MENYINGKAP DINAS RAHASIA JEPANG KEMPEI TAI Oleh: Richard Deacon Penerbit: PT Upaya Swadaya Aksara, Jakarta, 1986, 404 halaman ILMU pengetahuan senantiasa menjadi landasan berpikir dinas rahasia Jepang. Di antara semua bangsa di dunia, tidak ada yang melebihi hasrat bangsa Jepang dalam menguasai ilmu pengetahuan demi ilmu pengetahuan itu sendiri. Jepang, dewasa ini, telah meningkatkan diri menjadi salah satu kekuatan terbesar di dunia dengan cara menerapkan penghimpunan data intel demi tujuan damai. Dengan perkataan lain, Jepang mempergunakan data tersebut untuk memakmurkan bangsa. Perbedaan di antara pelbagai dinas rahasia itu diutarakan Richard Deacon dalam buku Menyingkap Dinas Rahasia Jepang Kempei Tai. Kapan sejarah spionase Jepang dimulai? Spionase Jepang sudah dimulai 2.450 tahun silam, sejak Sun Tsu, ahli strategi Cina, menyebarkan teknik-tekniknya di lapangan spionase. Tapi, dalam perkembangannya, spionase Jepang bersifat unik. Ia tidak hanya terbatas pada kepentingan militer, pertahanan, serta politik, tetapi mencakup semua bidang, termasuk masa depan yang dijangkau mereka dengan peramalan -- kemudian berkembang menjadi futurologi -- yang jitu. Maka, tepat bila Deacon menyebutkan dengan nama total intelligence -- intel menyeluruh. Dalam memahami motivasi dinas rahasia Jepang, kita harus tahu dua faktor menonjol dalam watak nasionalnya. Pertama, semangat berdiri di atas kaki sendiri dan individualisme kuat, yang menyebabkan Jepang selama berabad-abad telah memisahkan diri dari dunia luar. Kedua hasrat mendalam terhadap segala macam ilmu pengetahuan, yaitu sifat ingin tahu yang telah menjadi pembawaan bangsa itu sejak lahir. Dalam buku ini diceritakan tentang spion Jepang yang terkenal sepanjang aman: Mereka menyamar sebagai nelayan, fotografer, kuli, dan penunggu toko kelontong mereka mengoperasikan rumah pelacuran mereka melancarkan perang sandi. Aktivitas mereka, antara lain, terlihat pada rencana Mayor Kuroki menyelamatkan Tsar Rusia, Nicolas II dan keluarga di Yekatrinenburg, pada 1918, dari tahanan kaum komunis, sekalipun untuk itu gagal spionase yang dilancarkan Mayor Jenderal Kenji Doihara dan agen wanita Yoshiko Kawashima, yang gemar menyamar sebagai laki-laki, di Manchuria spionase angkatan laut Jepang (Kaiun) di Amerika Serikat sebelum penyerangan pangkalan Pearl Harbor, pada 8 Desember 1941 dan kisah pelayan bintang film Charlie Chaplin, yang kemudian ternyata agen dinas rahasia, bernama Toraichi Kono. Bagi kita di Indonesia, pasti menarik mengetahui apa yang dikerjakan intel Jepang di Asia Tenggara, khususnya di Hindia Belanda tempo dulu. Deacon bercerita, pada 1930-an satu tim opsir kesehatan Jepang diutus ke Hindia Belanda untuk mengamati kondisi sanitasi dan statistik penyakit di kawasan ini. Laporan tim ini memungkinkan para penguasa Jepang merencanakan bagaimana menghindari timbulnya penyakit di antara pasukan mereka ketika penyerbuan terjadi (tahun 1941). Seorang dokter Jepang, dalam tim tadi, menemukan hal lain dalam diskusi dengan para perwira Belanda dan dalam sensus di beberapa rumah pelacuran setempat. Tersingkap, sejumlah besar orang Jawa golongan atas, yang bekerja pada pemerintah Hindia Belanda, adalah homo seks. Info ini dimanfaatkan Jepang untuk membuka sejumlah rumah pelacuran di Jawa dengan tujuan memancing, dan kemudian merekrut orang Jawa yang bekerja dalam pemerintahan sebagai mata-mata Jepang. Residen direktur agen-agen ini ialah seorang saudagar terkemuka bernama Tomegoro Yoshizumi, yang kemudian diusir penguaa Hindia Belanda. Selain itu, kapal-kapal nelayan Jepang beroperasi sebagai barisan siaga, ketika intel angkatan laut di sekitar Hindia Belanda. Sebuah laporan yang diterima Belanda menyatakan, dua perwira cadangan Jepang menyamar sebagai tukang cuci (penatu), dengan harapan dapat menemukan dokumen yang tertinggal dalam saku pakaian seragam tropis opsir-opsir Belanda. Konsesi perkayuan yang diperoleh Jepang dekat Balikpapan di manfaatkan guna membuka jalur tanah hutan, yang direncanakan jadi landasan rahasia bagi kapal terbang. Di samping itu, Jepang jua memperoleh data mengenai hampir semua landasan udara darurat Belanda. Itulah yang dikerjakan oleh mata-mata Jepang sebelum Perang Dunia II di Indonesia. Kempetai (Polisi Militer) dibentuk tahunm 1881. Kempetai berkembang secara sangat berbeda dengan kebanyakan polisi militer bangsa-bangsa lain. Ia akhirnya menjadi apa yang mungkin bisa dilukiskan sebagai satu kombinasi dari kontraintel Inggris (MI-5). Cabang Khusus Kepolisian, dan DST milik Prancis (Intel Intern). Kempeitai menjadi satu kekuatan yang berdikari, kedudukannya jauh lebih kuat dalam hubungannya dengan angkatan darat itu sendiri. Dalam Perang Dunia II, Kempetai mematahkan komplotan Sorge, spion Uni Soviet di Jepang. Aktivitas spion Yoshikawa di Hawaii, sebelum Pearl Harbor, dapat mengetahui jumlah dan jenis kapal perang Amerika yang berlabuh secara terinci, sehingga memudahkan penyergapannya. Tetapi tidak selalu dinas rahasia Jepang unggul. Ia pernah pula menjadi bersikap kurang hati-hati, dan tidak tahu laporan para agennya sudah dibuku-sandikan oleh dinas rahasia Amerika. Salah satu akibat diketahuinya sandi Jepang oleh Amerika ialah disergapnya pesawat terbang yang ditumpangi Laksamana Yamamoto di Rabaul, hingga perencana serangan angkatan laut Jepang terhadap Pearl Harbor itu meninggal. Semua itu cerita masa lampau, tentu. Bagaimana sepak terjang intel Jepang sehabis Perang Dunia II? Berdasarkan ketentuan konstitusi, Jepang tidak diizinkan mempunyai angkatan perang yang besar, kecuali Pasukan Bela Diri saja. Sehingga, dinas rahasia harus dibongkar pula. Di bidang lain, Jepang juga tetap melakukan kegiatan intel. Misalnya intel di bidang ekonomi, industri, dan ilmu pengetahuan. Singkat kata, segala sesuatu yang sesuai dengan watak total intelligence. Sesudah perang, dinas intel Jepang disesuaikan dengan perkembangan Pasukan Bela Diri. Ia diwujudkan melalui berbagai badan penelitian, seperti Lembaga Penelitian Mitsui, tanki pemikir, dan organisasi ekonomi seperti Keidanren. APABILA di zaman Kaisar Meiji (paruh kedua abad ke-l9) orangJepang sudah terbiasa berpikir 20 sampai 30 tahun ke depan, sekarang mereka masih tetap begitu. Spionase Jepang sekarang untuk kemakmuran bangsa. Ini adalah suatu sistem yang melengkapi bangsa Jepang dengan suatu arus informasi yang mantap tentang perdagangan, pemasaran, perkembangan teknologi, penelitian ekonomi, dan tentang apa saja yang dapat membuahkan gagasan untuk memperbaiki tingkat hidup mereka. Adakah kaitan serta dampaknya terhadap Indonesia ? Menarik mencatat cerita Deacon, sebagai berikut: * Kelompok Mitsui, salah satu perusahaan nasional yang besar di Jepang, khususnya Divisi Pengembangan Teknik, menjajaki kemungkinan di luar negeri, dan belakangan ini aktif terutama di Indonesia * Lembaga Teknologi Masa Depan dari Yujiro Hayashi dan Unit Penelitian Energi mengadakan survei dasar bagi kemungkinan pembangunan industrial estate di Indonesia * Keidanren (Federasi Organisasi Ekonomi) melihat bahwa, dalam proyek-proyeknya di Indonesia, mereka perlu bekera keras, karena mereka telah ketinggalan waktu. Indonesia diperhatikan secara khusus dan saksama oleh Jepang, sejak hubungan ekonomi kedua negara dimulai lagi, setelah Presiden Soekarno terguling. Jepang, akibat kemunduran yang diderita pada waktu Soekarno berkuasa, merasa ketinggalan waktu dalam persaingan internasional yang menggelora di kawasan dunia itu. Keidanren mengambil inisiatif dan membentuk sebuah komite tetap mengenai Indonesia, yang mendesak cepat diadakannya investasi di kawasan ini serta mengirimkan ke sana sebuah misi penjajakan. Sejak Deacon menulis hal itu, kita mengetahui Jepang telah menjelma menjadi penanam modal asing nomor wahid di Indonesia. Kita pun maklum, data intel mengenai Indonesia yang dikumpulkan Jepang bersifat lengkap dan mencakup semua biang, ya, politik, ya, ekonomi, ya, apa saja. H. Rosihan Anwar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini