Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Donald Trump, yang resmi berkantor di Gedung Putih sejak 20 Januari lalu, mengawali pemerintahannya dengan sejumlah kebijakan kontroversial. Pekan pertama menjabat Presiden Amerika Serikat ke-45, ia menandatangani perintah eksekutif memperketat perbatasan Meksiko untuk membendung arus imigran, menggusur program jaminan kesehatan Obamacare, dan menarik diri dari Trans-Pacific Partnership.
Trump juga menolak mengesahkan kesepakatan nuklir Iran yang disepakati Amerika dan lima negara lain pada 2015. Langkah kontroversial terbaru pria 71 tahun ini adalah mendeklarasikan pengakuan Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel, 6 Desember lalu, yang memicu kecaman dari berbagai negara dan membuat perundingan damai Israel-Palestina berada dalam ancaman.
Mohammad bin Salman | Gebrakan Putra Mahkota Saudi
Arab Saudi mencuri perhatian dunia dengan sejumlah gebrakan. Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman- anak Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud- dianggap sebagai otak dari "Saudi Baru" itu. Selain menyiapkan Saudi di era pascaminyak, ia mengakhiri larangan perempuan menyetir mobil, mengizinkan bioskop beroperasi lagi, serta memerintahkan penangkapan sebelas pangeran, empat menteri, dan puluhan mantan menteri karena kasus korupsi. Pria 32 tahun ini juga disorot karena menyeret Saudi ke dalam perang Yaman yang menewaskan lebih dari 4.600 orang, melukai lebih dari 8.000 orang, dan tak jelas kapan berakhirnya.
Rodrigo Duterte | Di Antara Dua Perang
Filipina di bawah Presiden Rodrigo Roa Duterte menjadi perhatian dunia tahun ini karena dua hal: perang melawan teroris dan narkotik. Militer Filipina berhasil merebut kembali Kota Marawi di Pulau Mindanao yang dikuasai kelompok Maute- organisasi teror pro-Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)- selama lima bulan sejak Mei lalu. Duterte, 72 tahun, juga terlibat perang melawan narkotik dengan melegalkan pembunuhan ekstrayudisial. Meski menuai protes, kampanye antinarkotik Duterte terus berlangsung dan ditaksir telah menewaskan sedikitnya 6.000 orang.
Aung San Suu Kyi | Sikap Diam yang Dikecam
Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian 1991, menuai kecaman setelah terjadi kekerasan militer di Negara Bagian Rakhine, Agustus lalu. Kekerasan itu mengakibatkan ribuan orang Rohingya tewas dan memicu lebih dari 620 ribu orang lainnya mengungsi ke Bangladesh. Perserikatan Bangsa-Bangsa menuding tindakan militer itu sebagai pembersihan etnis. Perempuan 72 tahun ini dinilai tak bertindak untuk menghentikan kekejaman itu, sehingga sejumlah penghargaan yang diberikan kepadanya, seperti Freedom of Oxford 1997 dan Freedom of the City of Dublin 2012, ditarik.
Kim Jong-un | Ancaman Pemimpin Korea Utara
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, membuat waswas dunia dengan program peluru kendali dan nuklirnya. Kebijakan itu membuat Pyongyang terus-menerus bersitegang dengan Korea Selatan dan sekutunya, Amerika Serikat. Pria 34 tahun ini juga kerap mengancam Amerika serta berulang kali melakukan uji coba rudal meski dikecam banyak negara. Akhir November lalu, dilakukan uji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-15, yang diyakini bisa mencapai daratan Amerika. Pengujian itu memicu perang retorika antara Kim dan Presiden Amerika Donald Trump, yang meningkatkan kekhawatiran tentang pecahnya perang nuklir di Semenanjung Korea.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo