DI sebuah senja, wartawan jelita itu tertegun. Bethany McLean, wartawan majalah Fortune, ingat bagaimana sore itu tiga orang eksekutif Enron dari Houston muncul ke kantornya di New York. Mereka menemui atasannya, para redaktur Fortune. McLean lantas mafhum, ini tentu perihal tulisannya berjudul Is Enron Overvalued? di majalah itu. McLean, 31 tahun, adalah wartawan pertama di Amerika yang menulis artikel menghantam Enron. Tulisan tersebut membuat Jeffrey K. Skilling, Direktur Pelaksana Enron, panik dan meluncurkan julukan yang melecehkan wartawan pirang itu: the looker (”si cantik”) penyebar panik.
Toh, ternyata analisis ”si cantik” itu tak meleset. Jeffrey K. Skilling dan Andrew Fastow, Direktur Keuangan Enron, kini adalah dua orang yang dianggap bertanggung jawab atas keruntuhan Enron. Kantor Enron sekarang diblokir Biro Penyelidik Federal (FBI). Tim investigasi FBI melakukan penelusuran forensik komputer yang bisa dibilang paling besar sepanjang sejarah Amerika.
Mereka mengecek lebih dari 400 buah komputer, 10 ribu data backup komputer, 20 juta lembar kertas, serta ribuan disket, CD-ROM, dan perekam milik Enron. Mereka juga waspada terhadap berbagai kemungkinan dipakainya server khusus untuk menyembunyikan data. Bahkan pager dan handphone karyawan juga disita. File-file yang telah dihapus dilacak dan dikonstruksi kembali lewat perangkat lunak khusus.
Data elektronik yang diinvestigasi itu diperkirakan sampai 10 kali lipat banyaknya dari yang dimiliki Library of Congress. ”Akuntan mirip tikus pengerat. Mereka meninggalkan jejak di mana saja,” kata Paul Regan, presiden sebuah perusahaan forensik akuntansi di San Francisco. Investigasi forensik ini begitu akbar karena Skilling dan Fastow melakukan penggelapan investasi yang rumit dan misterius.
Itu dimulai dari pengangkatan Skilling sebagai direktur pelaksana pada akhir 1996. Penampilannya menggebrak. Tangkas. Ia melakukan aksi jual-beli stok energi, pembangkit listrik, secara agresif. Ia melebarkan bisnis Enron, yang sebelumnya hanya bergerak di wilayah gas alam. Gaya kepemimpinannya bisa mendongkrak Enron dari perusahaan kelas kampung Texas menjadi perusahaan dunia. Tapi, bak gurita, ia bernafsu memiliki lebih banyak tangan untuk menangkap peluang bisnis. Sebuah induk saja dirasakan tidak cukup.
Demi tidak mengganggu keseimbangan neraca Enron, Skilling mengembangkan formula akuntansi yang inovatif (baca: curang), yaitu dengan mendirikan perusahaan yang tidak dimasukkan dalam pembukuan perusahaan. Ia mengangkat Andrew Fastow sebagai direktur keuangan. Ia juga ”menaklukkan” akuntan publik Arthur Andersen yang menjadi auditor Enron selama 16 tahun. Jordan Mint, pengacara, ahli pajak yang baru bergabung di Divisi Keuangan Enron pada tahun 2000, misalnya, masih ingat betapa ia heran banyak surat kontrak bisnis tidak pernah disetujui secara resmi oleh Skilling. Ia bersaksi dalam testimoni beberapa waktu lalu.
Ini seperti menanam bom waktu. Bagaimanapun, modal awal untuk perusahaan di luar pembukuan itu diambil dari Enron. Celakanya, itu sebagian dihimpun dari utang. April 2000, secara diam-diam Fastow mendirikan perusahaan bernama Raptor. Raptor adalah nama sejenis reptil buas. Nama itu mungkin mencerminkan ambisi ”geng Skilling” untuk mencaplok mangsa-mangsa bisnisnya. Untuk memasok modal sang reptil, Andrew Fastow, sebagai direktur keuangan, membuat proyek di Enron yang menghimpun utang. Proyek ini melibatkan perusahaan swasta seperti Merrill Lynch & Co., JP Morgan Chase, City Group, McArthur Foundation, dan Arkansas Teacher Retirement System.
