NUSCHAH pagi itu bertandang ke rumah Munhadi, tetangganya. Lagi enak ngobrol, datang Saechon dan menjambak rambut perempuan 25 tahun itu. Karena kaget, mulutnya ternganga. Lalu plok. "Ini makananmu," ujar Saechon. Nuschah menjerit, dan ia berkali-kali muntah. Nuschah rebah, lalu pingsan. Kejadian Sabtu dua pekan lalu itu menggegerkan Desa Padurenan, Gebok, Kudus Jawa Tengah. Nuschah yang "kelenger" itu terpaksa digotong ke puskemas. Ia dirawat beberapa lama dan nafsu makannya raib. "Sehari-hari saya hanya minum air dan makan obat," kata Nuschah terbata-bata kepada Bandelan Amarudin dari TEMPO. Sudah lama Saechon, 34 tahun, punya dendam. Katanya, Nuschah suka menggunjingkan dirinya berbuat mesum. Malah dengan karyawannya sendiri. "Padahal, itu fitnah," kata Saechon, ayah dua anak itu. Nuschah membantah. "Saya tak tahu menahu dengan gunjingan itu, kok," katanya. Muhdor, suami Nuschah, tentu berang. Ia melapor ke kepala desa dan ke kecamatan. Saechon ditagih ganti rugi Rp 300 ribu. Itu sesuai dengan biaya pengobatan yang sudah dikeluarkan, biaya mondar-mandir dari rumah ke puskesmas, ditambah pekerjaan yang jadi kacau. Tapi Saechon hanya mau bayar Rp 2 ribu. "Pasar lagi sepi," kata Saechon, yang sehari-hari berdagang konfeksi. Muhdor lantas meneruskan perkara plok itu ke polisi. Pagi itu Saechon memang sengaja mau memberi pelajaran. Ia dan anak-anaknya "memproduksi" benda lunak, berair, kuning, dan baunya sangat tak enak itu -- be-ol di tas plastik. Setelah terkumpul itu "makanan", Saechon mencari Nuschah. Ketemu di rumah Munhadi. Plok. "Itu hadiah bagi yang suka membicarakan orang lain," ujar Saechon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini