Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Emas dalam kubur

Dalam penggalian makam kraton aceh oleh peneliti arkeologi ui, ditemukan emas murni dan kerangka manusia. penentuan apakah ini khasanah kerajaan aceh atau makam diperlukan waktu 2 tahun. (ils)

21 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENGGALI kubur ketemu emas, sering tidak aneh. Tapi bila peristiwa itu terjadi di daerah Aceh yang terkenal kuat beragama memang terasa risih. Sudah sejak tanggal 15 Januari lalu (sampai 31 Januari 1976) dua sarjana arkeologi UI yang dipimpin drs. Hasan Ambari melakukan penelitian di Banda Aceh. Tujuannya hendak merehabilitir makam kraton Aceh di Taman Sari. Lalu nantinya dibuat taman purbakala. Bangunan Gunongan di Taman Sari itu dulunya pernah dijadikan benteng Belanda untuk merebut kraton Aceh pada tahun 1874. Buktinya di sudut barat laut banyak ditemui kelongsona peluru dan uang logam Belanda. Lalu diadakan penggalian pada kedalama 1,30 M di dalam bangunan Gunongan. Sedangkan penggalian di luar bangunan pada sektor C ditemukan lantai bata merah pada kedalaman 11/2 M. Di titik sentral dalam kompleks Gunongan pada kedalaman 30 Cm para pekerja menemukan sebuah peti kayu dilapisan emas. Timbul tanda tanya, apakah ini bukan khazanah kerajaan Aceh atau suatu makam? Setelah digali semua diperoleh emas murni. Dan tidak berhenti di situ. Penggalian dilakukan sampai ke dasarnya. Memang mengejutkan karena yang ditemukan justru kerangka manusia. "Boleh jadi ini makam Sultan Iskandar Sani (ipar Sultan Iskandar Muda yang memerintah pada tahun 1634-164l", ujar Hasan Amhari. Dan untuk sementara penggalian dihentikan dulu. Tahap berikutnya diperkirakan bakal makan waktu sampai 2 tahun untui memperoleh kepastian makam itu. Menurut Ambari, pekerjaan penelitian itu sendiri ada kesulitannya. Tenaga peneliti yang berkecimpung di bidang arkeologi memang sangat langka. Belum lagi pengadaan sarana mobilita Perlengkapan lapangan yang kurang bisa berakibat target kerja tak tercapai sebagaimana yang terjadi di Aceh. Dan celakanya karena dua hal di atas ini sering mengundang peneliti asing untuk terjun ke lapangan. Makanya pada seminar arkeologi yang dilangsungkan Puncak, ada disarankan agar tempat-tempat penting yang belum diteliti. Tidak diberikan pada peneliti asing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus