SEBUAH ibukota kabupaten seperti Sumgai Penuh tentu tidak
dapat membiarkan dirinya terus-menerus kusut masai dan muram.
Rupanya telah tiba saatnya bagi kota yang terletak di Lembah
Kerinci ini bersolek dan mempersehat diri. Keadaan yang semrawut
lebih banyak menimbulkan bencana seperti serangkaian
kebakaran-kebakaran, misalnya terjadi tahun 1973 dan tahun 1974
silam.
Sejak tahun 1958 setelah pemberontakan PRRI pasar Sungai
Penuh yang jadi pusat kota padat oleh manusia dan bangunan.
Bangunan-bangunan kayu yang berfungsi sebagai toko dan tempat
tinggal berdempet-dempet. Tidak ada penataan sama sekali. Yang
penting saat itu "asal ada orang yang mau mendirikan bangunan
dan tinggal dalam kota" kata Rusdi Sayuti Bupati Kerinci pada
TEMPO.
Alun-Alun
Bangunan asal ada dan asal jadi tentu sudah tidak masanya lagi
bagi kota Sungai Penuh sekarang. Karena itu penataan dimulai
dari bangunan sepanjang jalan Depati Parbo dan sepanjang jalan
di sekitarnya. Bangunan bertingkat mulai didirikan tahun yang
lalu. Fungsi bangunan sebagai toko dan tempat tinggal masih
tetap dipertahankan, sebab memang berat bagi pedagang membuat
toko dan rumah kediaman sekaligus secara terpisah. Bangunan
pada tempat-tempat bekas kebakaran juga ditertibkan.
Bus dan oplet yang selama ini tak hanya sarang kini sudah
tidak bertebaraa lagi. Stasion bus sudah ada. Dan pasar sayur,
pasar kayu, pasar ikan dan sebagainya sudah punya tempat
sendiri-sendiri. Begitu pula tahun ini toko-toko sekitar
lapangan sepak bola akan dibongkar pula dan dipindahkan ke
depan. Lapangan itu sendiri akan dibiarkan kosong. Jadi di depan
bangunan pasar yang baru terbentang sebuah alun-alun.
Bagaimana nasib lapangan sepakbola? Dipindahkan ke dekat
lapangan terbang, 4 kilometer dari pusat kota. Di sana mulai
disiapkan sebuah stadion untuk berbagai kegiatan olah-raga.
Tidak hanya sepakbola. Dan lapangan terbang menurut Rusdi sudah
bisa dipakai pada bulan April tahun ini.
Selain pasar, stadion dan lapangan terbang, kota Sungai Penuh
konon akan dapat pula sebuah instalasi air minum yang akan
mengambil air dari Batang Merao. Biayanya cukup besar yaitu se-
kitar Rp 1,5 milyard. Perluasan jaringan listrik sudah pula
tampak ke arah pinggir kota, sementara sebuah unit pemadam
kebakaran mulai mencogok dalam kota sejak beberapa bulan yang
lalu.
Kota Administratif
Usaha Pemerintah Daerah Kerinci membenahi ibukotanya, selain
karena perkembangan yang wajar dari pertambahan
bangunan-bangunan baik pasar, rumah rakyat dan kantor-kantor
pemerintahan juga dengan sebuah tekad. Apa itu? Kepada TEMPO
Bupati Rusdi mengatakan: "Sungai Penuh harus disiapkan menjadi
sebuah kota, baik dalam penataan maupun dalam fasilitasnya".
Kota macam apa yang dihasratkan oleh Rusdi'? "Cukup sebuah kota
administratif saja.... sekitar lima atau delapan tahun lagi".
Dan penduduknya lumayan. Sekitar 50.000 jiwa.
Hasrat dan gagasan Bupati Kerinci itu tampaknya bukan sebuah
kemustahilan. Pedagang-pedagang kulit-manis lan kopi Kerinci
yang selama ini memilih Padang sebagai pusat kegiatan dan
domisili, kini sudah punya ancang-ancang memindahkan kegiatan
mereka ke Sungai Penuh. Selain itu perkembangan Sungai Penuh
juga akan terpengaruh oleh perbaikan jalan Padang Bengkulu,
serta jalan Sungai Penuh Bangko dan akibat berfungsinya jalan
Lintas Sumatera. Dengan lancarnya hubungan Sungai Penuh Bangko,
maka bahan makanan untuk kota Bangko, Muara Bungo, Muara Tebo
danbahkan Jambi sudah dapat dikirim dari Sungai Penuh. Selama
ini bahan makanan untuk kota-kota tersebut datang dari Padang
Panjang dan Lubuk Linggau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini