Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati sarat kontroversi karena namanya disebut sebagai kandidat dengan rekam jejak tak sedap, bekas ajudan Wakil -Presiden Boediono ini terpilih sebagai orang nomor satu Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan mengantongi suara bulat dari anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat. Satu hari sebelum Dewan menjaring lima nama komisioner, komisi antikorupsi menggelar konferensi pers tentang pelanggaran etik Firli Bahuri saat menjadi Deputi Penindakan KPK.
Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan ini menepis tuduhan itu ketika sejumlah anggota Dewan menanyakan soal pelang-gar-an etik ini di forum uji kelayakan dan kepatutan. Linda Trianita dan Riky Ferdianto dari Tempo mewawancarai ulang Firli soal tuduhan-tuduhan tersebut setelah ia meng-ikuti uji kelayakan dan kepatutan di Komisi Hukum DPR, Kamis malam, 12 September lalu.
KPK menggelar konferensi pers yang menyebutkan Anda melanggar kode etik saat menjadi deputi penindakan lembaga tersebut. Salah satunya soal pertemuan dengan Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang, yang perannya tengah ditelisik KPK dalam kasus penjualan saham Newmont….
Pada 13 Mei 2018, saya memang -bertemu dengan TGB. Saya datang ke lapangan tenis jam 06.30 karena diundang danrem (ko--mandan resor militer) di sana jauh-jauh hari sebelumnya. Saya suka main tenis. Setelah dua set, pukul 09.30, tahu-tahu TGB datang. Danrem bilang, “Foto dulu, Bang.” Berfotolah kami. Foto itu di-upload di media sosial. Mohon maaf, apakah saya -salah jika bertemu orang di lapangan tenis? Di Pa----sal 36 Undang-Undang KPK, tertuang la---rang-an mengadakan hubungan dengan seseorang, tersangka atau pihak lain. Saat sa--ya bertemu dengan TGB, dia belum tersangka. Dan sampai saat ini dia belum tersangka.
KPK menyebutkan pertemuan Anda de-ngan TGB lebih dari sekali….
Saya memang pernah hadir ke undang-an Pondok Pesantren Al-Mansyuriah, milik Tuan Guru Tajudin (almarhum). Itu pun dipersoalkan. Saya bertemu dengan TGB di sana tidak berbicara apa pun. Divestasi Newmont sudah ekspose (gelar perkara kasus) 6 Agustus 2018, ekspose pimpinan. Saat lima pemimpin hadir, saya katakan, saya hadir ekspose ini, saya kenal TGB, tapi tidak termasuk conflict of interest.
Anda pernah diperiksa Pengawasan Internal soal pertemuan dengan TGB.
Pertemuan dengan TGB ini sudah diklari-fikasi pimpinan. Kelimanya hadir semua. Ini saat rapat pada 19 Maret 2019 jam 17.00 dengan lima pemimpin. Saya juga dimintai keterangan oleh Pengawasan Internal pada 21 Desember 2018. Saat rapat, tak ada satu pun pemimpin yang bilang saya melang-gar. Saya diperingatkan, iya.
Anda juga diperiksa Pengawasan Internal KPK karena dituding menghambat kasus TGB tersebut....
Tidak ada perkara tertahan. Artinya, tidak ada efek saya bertemu. Saya tidak meng-halangi perkara. Dalam ekspose kasus penyertaan saham pemerintah Nusa Teng-gara Barat ke Newmont itu -disepakati perlu untuk dilakukan audit.
Pengawasan Internal juga menuduh Anda menjemput dan membawa anggota Badan Pemeriksa Keuangan, Bahrullah Akbar, ke ruangan Deputi Penindakan, padahal Bahrullah seharusnya menjalani pemeriksaan terkait dengan kasus dugaan suap mafia anggaran di daerah yang disidik KPK.
Ketika Pak Bahrullah datang, saya langsung membuka ruangan agar staf saya mendengar-kan pembicaraan kami. Saya juga min-ta staf saya mengecek ke penyidik, Pak Bah-rullah dimintai keterangan untuk siapa. Tidak sampai lima menit, penyidik menjemputnya. Soal ini juga sudah saya sampaikan ketika rapat dengan pimpinan pada 19 Maret lalu.
Pimpinan KPK juga menyatakan Anda pernah bertemu dengan seorang petinggi partai di sebuah hotel di Jakarta. Dari penelusur-an kami, Anda bertemu dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Di sana juga ada Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI Inspektur Jenderal Antam Novambar….
Saya bertemu dengan Pak Antam betul. Di situ ada Bu Megawati.
Dalam rangka apa pertemuan itu?
Saya diajak Wakabareskrim untuk berkoordinasi soal penanganan perkara dan makan malam.
Terkait dengan kasus apa?
Penanganan perkara kan ada koordinasi supervisi. Jadi tidak ada kaitan dengan perkara yang ditangani KPK, tidak ada.
Kenapa ada Megawati di sana? Apakah ada kaitannya dengan pencalonan Anda sebagai pemimpin KPK?
Saya tidak ingin berbicara itu. Saya mencalonkan diri menjadi pemimpin KPK murni keinginan saya pribadi. Saya tidak dipaksa orang lain.
Anda mendapat banyak penolakan dari kalangan internal KPK….
Itu saya anggap perhatian dan kecintaan orang kepada saya. Tidak ada friksi. Semuanya dalam satu komando. Saya adalah bagian dari KPK. Dan KPK adalah bagian dari saya. Kalau boleh dikatakan, di hati saya ada KPK, di KPK ada hati saya.
Bagaimana Anda mengelola resistansi di lingkungan internal KPK jika menjadi pemimpin di lembaga itu?
Tidak ada orang sukses tanpa orang lain. Kita bisa sukses kalau kita bisa bersama. Dekatlah dengan teman Anda, tapi harus lebih dekat dengan musuh Anda. Saya tidak pernah menganggap orang lain musuh.
Apa yang akan Anda lakukan untuk KPK?
Visi saya adalah memberantas -korupsi yang berhasil guna dan berdaya guna secara proporsional, akuntabel, transparan, serta memenuhi asas hukum dan keadilan guna mewujudkan pemerintahan yang bersih dalam rangka ketahanan nasio-nal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo