Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Goa Lalay Klapanunggal, Bekas Tambang yang Jadi Destinasi Wisata

Goa Lalay di Desa Klapanunggal, Kabupaten Bogor, kini menjadi daya tarik wisatawan ke bekas galian tambang gunung kapur itu.

28 Juni 2020 | 16.42 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Goa Lalay Klapanunggal, Kabupaten Bogor, ramai dikunjungi wisatawan, Jumat 26 Juni 2020. TEMPO/M.A MURTADHO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bogor - Goa Lalay di Desa Klapanunggal, Kabupaten Bogor, kini menjadi daya tarik wisatawan ke bekas galian tambang gunung kapur itu. Goa yang terletak di desa Klapanunggal tersebut memiliki kedalaman sekitar 100 meter dan memiliki beberapa ruang lebar 5 hingga 10 meter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Goa Lalay Klapanunggal terbentuk secara alami, sama seperti goa karst lain. Pengunjung ke Goal Lalay harus menggunakan perahu karet karena jalur masuk tergenang air dengan kedalaman sekitar 2 meter.

"Ini untuk sementara dikelola oleh karang taruna di sini dan Bumdes (Badan Usaha Milik Desa)," ucap Saep ketua Bumdes setempat kepada Tempo, Jumat 26 Juni 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saep mengatakan saat ini Goa Lalay Klapanunggal belum sepenuhnya dibuka karena masih dalam tahap konstruksi. Pengelola ingin merapikan kawasan itu sekaligus memastikan keamanan para pengunjung.

Sebab area itu merupakan bekas pertambangan  sehingga selaku pengelola perlu membenahi dan memastikan tidak ada bebatuan rapuh atau lapuk yang bisa mengakibatkan longsor atau ambrol.

"Kita baru jalan 6 bulan ini kontruksinya, tapi pengunjung sudah berdatangan aja. Tapi banyaknya pengunjung lokal," kata Saep.

Saep mengatakan sebelumnya area sekitar Goa Lalay adalah area pertambangan aktif, namun Pemerintah Desa Klapanunggal dan warga setempat meminta kepada Perhutani selaku pemilik lahan untuk menjadikannya tempat wisata.

Menurut Saep, Goa Lalay Klapanunggal juga satu garis dengan mega-karst yang masuk dalam Kawasan Bentangan Alam Karst atau KBAK. "Jadi selain kami mengoptimalkan jadi tempat wisata, kami pun turut menjaga dan melestarikan Mega-Karst dari aktivitas pertambangan liar," kata Saep.

M.A MURTADHO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus