Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dwi Astuti soenardi: Perjalanan ke Puncak Dunia

18 Desember 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hati perempuan itu bergalau tatkala anak bungsunya melontarkan pertanyaan ini pada suatu hari: "Bunda kok latihan terus, sih?" Hari itu, Wiwi-nama kecil Dwi Astuti Soenardi-pulang ke rumah sehabis memeras keringat di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Di kompleks olahraga itu ia mengasah fisik bersama sembilan kolega yang akan mendaki Puncak Everest (8.848 meter) di Pegunungan Himalaya pada Mei-Juni 2007.

Ibu tiga anak itu merengkuh Gazarasta Malibu, 8 tahun. Lalu keduanya saling "curhat". Si anak dipersilakan menyatakan keberatannya. Lalu Wiwi ganti menuturkan motivasinya memimpin sebuah ekspedisi "hidup-mati", yakni menjejak pucuk gunung tertinggi di seluruh alam raya. Pertanyaan anak-anaknya selalu menarik Wiwi dari pengembaraan di puncak-puncak dunia ke dalam "kehidupan nyata". Karena hanya di tengah keluarga, perempuan ini menyimpan impian paling utama: menjadi ibu sejati bagi ketiga anaknya.

Perkawinan Wiwi dan Ari Malibu menghasilkan seorang putri, Genta Aatina Malibu, 11 tahun, dan dua anak lelaki, Jerash Ardito Malibu, 10 tahun, serta Gazarasta. Wiwi sungguh beruntung mendapat sokongan sepenuh hati dari keluarganya: "Suami saya mendukung 200 persen," tuturnya kepada Tempo sembari tertawa lebar.

Semuanya bermula ketika Tim Ekspedisi Everest Putri Indonesia terbentuk pada Juli 2006. Anggotanya, perempuan dari berbagai organisasi pencinta alam Tanah Air. Mereka akan menempuh jalur selatan lewat South Col Route.

Jika berhasil kelak, inilah tim putri pertama di Asia Tenggara yang sukses mencapai atap dunia. Dan Wiwi, 48 tahun, didapuk memimpin ekspedisi prestisius itu. "Karena saya yang paling tuwir (tua)," katanya bercanda.

Jawaban itu tentu saja sekadar sikap rendah hati. Catatan panjang pengalamannya memimpin tim untuk menapaki puncak-puncak gunung tinggi dunia adalah portofolio tak terbantah baginya untuk memegang komando ekspedisi (lihat tabel).

Perjalanan Wiwi menghayati rahasia alam bisa ditarik lebih jauh saat ia masih bocah di kota kelahirannya, Mataram, Lombok. Anak kedua pasangan Soenardi dan Rosmana itu kerap diajak ayahnya berburu ke dalam hutan. Sewaktu SMA, dia mendirikan kelompok pencinta alam SMA 6, Trupala. Saking asyiknya mendaki, "Nilai Fisika saya anjlok," dia terbahak.

Di masa kuliah, Wiwi bergabung dengan kelompok pencinta alam Pataga di Universitas 17 Agustus, Jakarta. Saat di kampus pula ia melanglang ke Himalaya untuk pertama kalinya. Di sela berbagai pendakian, Wiwi sempat bergabung dalam pelayaran Pinisi Nusantara, Benoa-Jakarta, pada 1990.

Laut, kata dia, memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi ketimbang gunung. "Bila celaka, kecil kemungkinan bertemu jasadnya. Itu benar-benar antara manusia dan Tuhan," kata dia.

Ekspedisi ke Everest menuntut persiapan fisik dan mental yang tak terkira. Dia harus berlatih dengan spartan sepanjang waktu-termasuk membuat simulasi pendakian. Bulan Desember ini Wiwi dan timnya memasuki masa winter climbing (mendaki gunung-gunung "kecil" pada ketinggian 6.000 meter).

Banyak yang pernah bertanya, apakah dia pernah menyimpan ambisi yang melebihi cita-cita menggapai Everest. "Saya ingin menjadi orang tua yang baik," sahutnya saban kali mendapat pertanyaan itu. Dan dia menerapkannya dengan cara yang amat bersahaja: menunggu anak pulang sekolah, menemani tidur mereka, menyiapkan makan, dan menjadi teman "curhat" kapan pun ketiga anaknya membutuhkan.

Dalam suatu wawancara dengan Tempo, Dwi Astuti mengakui, di dalam hidupnya dia akan selalu kembali kepada dua hal: keluarga dan puncak-puncak gunung, "Sampai Tuhan menentukan lain."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus