Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lombok Timur - Setelah 8 hari melakukan pencarian, Tim SAR gabungan akhirnya menemukan pendaki asal Jakarta Pusat, Kaifat Rafi Mubaroq (16), dalam keadaan meninggal dunia. Kabar duka itu disampaikan Kepala Kantor SAR Mataram, Lalu Wahyu Efendi. "Jasad korban berhasil dideteksi oleh drone thermal pada Selasa pagi sekitar pukul 10.30 Wita di kedalaman ratusan meter dari lokasi kejadian." Kata Wahyu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Posisi penemuan jasad korban berjarak ratusan meter dari lokasi yang ditunjuk oleh teman korban yang selamat, “Jaraknya ratusan meter dari lokasi yang ditentukan oleh saksi mata, yaitu teman korban,” kata Wahyu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah ditemukan, petugas kemudian fokus pada upaya evakuasi. "Proses evakuasi ini membutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat medan yang sangat terjal dan kondisi cuaca yang tidak menentu." Kata Wahyu, “Tentunya harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang untuk memastikan proses evakuasi berjalan lancar dan aman."
Kasi Humas Polres Lombok Timur, Iptu Nikolas Oesman, yang dikonfirmasi membenarkan penemuan jenasah Kaifat. Saat ini kata Nikolas proses evakuasi masih berlangsung, posisi korban yang cukup terjal dan dalam, menyebabkan proses evakuasinya tidak mudah. "Kita tunggu saja, nanti korban akan diangkat dan langsung dicek kondisinya baru kemudian, jenazah dibawa ke Rumah sakit Bayangkara Polda NTB, " Katanya.
Kaifat Rafi Mubarok dilaporkan jatuh ke jurang di Pelawangan Sembalun, Rinjani pada Minggu (29/9) lalu. Sedianya upaya pencarian telah berakhir di hari ketujuh, Minggu, 6 Oktober 2024. Akan tetapi atas permintaan keluarga proses pencarian dilanjutkan kembali.
Kaifat mendaki Rinjani bersama 12 rekan lainnya. Setelah turun dari puncak Rinjani, Kaifat dan seorang rekannya Muhammad Afifah Reza terpisah dari rombongan. Kaifat dan Reza sama-sama tergelincir ke jurang, akan tetapi Reza berhasil selamat dan kemudian melaporkan peristiwa yang mereka alami kepada aparat TNGR di Sembalun.