Tapi utang inilah kemudian yang digunakan untuk men-jalankan Raptor tersebut. Raptor ini dikembangkan menjadi Raptor II, Raptor III, dan Raptor IV. Dalam pemikiran Skilling, reptil kecil ini mungkin akan tumbuh menjadi dinosaurus: sebuah ”jaringan perusahaan dalam perusahaan” yang jauh lebih besar daripada perusahaan aslinya. Di atas kertas, memang bila perusahaan Enron sehat, ia akan mampu membiayai Raptor terus-menerus. Pengembalian utang akan berjalan lancar. Yang tidak terduga adalah bom di Nasdaq, bursa saham untuk teknologi, yang kemudian mengguncangkan Enron.
Nilai saham Enron ikut jatuh. Raptor I dan Raptor III terlihat goyang. Tanda bahaya berbunyi. Diperkirakan, uang yang lenyap sekitar US$ 504 juta atau lebih dari Rp 5 triliun. Selama beberapa bulan, para akuntan Enron bekerja keras menambal untuk menahan perdarahan ini, bahkan dengan bantuan Andersen, dengan jaminan uang dari Raptor II dan IV. Sepintas aman, tapi itu makin memperburuk suasana. Maret 2001, sebuah upaya untuk mereorganisasi Raptor yang compang-camping itu dilakukan sekuat tenaga.
Mungkin ini bisa ditangani. Tapi, yang menjadi persoalan, ternyata ”geng Skilling” memiliki proyek lain yang sama gawatnya dengan Raptor. Ceritanya berasal dari tahun 1993. Waktu itu, Enron terlibat proyek sebesar US$ 500 juta bersama perusahaan bernama The California Public Employees Retirement System (Calpers). Proyek itu diberi nama mirip tokoh film Star Wars: JEDI. JEDI adalah akronim dari Joint Energy Development Investment. Pembagian saham antara Enron dan Calpers masing-masing 50 persen. Calpers meluncurkan duit US$ 250 juta tunai, sementara Enron memberikan 12 juta saham.
Karena proyek itu menguntungkan, pada 1997 Enron mengajak Calpers membuat JEDI 2. Investasinya meningkat, masing-masing harus urun US$ 500 juta. Tapi Calpers menolak. Bila ada perusahaan lain yang menggantikan Calpers, perusahaan itu harus membeli investasi Calpers sekitar US$ 383 juta. Maka ”geng Skilling” buru-buru membentuk perusahaan bernama Chewco Investment pada November 1997. Nama Chewco ini juga diambil dari nama seorang tokoh dalam Star Wars. Karena Chewco adalah perusahaan bodongan, duit untuk membelinya diambil dari Enron. Mereka mengambil sekitar US$ 132 juta. Sisanya dicari lewat utang dan jaminan.
Tak ada yang tahu bahwa Chewco sesungguhnya perusahaan patungan beberapa eksekutif Enron. Publik mengira Chewco adalah perusahaan independen. Padahal yang melaksanakannya sehari-hari adalah Michael J. Kopper, direktur manajemen Fastow. Jadi, sesungguhnya JEDI kemudian menjadi proyek akal bulus tempat warga Enron berdagang dengan Enron sendiri. Jelas semua strategi ini berjalan di hadapan mata Jeffrey Skilling, meski ia sendiri tak menunjukkan intervensi. Para saksi maka menganggap Skilling seperti Darth Vader, sang Pangeran Kegelapan dalam film Star Wars, yang dingin, yang parasnya tak pernah terlihat karena selalu bertopeng hitam.
Ketika saham mulai jeblok, Skilling bahkan mampu menyembunyikan emosi. Dalam sebuah pertemuan rutin para eksekutif Enron dengan para analis Wall Street, begitu masuk ruangan, Skilling langsung tampak ceria. ”Saya harap kita bisa berdansa. Kami sangat optimistis Enron akan tumbuh terus tahun-tahun ke depan,” begitu bunyi rekaman suara Skilling. Dan pada awal Juni 2001, ketika Skilling menjadi pembicara kunci dalam sebuah seminar teknologi bergengsi di Las Vegas—di situ dia dianugerahi penghargaan sebagai CEO nomor satu di seluruh Amerika—saat ditanya hadirin mengenai perusahaan gas dan listrik milik negara di California yang mengalami krisis, ia menjawab, ”Anda tahu beda Titanic dan California. Titanic masih lumayan karena, sebelum tenggelam, lampunya menyala…,” yang disambut tawa hadirin. Ia mengatakan demikian seolah-olah Enron bukan Titanic.
Tapi, pada 14 Agustus 2001, secara mendadak Skilling mengundurkan diri. Itu mencurigakan rekan-rekan sekantornya. Sherron Watkins, seorang eksekutif akuntansi Enron, yang selama ini tahu dan gerah terhadap praktek bulus itu, mengirim surat kepada Kenneth Lay, Presiden Direktur Enron. ”Dear Mr. Lay, apakah Enron tempat bekerja yang aman? Bagi kami yang hidup pas-pasan, apakah tepat bertahan di sini?” demikian tulis Watkins. Ia minta bertemu dengan Lay. Dalam pertemuan itu, Watkins membeberkan kecurigaannya tentang Raptor.
Setelah pertemuan selama dua jam itu, Lay menyuruh Vinson & Elkins, penasihat hukum Enron, untuk mengecek kebenaran informasi Watkins. Tapi Vinson & Elkins mengatakan bahwa semua yang dilakukan Jeffrey K. Skilling sesuai dengan prosedur. Watkins, yang dijuluki pers Amerika sebagai ”Whistleblower” alias sang Vokalis, kembali memperingatkan Lay agar tidak mempercayai Vinson & Elkins atau bahkan Andersen karena Watkins pernah bekerja di Andersen dan tahu tabiat licik kantor auditor terkenal itu.
Peringatan Watkins yang terakhir ini tidak ditindaklanjuti Lay. Terlambat sudah. Pada September, secara esensial sebetulnya Enron telah mampus. Di saat Amerika tengah diliputi duka tragedi WTC, karyawan Enron mulai diliputi kesangsian akan masa depan perusahaannya. Kala itu, Kenneth Lay mengirim e-mail kepada karyawannya yang berisi pernyataan bahwa Enron aman-aman saja.
Tapi kepanikan karyawan pecah ketika Andersen kemudian mengakui ada kekeliruan pembukuan yang dia buat. Ada satu miliar dolar yang tak tercatat untuk membiayai Raptor. Harga saham Enron pada Oktober langsung terbanting. Apalagi ketika keberadaan Chewco pada November dilaporkan di The Wall Street Journal. Sebuah telepon dari Paul H. O’Neill, Menteri Keuangan AS, meminta Kenneth Lay datang ke apartemennya di Watergate. Saat itu, harga saham Enron akhirnya sampai merosot ke titik nol.
Pada testimoni di depan Kongres AS, Skilling menampik tuduhan bahwa sejak awal dia tahu praktek Raptor dan Chewco. Maka para investigator kini berusaha menemukan bukti hitam di atas putih yang tersembunyi di dalam komputer para staf akuntansi Enron—untuk membuktikan keterlibatan Skilling. Kini pemeriksaan bahkan diluaskan ke orang-orang Wall Street, Goldman Sachs, Salomon Smith Barney, JP Morgan Chase, Merrill Lynch & Co., First Union, Lehman Bros, dan Deutsche Bank, yang terlibat dalam pembiayaan JEDI.
Skandal Enron tampaknya menyeret ke masalah yang lebih luas. Lebih dari itu, skandal ini dibaca sebagai tersingkapnya secara telanjang sisi gelap kapitalisme. Nafsu untuk terus mengembangkan perusahaan akan menggali kubur massal sendiri. Penipuan auditing boleh jadi juga banyak terjadi di perusahaan besar lain, hanya belum terungkap. Seorang kolomnis mengatakan, kasus Enron membuka mata bahwa diam-diam Amerika mengidap suatu cacat sistemis.
Seno Joko Suyono (New York Times, The Washington Post)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini