Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Membantai untuk melindungi

Di afrika diprogramkan menembak 75 ribu gajah setiap tahun untuk menjaga keseimbangan alam. gading, kulit & daging gajah menjadi bisnis yang menggiurkan. gajah menjadi ancaman, karena merusakkan banyak pohon.

10 Desember 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YANG kuat memangsa yang lemah. Hukum alam ini konon berlaku di sembarang tempat -- apakah di hutan belantara atawa di rimba beton di kota. Lalu apa jadinya bila yang lemah itu pepohonan, sedangkan yang kuat adalah gajah, yang seekor beratnya sampai 15 ton? Contohnya, di Zimbabwe, Afrika Selatan. Dalam setahun, 56 ribu batang pohon luluh di lantak 270 gajah. "Akibatnya, areal 390 km bisa berubah menjadi padang pasir," kata peneliti Peter Guy pada wartawan Guy Hobbs dari Gamma. Hewan yang getol berkelana di seantero Afrika itu -- menurut penelitian terakhir 1,2 juta -- selain memang dilindungi, juga merupakan ancaman ganas di sana. Dilemanya adalah: populasinya sama dengan pertambahan penduduk (4% setahun) yang butuh lahan untuk rumah dan pertanian. Tapi gajah yang hidup berkelompok (15-30 ekor) bahkan melahap setiap pucuk daun yang ditemuinya. Dan setelah runtas, batang dihumban ke tanah hingga tercerabut akarnya, lalu air di dalam pohon itu diisapnya. Setiap hari, selama 16 jam, seekor gajah dewasa menyantap seperenam ton daun atau rumput. Bila musim kering tiba, mereka lebih ganas berkelana, menjarah setiap jengkal semak dan sabana. Kalau makanan habis, ribuan anggota keluarga gajah itu mati kelaparan. Dalam musim kemarau 1970-1971, binatang bergading itu tewas 15 ribu ekor. Dan bencana tadi sekaligus menurunkan rezeki bagi pedagang gading. Binatang gendut itu bukan cuma gadingnya yang berharga (35-76 dolar AS per kg). Kulitnya, yang tingginya mencapai 4 meter, tidak lebih murah dari taringnya, yaitu 1. 600 dolar AS. Kulit itu bisa dibuat tas, dompet, atau sepatu koboi di Texas sana. Bahkan daging binatang itu bisa diolah menjadi dendeng yang disebut biltong. Ada lagi, anak betina gajah (umur 1-3 tahun) laku dijual 2.400 dolar seekor, setelah dijinakkan 2-3 bulan. Pasar yang lapar melahap anak gajah ini adalah Eropa dan Amerika. Arthur Jones, milyarder AS, pernah mengoleksi binatang yang bisa berusia 60 tahun itu sampai 747 ekor, dan 64 di antaranya bocah. Kini, semua sudah dilegonya. Bisnis yang menggiurkan, memang. Menurut seorang ahli ekologi, sekarang di Afrika diprogramkan menembak 75 ribu gajah setiap tahun. Tapi, jika melihat penjualan gading pada 1983 sampai 900 ton itu, ditaksir 81.300 ribu gajah yang digasak setiap tahun. Para pencinta alam dan lingkungan boleh saja cemas melihat kenyataan: membantai untuk menyelamatkan. Namun, bukankah itu suatu cara yang katanya menjaga keseimbangan alam? Burhan Piliang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus