Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dikejar Penggemar hingga Petugas Satpam

Seniman jalanan kerap berurusan dengan petugas keamanan atau pemilik properti saat sedang beraksi. Tapi penggemar karya mereka juga banyak.

18 Agustus 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bukan Asal Corat-coret

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setahun belakangan, rutinitas Anissyani Septiani setiap kali berangkat dan pulang kantor bertambah. Baik ketika memakai kendaraan pribadi bersama suaminya maupun naik kendaraan umum, Anis-sapaan akrabnya-pasti celingak-celinguk di sepanjang jalan dari rumahnya di daerah Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, ke kantornya di daerah Blok M, Jakarta Selatan. "Nyari karya grafiti bagus di jalan menjadi hobi baru saya," kata perempuan 39 tahun ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketertarikan Anis terhadap grafiti bermula pada tahun lalu. Waktu itu, saat tengah terjebak macet di daerah Pakubuwono, Jakarta Selatan, ia melihat karya grafiti yang menurutnya sangat bagus. Sebetulnya ia sangat ingin memotret karya yang belakangan ia ketahui buatan seniman grafiti Darbotz itu. "Tapi tidak sempat karena buru-buru ke kantor." Ia pun menyesal karena, saat mengecek kembali ke lokasi beberapa hari kemudian, karya grafiti itu sudah ditutupi cat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buat Anis, karya grafiti yang kerap ia temui di jalan jadi hiburan tersendiri, apalagi saat sedang macet. "Karena sekarang banyak sekali karya grafiti yang secara estetika menarik. Jadi, bukannya mengotori, malah membuat bagus." Anis makin penasaran mengetahui sosok di balik pembuat grafiti itu. Melalui media sosial, ia bisa tahu nama-nama seperti Darbotz, Tuyulovme, Popo, dan lain-lain.

Sejak mengikuti akun media sosial para seniman, kesukaan Anis terhadap grafiti bertambah. Apalagi, menurut dia, para seniman punya ciri khas masing-masing. Ia kerap menebak-nebak karya yang baru ia temui di jalanan, kemudian mencocokkan dengan foto yang diunggah para seniman. Atau sebaliknya, dari laman media sosial para seniman grafiti, Anis mencari lokasi karya-karya yang sudah dibuat.

Sering kali harapan Anis untuk melihat karya seorang seniman grafiti pupus. "Karena bisa jadi gambarnya sudah ditutup cat atau ditimpa grafiti lain." Namun hal itu membuat "hobi" perburuan grafiti jadi semakin menarik. "Karena ini karya seni yang mudah hilang." Atas dasar itu, Anis bercita-cita ingin membuat peta yang berisi titik-titik karya para seniman grafiti di Jakarta.

Para seniman grafiti mengakui karya mereka yang dibuat di jalan atau tembok bangunan kosong ataupun pertokoan mudah hilang. "Makanya kami selalu membuat dokumentasi karya setiap selesai menggambar," kata Bujangan Urban, seniman grafiti dan pendiri Gardu House, saat ditemui pada Kamis lalu. Selain dihapus oleh pemilik properti, karya grafiti bisa hilang jika ditimpa karya pembuat grafiti lain.

Hal itulah yang sebetulnya disayangkan para seniman grafiti senior. "Budaya kami di jalanan itu sebetulnya saling menghormati. Saya sendiri berprinsip tidak akan menutupi karya orang lain setiap membuat gambar," kata Bujangan Urban, yang tak mau diketahui nama aslinya. Tapi beberapa pembuat grafiti pemula ada yang sengaja menutupi karya grafiti lama demi eksistensi. "Biasanya mereka sengaja begitu untuk mencari nama. Mereka ingin membuat kesan ada persaingan keras di kalangan seniman grafiti, padahal kami santai-santai saja."

Risiko lain yang harus dihadapi seniman grafiti adalah dikejar-kejar petugas keamanan. Darbotz, seniman grafiti terkenal, bahkan pernah ditahan oleh petugas keamanan jalan tol. Ceritanya, beberapa waktu lalu, Darbotz membuat gambar (bombing) di tembok jalan tol di sekitar Bintaro, Jakarta Selatan. Aksinya itu tepergok petugas patroli. Darbotz sempat dibawa ke kantor pengelola jalan tol untuk dimintai keterangan. Saat itu, kepala petugas keamanan jalan tol meminta foto gambar yang dibuat Darbotz. Setelah melihat, petugas tersebut malah menyukai karyanya. "Akhirnya saya dilepas karena gambar saya dibilang bagus."

Darbotz, Bujangan Urban, dan para seniman grafiti lain di Indonesia, bisa dibilang masih beruntung. Di negara lain, beberapa pemerintah kota bahkan sudah membuat satuan khusus untuk membasmi grafiti dari dinding-dinding di ruang publik. Sebaliknya, menurut Darbotz, di Jakarta, justru apresiasi terhadap grafiti makin baik. "Dipergoki pemilik bangunan saat sedang menggambar sudah berkali-kali, tapi justru pemilik bangunan senang ketika melihat karya saya."

Begitu juga Bujangan Urban. Suatu kali, ia tengah menggambar di pintu sebuah toko yang sudah tutup di daerah Jakarta Utara. Ternyata pemiliknya mengetahui. "Sempat akan dimarahi, tapi begitu lihat saya gambar bunga dan berwarna-warni, dia malah meminta diteruskan." Ciri khas karya Bujangan Urban memang berupa bunga. "Ini sudah menjadi semacam identitas jalanan saya."

Hal lain yang menjadi daya tarik seni jalanan ini adalah para senimannya yang misterius. Mereka banyak menggunakan nama alias dan tak pernah mau diekspos identitas aslinya. Di luar negeri, para seniman jalanan memilih identitas anonim atas dasar keamanan. "Tapi gue memilih anonim buat seru-seruan aja," kata Darbotz. "Gue mau orang kenal gue cukup lewat karya saja." Bujangan Urban setuju dengan pendapat itu.

Adapun perhelatan Asian Games di Jakarta, yang dimulai pekan ini, juga dianggap bakal membuat seni grafiti dan mural di Indonesia, terutama Jakarta, makin berkembang. Selama persiapan Asian Games, Jakarta disemarakkan oleh munculnya mural-mural bertemakan pesta olahraga terbesar di Asia itu. Namun para seniman mural dan grafiti memang tak banyak dilibatkan dalam pembuatan mural itu.

"Tapi ini membuktikan seni mural dan grafiti sudah sangat diterima di masyarakat," kata Bujangan Urban. "Warga tidak risi lagi melihat orang corat-coret di tembok dan jalanan."

Darbotz menilai talenta seniman grafiti di Indonesia sudah sangat baik. "Tak sedikit seniman jalanan yang sudah diajak berpameran di galeri-galeri di Indonesia atau luar negeri." Darbotz berharap makin banyak seniman jalanan yang diakui. "Gue pengen semua sama-sama berkembang, street art karya seniman lokal makin terkenal." PRAGA UTAMA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus