Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di negeri ini, gonta-ganti kurikulum pendidikan nyaris dianggap wajar. "Ganti menteri, ganti peraturan, ganti kurikulum," begitu para orang tua biasa berkeluh kesah tanpa daya. Bagi mereka, ganti kurikulum berarti pula ganti buku dan bertambahnya biaya pendidikan anak.
Selama 30 tahun tercatat sudah empat kali kurikulum berganti. Terakhir, Juli lalu, terbit kurikulum baru yang disebut kurikulum tingkat satuan pendidikan. Isinya mirip kurikulum bebas kompetensi 2004 yang urung diberlakukan. Bedanya cuma sekolah diberi kebebasan mengembangkan kurikulum sendiri.
Kontroversi kembali bergulir. Yang optimistis menganggap kurikulum ini membuat guru menjadi kreatif. Yang pesimistis menganggapnya bakal bernasib seperti kurikulum sebelumnya. Toh, pemerintah bergeming menargetkan semua sekolah menerapkan kurikulum ini pada 2009.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo