Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Digali atas perintah wangsit

Nyi sonah, 40, meminta izin polisi untuk menggali lagi kuburan anaknya oting, 4, di pekuburan cibetok cirebon. ia mendapat wangsit lewat mimpi bahwa anaknya masih hidup. (ina)

22 Juni 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEKUBURAN Cibetok di Kelurahan Kesepuhan, Cirebon, seperti pasar malam. Dengan penerangan lampu tekan, lentera, atau senter, ribuan orang tumplek ke situ. Pejabat setempat, tokoh masyarakat, dan petugas polisi juga ikut hadir. Ada apa? Tengah malam itu, Sabtu akhir bulan lalu kubur Oting - anak laki-laki berusia empat tahun yang meninggal sebulan sebelumnya - dibongkar kembali. Bukan karena ada kecurigaan atas kematiannya, tapi karena ibu Oting, Nyi Sonah, 40, mendapat wangsit lewat mimpi bahwa anaknya masih hidup. Ketua RW, lurah, dan camat, yang dimintai izin agar kubur Oting boleh dibongkar, mulanya menolak. Mereka menilai, Sonah - ibu 11 anak yang dikenal sebagai dukun di kampungnya - terlalu mengada-ada. Tapi Sonah, yang kedua matanya buta dan suaminya, Carma, 45, gigih berjuang. Mereka menghubungi polisi dan izin pun diperoleh. Pertimbangan polisi bukan apa-apa "Orang begitu 'kan nekat. Tak diberi izin diam-diam kubur digali sendiri. Kalau itu dilakukan, berarti sudah tindak kriminal," ujar polisi, seperti dituturkan Sudarman, camat Cirebon Kota kepada Hasan Syukur dari TEMPO. Nah, di tengah malam itu massa kepingin tahu apa betul Oting masih hidup. Sewaktu cangkul penggali kubur meryentuh papan penyekat dalam liang lahad, semua yang hadir menahan napas. Papan diangkat, dan tampak mayat Oting masih terbungkus kain kafan. Sonah menimang sebentar, lantas dia kesurupan. Dalam igauannya ia menyesalkan penggalian kubur yang terlambat beberapa menit karena menanti kedatangan petugas polisi. Dan karena itu, katanya, Oting tak bisa hidup lagi. Tentu saja omong kosong. Tahu bahwa Oting masih tetap menjadi mayat, massa bubar tanpa diperintah. Sudarman jadinya curiga. Jangan-jangan, katanya, Sonah itu sedang dalam proses "kenaikan tingkat" sebagai dukun. Dan untuk memperdalam ilmu perdukunannya - seperti biasa dilakukan sementara penuntut ilmu begituan - ia perlu mengambil sesuatu dari dalam kubur, mencuri, atau menimang mayat. Entahlah. Yang pasti, seperti diakui Sonah, sejak ramai-ramai menggali kubur itu kini pasiennya makin banyak. 'Kan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus