MENDUNG tebal menjepit karier Deng Xiaoping dalam masa "Perjalanan Panjang" (long march). Ia diadili dalam rapat-rapat perjuangan. Digeser dari segala kedudukan, baik dalam tentara maupun dalam partai. Ia berada di bawah pengawasan ketat, sedangkan istrinya sudah meninggalkannya. Kendati itu bukan nadir dari karier politiknya, toh masa itu benar-benar masa sukar buat Deng. Sebagian dari cerita tentang Deng pada masa itu jelas tak berdasar. Tak ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa ia benar-benar dikirin ke kamp kerja paksa. Padahal, cerita tersebut beredar luas. Ia memulai Perjalanan Panjang sebagai seorang petugas Departemen Politik Tentara Merah. Dan bukan seorang pemikul beban seperti yang dilukiskan oleh legenda-legenda tentang kehidupannya. Seperti juga para pemimpin Cina lainnya, kehidupan pribadi dan riwayat hidupnya penuh dengan teka-teki. Kehidupan dan karier politik Deng istimewa bagaikan roda, sebentar di atas sebentar di bawah. Di masa Perjalanan Panjang, 1935, Partai Komunis Cina (PKC) mengadakan rapat di sebuah kota kecil yang bernama Zunyi. Dalam rapat itu Mao terpilih sebagai ketua PKC. Sejak saat itu pula Mao dan Maoisme berkibar di Cina. Zunyi jelas-jelas mengubah hidup Deng -- dari status rendahan jadi menanjak. Kariernya tiba-tiba menjulang, lantaran ia mendukung dan mengikuti Mao. Deng berusia 30 tahun ketika mengikuti Perjalanan Panjang. Ia anak seorang pejabat rendah di Distrik Guangan, Provinsi Sichuan, sekitar 60 mil dari Chongqing. Sebagai seorang pendukung Mao, ia telah cukup banyak menderita lantaran kata-katanya yang tajam. Sichuan terkenal dengan makanan pedasnya. Orang provinsi itu dikenal pula dengan kata-kata dan ucapannya yang sering membuat telinga orang menjadi merah. Deng meninggalkan rumah dan keluarga pada usia yang muda sekali. Ia masuk sekolah lanjutan pertama dan kemudian mengambil kursus khusus untuk mempersiapkan anak-anak muda pergi ke Prancis, yang diorganisasikan dalam program setengah kerja setengah belajar. Pada usia 16 tahun ia bergabung dengan 92 anak muda lain yang berlayar menuju Prancis. Di Paris Deng mula-mula bekerja di pabrik Renault dan kemudian sebagai juru api lokomotif. Kantungnya kempis sehingga ia tak mampu membeli makanan. "Biasanya aku sudah puas kalau bisa membeli sebuah croissant dan segelas susu," ceritanya suatu kali pada Jenderal Yang Shangkun (sekarang presiden). Ia percaya, badannya yang kontet (tingginya hanya lima kaki) disebabkan oleh dietnya yang kelewatan di masa remaja. Masa-masa hidupnya di Paris meninggalkan bekas dalam: kecintaan pada makanan Prancis. Pada 1974 ia dikirim sebagai ketua delegasi Cina pada Konperensi Ekonomi PBB di New York. Uang saku yang diperolehnya hanya 30 yuan -- 16 dolar Amerika. Ia putuskan menghabiskan uang itu untuk membeli makanan yang paling disukainya: croissant. Huang Hua, ketua misi permanen Cina di badan dunia itu, menganjurkan agar Deng bersabar. Menunggu sampai mereka tiba di Paris dalam perjalanan pulang. Dengan demikian, akan dapat croissant asli dan segar. Deng mengikuti anjuran itu. Ia menahan air liurnya di New York dan baru membeli seratus buah croissant di Paris. Setibanya di Beijing, sebagian dikirimkannya kepada mendiang Perdana Menteri Zhou Enlai. Rekannya semasa berkelana di Paris itu juga doyan makanan Prancis. (Pangeran Norodom Sihanouk yang lebih banyak tinggal di Beijing, setelah terusir dari negerinya, juga suka masak makanan Prancis dan sering mengirimkan pada Deng dan Zhou). Deng mengaku kepada Edgar Snow (wartawan Amerika yang bersimpati terhadap perjuangan kaum komunis Cina) pada 1936, masa mudanya sebagian besar dihabiskannya di luar negeri untuk bekerja, bukan belajar. Ia belajar tentang Marxisme dari rekan-rekan buruh Prancis, sebelum bergabung dengan Partai Komunis Cina (PKC) cabang Eropa yang dibentuk oleh Zhou Enlai dan para pemuda Cina lainnya. Ia menempuh jalan yang sama seperti tokoh-tokoh komunis lain di Asia, misalnya Ho Chi Minh dari Vietnam. Deng berteman erat dengan Zhou dan aktif dalam Liga Sosialis Muda yang dibentuk oleh Zhou. Ia turun ke jalan membagi-bagikan pamflet dan memutar mesin stensil tangan untuk mencetaknya. Deng kembali ke Cina pada 1926 via Mongolia dan Ningxia, setelah beberapa bulan ngendon di Moskow. Di sana ia belajar di Universitas Sun Yatsen -- perguruan tinggi Rusia untuk mencetak agen-agen komunis yang akan beroperasi di Asia. Salah satu kawan sekelasnya adalah Chiang Chingkuo, putra Chiang Kaishek. Setibanya di Cina, ia bekerja membantu warlord Feng Yuxiang, yang juga dikenal sebagai "Jenderal Kristen". Jenderal itu sangat dekat kepada kaum komunis. Deng membentuk pusat pendidikan bagi tentara Feng. Pada 1927, setelah kaum komunis digebuk oleh Chiang Kaishek di Shanghai, Deng dikirim ke Wuhan dan kemudian ditugaskan untuk bekerja di bawah tanah di Shanghai. Dalam gerakan gelap itu, ia pernah menduduki jabatan sekretaris jenderal Komite Sentral. Tugas pertama yang cukup besar baginya datang pada 1929. Pada waktu itu ia diutus ke bagian selatan Guangxi. Di sana ia diberi pekerjaan sebagai organisator kegiatan pasukan gerilya yang mendapat nama Tentara ke-7 dan ke-8. Ia menjabat sebagai komisaris politik. Deng punya seorang adik laki-laki, namanya Deng Ken. Orang ini pernah menjabat wali kota Wuhan, yang pensiun pada 1984. Ada lagi adik perempuannya yang pada 1984 masih bekerja sebagai periset pada sebuah institut keilmuan di Beijing. Sang ibu meninggal ketika mereka masih muda, sehingga mereka dibesarkan oleh seorang ibu tiri. Baik Tentara ke-7 maupun ke-8 bukan pasukan tentara yang sebenarnya. Paling banter jumlah mereka hanya beberapa ribu. Deng mendapat kesukaran untuk menjalankan tugasnya, lantaran Tentara ke-8 beroperasi dari wilayah Longzhou, dekat sekali dengan perbatasan Guangxi dengan Indocina. Untuk mencapainya, ia harus naik kapal dari Hong Kong ke Haiphong, masuk ke Indocina dan kemudian menyeberang ke perbatasan menuju Longzhou. Tapi ia berhasil melakukan tugas itu berkat bantuan gerakan bawah tanah kaum komunis Indocina. Karier Deng bersama Tentara ke-7 segera terpengaruh oleh persaingan untuk merebut kekuasaan politik di dalam Partai. Ia digeser dari kedudukannya sebagai sekretaris komite, lalu digantikan orang bernama Deng Gang. Banyak yang mengira bahwa nama itu nama alias Deng sendiri. Nama asli Deng Xiaoping adalah Deng Bin, sedangkan ketika berada di Paris ia dikenal sebagai Deng Xixian. Karier Deng timbul-tenggelam paling tidak dua kali bersama dengan Tentara ke-7. Seorang pemimpin Cina yang tak mau disebut namanya -- pada suatu saat setelah Mao meninggal -- pernah ditanya, mengapa ia mempercayakan kepemimpinan Cina kepada orang yang selalu terlibat dalam adu kekuatan intra-partai. Jawab orang itu, "Justru di situlah alasannya kami mempercayai dia." Ketika kembali ke Daerah Soviet Pusat pada 1931 dan menjabat sekretaris partai Distrik Ruijing, Deng menemukan kekalutan. Distrik itu sedang berada dalam keadaan perang lantaran adanya kampanye "anti-golongan reaksioner". Itulah salah satu periode ketika setiap faksi di dalam partai saling mencurigai dan gontok-gontokan. Keadaan di sana makin tegang karena ada sinyalemen partai telah kemasukan unsur-unsur Kuomintang. Deng segera menghentikan gerakan yang tak ubahnya dengan perburuan mencari tukang santet itu. Ia memerintahkan agar semua orang yang dituduh melakukan pengkhianatan diperiksa kembali. Hampir semuanya direhabilitasi. Yang dilakukan oleh Deng didukung juga oleh Zhou Enlai. Deng dikenal sebagai seorang trouble shooter. *** Deng Xiaoping tidak terlalu lama memegang jabatan sekretaris di Distrik Ruijin. Pada 7 November 1931, pembentukan Pemerintah Cina Soviet "interim" diumumkan, dan Ruijin menjadi "ibu kota merah". Beberapa bulan kemudian (Deng tak ingat persisnya), dia dipindahkan dari Ruijin ke kedudukan sekretaris yang kurang penting di Huichang -- kemudian ditambah dengan wilayah Xunwu dan Anyuan. Ketiga daerah ini baru sebagian saja dibebaskan dan Tentara Merah tidak pernah mendapat kursi di sana. Sebagai pendukung Mao, Deng Xiaoping terkenal pandai mengemukakan pendapat. Tapi Bo Gu dan faksi anti-Maonya mulai mengambil alih Wilayah Pusat Soviet dan berkampanye untuk menghilangkan sisa-sisa kekuasaan Mao. Demikianlah, pada musim salju 1932-1933, Deng diintai bahaya lagi. Dalam penuturan Deng (1984), ia memegang jabatan di tiga distrik itu selama setengah tahun. Meski diingatkan oleh teman-temannya betapa pentingnya penelitian dan penulisan sejarah yang akurat, Deng menolak menulis memoarnya. Ia juga menolak proposal untuk biografi resmi. Barangkali karena kebenciannya pada pemujaan pribadi yang tumbuh di sekitar Mao. Kampanye melawan Mao dimulai oleh artikel tanpa nama penulis di buletin internal partai -- barangkali ditulis oleh Bo Gu atau Luo Fu. Kaum Bolsyewik tidak berani melawan Mao terang-terangan. Sebagai gantinya, dalam model "eliptical" politik Cina, mereka mengkritik Luo Ming, yang menjadi sekretaris partai Provinsi Fujian dan pengikut setia Mao. Deng Xiaoping tidak disebut, tapi umum mengetahui ia sepaham dengan Luo dan mendukung Mao. Luo Ming kemudian digusur dari kantor, sementara Deng dipindahkan ke Departemen Propaganda Komisi Partai Jiangxi. Pada 15 April, kampanye melawan Deng tersiar ketika Luo Fu menerbitkan sebuah artikel di Red China. Luo Fo menyebut beberapa nama di antaranya Deng, yang dicap sebagai pengikut "Garis Luo Ming". Kemudian Mao Zetan, lalu Xie Weijun, yang membantu Deng melawan histeria "AB", dan Gu Bo pengikut lama Mao. Empat sekawan itu lalu dipindahkan dari posnya. Dua orang ditinggalkan dan tewas ketika Tentara Merah memulai Perjalanan Panjang. Deng dikirim ke Departemen Politik Umum Tentara Merah untuk diperiksa. Ada beberapa laporan yang bertentangan tentang itu. Sebuah tulisan oleh Lo Man (Li Weihan) dalam jurnal Biro Partai Pusat Struggle 6 Mei menyebutnya "perlawanan tanpa belas kasihan dan perjuangan dengan kekerasan" melawan Deng dan pengikut garis Luo Ming. Lo Man adalah sekretaris biro organisasi partai. Dia sangat sengit dalam menuntut Deng. A Jin (Jin Weiying) -- istri Deng -- setelah bercerai dengan Deng kemudian kawin dengan Lo Man. Suami barunya itu bertubuh besar, ganteng, dan berhati-hati. Tidak diketahui apakah ini mempengaruhi kekerasan Lo Man dalam menghadapi Deng. A Jin adalah seorang wanita berbakat dari Kanton. Seperti juga Deng, A Jin pernah menjadi sekretaris partai di Ruijin dan dikenal sebagai individualis. Tapi setelah merampungkan Perjalanan Panjang, A Jin dan Lo Man bercerai di Yan'an. Deng kemudian dituduh sebagai "barisan petani kaya". Ia dituding memberi hati petani kelas menengah, padahal ia mengambil alih kekayaan mereka dan memberikan tanah itu pada si miskin. Dia juga berkeyakinan dalam memelihara angkatan bersenjata wilayah di distrik-distrik daripada mempersatukannya dalam satu komando seperti yang dituntut oleh kaum Bolsyewik. Dan Deng mendukung strategi Mao untuk membiarkan musuh memasuki wilayah komunis, tapi kemudian menyerang dan menyapunya. Deng menulis dua atau tiga otokritik. Dia mengakui bahwa dia di bawah "garis ofensif", tapi ini tidak memuaskan para penuduhnya. "Saya tidak dapat mengatakan lebih lanjut," kata Deng bersikeras. "Apakah yang aku tulis adalah benar." Deng mempunyai pendukung dan tak dapat pergi lebih jauh. Pada suatu hari, ketika Deng dibawa kembali ke sel oleh pengawalnya, dia berjumpa dengan Tang Yizhen. Wanita ini istri Lu Dingyi, wakil utama daerah Soviet dan kemudian menjadi kepala propaganda yang dihajar oleh Pengawal Merah selama Revolusi Kebudayaan. "Saya sangat lapar," kata Deng, "saya tidak mendapat cukup makanan." Lu merasa kasihan, kemudian memasakkannya dua ekor ayam. Lalu mengirim pesan pada pengawal untuk membawa Deng makan malam di rumahnya. Deng memenuhi undangan itu dan membawa sisa makanan ke penjara untuk dimakan esoknya. Deng konsisten dengan gaya kepemimpinannya di kemudian hari. Dia siap untuk mengakui kesalahan tapi tidak mengaku kalau ia percaya bahwa dirinya benar. Tanpa dibiayai, dia mendukung strategi Mao. Ada setengah lusin laporan yang menceritakan kejadian selanjutnya. Beberapa versi menyebutkan Deng dikirim ke luar kota untuk melakukan kerja paksa. Jenderal Yang Shangkun mengatakan "dia dikirim ke tingkat bawah", tapi apa yang kemudian dilakukannya di sana tidak diketahui Yang. Laporan yang lebih tepat menyebutkan Deng dikirim ke Nancun di Distrik Le'an, jauh dari Ruijin, sebagai "inspektur". Tapi apa yang dimandorinya tak ada yang tahu. Yang disetujui adalah bahwa itu pos bawah. Deng tinggal tak lebih dari 10 hari di situ. Itu adalah wilayah perang gerilya. Deng kemudian dialihtugaskan ke Tentara Merah sebagai sekretaris jenderal di Departemen Politik Umum, yang dipimpin oleh Wang Jiaxiang. Dia memegang jabatan itu dua atau tiga bulan, kemudian atas keinginan sendiri melepaskannya untuk bisa menjadi pekerja politik biasa. Juga atas permintaannya sendiri ia menjadi redaktur koran tentara: Red Star. Tetapi -- seperti diingat Li Yiman -- tidak mungkin menerbitkan Red Star selama Perjalanan Panjang berlangsung. Walhasil, Deng tidak banyak melakukan apa-apa kecuali berjalan berdampingan dengan Li Yiman di Departemen Politik Umum. Deng menghadiri rapat di Zunyi sebagai redaktur Red Star. Beberapa saat sebelum rapat di Zunyi, pada pertemuan Liping, Deng -- menurut ingatannya sendiri -- menjadi sekjen Komite Sentral, atau seperti digambarkan Liu sebagai "Tim Sentral". Kedudukan itu kelihatan lebih menarik dari sebelumnya. Fungsi sekretaris, sejauh yang bisa direkonstruksikan sekarang ini, mencatat hasil pertemuan, menyimpan dokumen, mengirim dan menyimpan pesan-pesan, dan menulis perintah. Tapi tidak ditemukan pesan atau dokumen dengan tanda tangan Deng sebagai sekjen. Kehadiran Deng di Zunyi menjadi persoalan penyelidikan sejarah. Deng sendiri mengaku memang pernah di sana. Tapi Jenderal Yang Sangkun yang hadir di sana tidak ingat apakah Deng pernah di sana. Zhou Enlai mempertanyakan ini pada awal 1970-an. Zhou mengatakan, tentu saja Deng hadir. Kemudian Yang mengingat pernah melihat Deng duduk di ujung, sibuk mencatat -- tak jelas apakah itu sebagai redaktur Red Star atau karena dia sekretaris. Sayang, hampir semua dokumen tertulis tentang Zunyi telah hilang. Hanya sesaat sebelum Tentara Merah mencapai Gunung Bersalju pada April 1935, Mao memutuskan semua aparat pendukung harus menempati pos militer di garis depan. Deng Xiaoping memilih Kelompok Tentara Pertama sebagai pemimpin propaganda politik. Sementara itu, Liu Ying mengisi posisinya sebagai sekjen sampai Tentara Merah mencapai Grasslands. Ketika Tentara Merah mencapai utara Shaanxi, Deng sakit keras dihajar tifus. Ia tak bisa bekerja untuk beberapa lama. Tidak ada yang mengombang-ambingkan. Deng Xioping ke atas dan ke bawah lebih daripada Mao Zedong. Sekali waktu, misalnya, Mao sempat menggeram karena Deng dengan sengaja duduk di balik ruangan waktu Mao berbicara. Sebabnya, Deng mulai tuli, tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Mao. Mao pernah menyatakan dengan hangat bahwa Deng bagaikan "jarum dalam kapas". Deng tajam sekaligus lembut. "Pikirannya bulat dan tingkah lakunya segi empat," kata Mao. Tak lama kemudian, Deng ikut dalam barisan sebagai Tentara Merah yang berangkat dari Zunyi. Deng memiliki kuda dan punya tugas baru dari Mao. DHN, BBU
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini