Pengaturan Energi, misalnya, hingga kini menjadi tanda tanya: apakah benar Bush hanya ikut apa kata Lay? Curtis L. Hebert, Ketua Komisi Energi yang tersingkir, mengaku ”diancam” koboi Enron. ”Anda harus mengubah sikap kalau mau saya dukung,” kata Lay seperti ditirukan Hebert. Perubahan sikap yang dimaksud Lay adalah menyokong deregulasi kelistrikan. Tapi Hebert menolak. Tak aneh jika kemudian ia jatuh. Hebert digantikan oleh Wood III, yang memang dijagokan Lay untuk posisi penting itu. Sebelumnya, Wood III adalah Ketua Komisi Energi Texas, yang dipilih Bush ketika masih menjadi gubernur di Texas, juga atas saran Lay. Tentu saja Lay membantah permainan ini. ”Kata akhir tetap berada di tangan Presiden, bukan saya,” katanya seperti tidak peduli. Meskipun kedekatan Lay dengan Bush tampak terang-benderang, agaknya sulit bagi Partai Demokrat untuk mengusik perkara ini. Soalnya, Lay juga bermurah hati kepada sejumlah politisi penting dari kubu Al Gore, misalnya Senator Charles E. Schumer dari New York, Jeff Bingaman dari New Mexico, dan John B. Breaux dari Louisiana. Ihwal permintaan Lay kepada Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan agar pemerintahan Bush menyelamatkan Enron tampaknya juga tak mungkin digugat. Soalnya, pada saat yang sama, pentolan Partai Demokrat, menteri keuangan di zaman Clinton, Robert Rubin, juga mengontak Wakil Menteri Keuangan Peter Fisher. Rubin, yang kini menjadi Ketua Komite Eksekutif Citigroup, minta agar Fisher menekan lembaga rating supaya tidak menurunkan peringkat surat utang Enron. Jatuhnya peringkat Enron sangat mencemaskan Citigroup, salah satu kreditor terbesar Enron. Diperkirakan, Citigroup akan menelan kerugian hingga Rp 2,5 triliun jika Enron bangkrut. Tak semua kebenaran bisa diungkap. Banyak pertanyaan tetap menggantung tanpa jawaban. Tapi satu hal sudah pasti: Enron memang diuntungkan oleh koneksi mereka dengan Gedung Putih. Para penegak aturan di Washington seperti tidur, dengan ranjang dan bantal yang disiapkan koboi-koboi Enron. Dwi Setyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus