KEBENARAN itu adalah bahwa si pembunuh, Lee Harvey Oswald, sesungguhnya hanya berdiri sendiri. Tak ada apa pun di belakang penembakan Jumat siang 22 November 1963 yang lalu di Dallas, yang menewaskan Presiden John F. Kennedy dan perwira polisi Dallas bernama J.D. Tippit. Tapi 25 tahun lewat sudah, dan kebenaran itu tak dipercaya oleh orang Amerika. Ketika hampir semua jaringan televisi di AS memutar kembali film pembunuhan Kennedy, ketika majalah-majalah menurunkan karangan tentang itu bulan lalu sebagian besar rakyat Amerika yakin bahwa di belakang Oswald si pembunuh berdiri sebuah komplotan kuat yang merencanakan penembakan secara rapi. Teori konspirasi itu selama bertahun-tahun, dengan alasan yang selintas masuk akal, sebentar menuduh komplotan ini, sebentar menuduh komplotan yang lain. Di akhir 1960-an, yang menjadi bulan-bulanan adalah yang disebut komplotan sayap kanan konservatif. Pada 1970-an badan intelijen AS sendiri, CIA, disyakwasangkai sebagai otak pembunuhan. Dan yang kemudian paling populer adalah nama mafia. Organisasi gangster keturunan Italia yang dipopulerkan lewat novel Mario Puzo ini dituduh berbalik membunuh Kennedy setelah mereka -- atas pesanan Kennedy, konon -- gagal menghabisi nyawa pemimpin Kuba Fidel Castro. Memang, teori konspirasi lebih enak diterima karena berbau sensasional. Akibatnya, sebuah komisi yang kemudian ditugasi mengusut pembunuhan itu, Komisi Warren yang diketuai oleh hakim ketua Earl Warren, yang mencoba mengemukakan kebenaran, tak diacuhkan oleh masyarakat Amerika. Bahkan Komisi ini dituduh sengaja dibentuk untuk menutupi ihwal sebenarnya. Saya sendiri, sebagai anggota penasihat Komisi Warren, dan sebagai direktur eksekutif Komisi Rockefeller, yang ditugasi menyidik kemungkinan keterlibatan CIA dalam kasus Kennedy, berkesempatan membaca semua dokumen yang berkaitan dengan peristiwa pembunuhan presiden AS itu. Akhirnya, saya tahu, teori konspirasi, baik yang menjadikan sayap kanan konservatif, CIA, maupun mafia sebagai komplotan di belakang si pembunuh, adalah kayalan belaka. Tapi mengapa orang demikian percaya adanya komplotan? Kuncinya terletak pada nama Jack Ruby, penembak Oswald ketika yang terakhir ini dalam proses pengusutan. Ruby diketahui punya hubungan dengan dunia hitam bawah tanah. Saya sendiri ketika baru saja datang di Washington untuk bekerja sebagai penasihat Komisi Warren menduga bahwa Ruby adalah the hitman, orang yang diserahi membunuh pelaku pembunuhan guna menghapus semua jejak. Tapi pengusutan yang dilakukan Komisi Warren membuktikan lain. Jack Ruby tak punya komplotan. Kesimpulan itu tak cuma didukung oleh poligraf, alat pendeteksi kebohongan, dan penolakan Ruby untuk memperoleh pembela, tapi sebuah peristiwa yang terpisah, yang tak langsung berhubungan dengan penembakan Oswald mendukung kesimpulan tak adanya komplotan di balik pembunuhan Kennedy. Pagi itu, Minggu 24 November 1963, direncanakan bahwa Oswald akan dipindahkan dari sel tahanan di kantor polisi ke penjara yang jauhnya beberapa blok, sekitar pukul 10. Sebelum dipindahkan, Kapten J. Will Fritz, kepala seksi pembunuhan kepolisian Dallas, bersama wakil dari polisi rahasia dan wakil dari FBI, akan menginterogasinya dahulu. Ini merupakan bagian pengusutan rutin, dan interogasi pagi itu merupakan yang ketiga kalinya. Mestinya, interogasi itu selesai sebagaimana direncanakan, yakni sekitar pukul 10 menjelang Oswald dibawa ke tempat baru. Tetapi, di saat-saat terakhir interogasi, muncul Harry D. Holmes, inspektur pos Dallas. Orang ini diminta membantu melacak dari mana Oswald mendapat uang guna membeli senapan. Holmes pun bergabung dengan para interogator, dan karena itu memperpanjang waktu interogasi. Kepada Komisi Warren, Holmes menceritakan soal kemunculan tiba-tibanya itu begini: "Setelah kasus penembakan Kennedy itu saya memang sering keluar-masuk kantor Kapten Fritz. Pagi itu sebenarnya saya tak punya janji dengan dia. Saya sebenarnya sudah siap pergi ke gereja bersama istri saya. Ketika sampai di depan gereja, saya katakan kepada istri saya, 'Kamu ke gereja sendiri saja, karena saya ingin menemui Kapten Fritz, kalau-kalau ada yang bisa saya kerjakan buat dia'." "Maka, saya pun mengemudikan mobil ke kantor polisi. Saya pun bertemu dengan Kapten Fritz, dan kata dia, 'Kami hampir selesai melakukan interogasi terakhir terhadap Oswald sebelum dia dipindahkan. Apakah Anda mau menyertai kami?' Saya jawab, 'Baik'." Dan Holmes memperpanjang interogasi setidaknya setengah jam. Ruby menembak Oswald pada pukul 11.21 siang, lima menit setelah ia keluar dari kantor Western Union yang tak jauh dari kantor polisi, tempat Ruby pada 11.17 mengirim telegram kepada salah seorang buruh klub malamnya. Jika saja Holmes pagi itu jadi menyertai istrinya ke gereja, maka Ruby tak akan punya kesempatan membunuh Oswald. Toh November lalu, untuk memperingati 25 tahun penembakan Kennedy, hampir semua jaringan televisi -- juga buku-buku yang terbit, antara lain novel Librar karangan Don DeLillo, buku nonfiksi Contract on America yang ditulis oleh David Scheim, dan The Plot to Kin the President karangan G. Robert Blakey, masih menyebut Jack Ruby sebagai tukang pukul mafia yang ditugasi menutup mulut Oswald. Sesungguhnya, sangat mudah untuk mengkritik televisi dan buku-buku itu, bahwa kesimpulan mereka sungguh sensasional dan menipu rakyat Amerika. Akan tetapi mengapa semua itu diterima, dan hasil penyidikan Komisi Warren diacuhkan oleh orang Amerika? Itu semua dikarenakan kerja penyidikan Komisi Warren waktu itu sangat dirahasiakan. Sebab, lebih mudah bagi kami bekerja tanpa gangguan wartawan. Sekali-sekali memang ada pengusutan terbuka yang bisa disiarkan televisi dan diberitakan di koran. Maka, ketika di musim gugur 1964 terbit 26 jilid laporan Komisi Warren, pengaruhnya boleh dikata tak ada lagi. Ada beberapa hal kunci yang diabaikan oleh publik. Antara lain bukti balistik bahwa tembakan Oswald sebenarnya menuju ke semua arah, tak cuma tertuju kepada Presiden Kennedy. Publik memang tak punya kesempatan untuk secara langsung menyaksikan bagaimana senapan Oswald ditemukan, bagaimana dibuktikan bahwa senapan itulah yang dipakai Oswald menembak, dan bagaimana Oswald dibuktikan sebagai pembunuh perwira polisi Dallas bernama Tippit. Dan yang memperburuk dirahasiakannya penyidikan Warren adalah permintaan pihak keluarga Kennedy yang dikabulkan oleh ketua komisi. Keluarga Kennedy minta agar hasil foto sinar-X dan foto-foto autopsi disimpan saja. Bahkan anggota komisi tak diperbolehkan menyaksikan hasil foto-foto itu dari tangan pertama. Arlen Specter, sekarang senator dari Pennsylvania, anggota komisi yang diserahi mewawancarai dokter-dokter yang menangani otopsi, dan para ahli hukum dalam komisi sangat menyesali persetujuan Earl Warren atas permintaan keluarga Kennedy. Kami berpendapat keputusan itu sangat tidak selayaknya. Baru pada 1975, ketika saya ditunjuk oleh Presiden Gerald Ford untuk memimpin Komisi Rockefeller, saya berkesempatan melihat foto-foto autopsi dan foto-foto sinar-X tersebut. Komisi Rockefeller dibentuk untuk menyidik apakah benar CIA terlibat dalam pembunuhan Kennedy, yang sampai waktu itu kuat dugaan bahwa korban ditembak dari depan dan dari belakang iring-iringan presiden. Sebuah diskusi di kalangan para dokter mengatakan, berdasarkan foto autopsi dan foto-foto sinar-X, Presiden Kennedy sama sekali ditembak dari belakang, sebagaimana Gubernur Dallas, Connally, yang duduk di sampingnya. Tapi pernyataan para dokter ini tak diketahui oleh publik. Seumpama itu dipublikasikan pun, belum tentu masyarakat mau percaya. Waktu itu, dengan adanya kasus kecurangan Nixon yang dikenal dengan nama Watergate, adanya protes terhadap Perang Vietnam, dan sejumlah operasi CIA di luar hukum (antara lain menyadap telepon untuk memata-matai warga negara, merencanakan pembunuhan terhadap pemimpin asing di masa damai), masyarakat selalu menaruh curiga terhadap segala yang berbau pemerintah. Dan komisi-komisi pengusutan terhadap pembunuhan Kennedy dibentuk oleh pemerintah. Yang juga membuat hasil Komisi Warren terabaikan adalah sikap Komite Khusus yang dibentuk oleh Kongres guna ikut mengusut pembunuhan Kennedy yang bermasa kerja 1976-1978. Setelah membaca laporan Komisi Warren anggota komite menyatakan bahwa Lee Harvey Oswald, si penembak Presiden Kennedy, yang juga membunuh perwira polisi Tippit dan melukai Gubernur Connally, melakukan itu semua seorang diri. Tapi belum tiga minggu pernyataan itu dibuat, komite berubah pikiran. Pasalnya, dua ahli akustik pada pertengahan Desember 1978 menyatakan bahwa berdasarkan rekaman komunikasi yang dilakukan oleh para pengawal iring-iringan Presiden, 95% pasti bahwa ada penembak gelap kedua yang bersembunyi di rumpun alang-alang di bukit bundar yang terletak di arah depan tempat Kennedy ditembak. Maka, 29 Desember, mayoritas anggota Komite Khusus menyusun Ringkasan Bukti dan Rekomendasi 7 halaman, menyatakan meski Oswald-lah yang dituduh menembak Kennedy, ada orang bersenjata kedua di tempat itu. Ia bersembunyi hanya sekitar 30 meter dari sasaran. Adapun rekaman komunikasi itu datang dari perwira polisi Dallas, H.B. McLain, yang memasang tape recorder di sepeda motornya. Tak semua anggota Komite menyetujui laporan 7 halaman itu, antara lain Harold S. Sawyer, anggota Kongres dari Michigan. Ia mengatakan, suasana dalam rekaman yang dipakai oleh dua ahli akustik tak sesuai dengan suasana waktu terjadi penembakan. Menurut Sawyer, berdasarkan saksi-saksi, setelah terjadi penembakan semua kendaraan dalam iring-iringan membunyikan sirene dan semuanya diperintahkan cepat-cepat menuju ke rumah sakit. Dalam rekaman yang didengarkan oleh dua ahli akustik itu, setelah dua menit bunyi tembakan yang katanya berasal dari rumpun alang-alang itu, tak ada suara sirene terdengar, dan suara sepeda motor dan mobil dalam rekaman pun tak berubah kecepatannya. Tiga tahun kemudian baru ada penolakan ilmiah dan resmi tentang "bukti akustik" itu. Lembaga Riset Nasional dalam laporan sepanjang 96 halaman menyatakan tak terbukti adanya orang bersenjata kedua. "Analisa akustik tak membuktikan bahwa ada penembak kedua dari rumpun alang-alang .... Yana dikatakan sebagai tembakan itu terjadi satu menit setelah Presiden ditembak dan iring-iringan diperintahkan menuju rumah sakit," demikian laporan Lembaga Riset Nasional. Herannya, pembuktian dua ahli akustik masih saja banyak dikutip. Yang dilupakan sebagian besar orang Amerika adalah penembakan terhadap perwira polisi J.D. Tippit, 45 menit setelah penembakan terhadap Presiden. Penembaknya, Oswald juga. Oswald ditangkap beberapa menit kemudian, ketika ia mencoba menghilang dengan bersembunyi ke dalam gedung Teater Texas. Pistol yang kedapatan padanya ketika ia ditangkap kemudian terbukti sebagai pistol yang dipakainya menembak Tippit. Sesudah itu, hubungan antara Oswald dan penembakan iring-iringan presiden jadi jelas: memang dialah orangnya yang melepaskan tembakan. Ia mendapatkan senapan untuk menembak Presiden dan pistol untuk menembak Tippit dengan cara yang sama: lewat pesanan pos. Yang belum dijelaskan David W. Belin: mengapa Ruby menembak Oswald dengan cara yang tak profesional. Seorang saksi menceritakan bahwa Oswald, dengan nama H.L. Lee, menemui Ruby untuk minta pekerjaan. Konon, Ruby mengupahnya untuk menembak Connally, gubernur Texas, karena ia menghalangi bisnis Ruby. Dalam buku Contract of American, David Scheim mengutip kata-kata Ruby kepada polisi ketika ia diinterogasi pertama kali. Konon, ia menembak Oswald karena rasa patriotismenya. Yang tampaknya bisa dipegang adalah bahwa Oswald memang tak sengaja membunuh Presiden Kennedy, berdasarkan bukti-bukti balistik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini