Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dibilang seperti monyet

Mursadi, 76, warga karangsari, cilacap, minggat, karena sakit hati dibilang seperti monyet oleh istrinya. ia baru kembali setelah istrinya membawa monyet dan menyebut dirinya seperti monyet juga. (ina)

20 Desember 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"ORANG kok seperti monyet," kata Tuminah kepada Mursadi, suaminya. Esok harinya Tuminah, nenek 72 tahun, warga Desa Karangsari, Cilacap, bangun pagi dengan kaget. Ia tak menemukan Kakek Mursadi. Tambah kaget lagi, cerek dan panci aluminium, yang biasa dipakai untuk memasak air dan menanak nasi, juga raib. "Lha, saya pikir digondol maling," tuturnya kepada Slamet Subagyo dari TEMPO. Maksudnya, cerek dan pancinya, bukan suaminya. Baru setelah diteliti, tak ada bagian rumah yang dibuka dengan paksa, si nenek mulai berpikir-pikir. Jangan-jangan cerek dan panci itu dibawa oleh suaminya. Tapi untuk apa? Suami 76 tahun itu memang sudah biasa lari dari rumah bila habis bertengkar dengan istrinya. Dan biasanya, ya, pulang sendiri. Urusan jadi serius setelah Madori, anak sulung pasangan itu, mendapati simpanan beras berkurang. Maka, dengan logika sederhana, tersusunlah kira-kira apa arti lenyapnya kakek beserta cerek, panci, dan beras itu: Kakek mau camping karena sakit hati. Kali ini, tak seperti biasanya bila Kakek lari, seisi rumah segera mencarinya. Bukan untuk mengambil kembali cerek dan panci dan beras, tapi mereka mengkhawatirkan kesehatan si Kakek. Pencarian pertama dilakukan di hutan dekat desa. Nenek menyebut Kakek seperti monyet. Jadi, mungkin saja si Kakek lalu ingin bergabung dengan monyet. Ah, betul juga. Di sebuah gubuk milik seorang penduduk, yang biasa digunakan untuk istirahat melepas lelah Kakek ditemukan. Sehat walafiat, tetap seperti biasanya. Artinya, tak berubah menjadi seperti monyet. Dan tetap saja ia masih marah, tak mau pulang. Akhirnya, terjadilah tawar-menawar. Ia mau kembali ke rumah kalau istrinya menangkap sepasang monyet. Lalu, disaksikan oleh monyet-monyet itu, istrinya harus menyebut dirinya seperti monyet. Bagaimana Tuminah yang sudah tua bisa menangkap monyet? Di mana monyet itu sendiri adanya, karena sudah bertahun-tahun hutan di dekat desa itu tak lagi dihuni satwa tersebut? Untunglah, seorang kenalan di desa tetangga mempunyai sepasang monyet, sudah jinak lagi. Singkat kata, dengan monyet pinjaman itu, Kakek akhirnya pulang. Dan upacara mengaku mirip monyet pun dijalankan. Sambil memegangi monyet yang dirantai, Nenek 14 cucu itu mengucapkan, "Saya juga seperti monyet, Mbah. Sama dengan kamu." Kakek, yang biasa dipanggil istrinya Mbah, itu lalu tertawa terkekeh-kekeh. Mungkin ia merasa senang telah bisa membalas ucapan istrinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus