Kalau presiden salah omong, hubungan antarnegara bisa runyam. Kali ini yang keseleo lidah adalah Presiden Habibie. Pekan lalu, Habibie diwawancarai wartawan Taiwan tentang diskriminasi warga keturunan Cina di Indonesia. Bukannya memberikan keterangan dengan data akurat, Habibie malah mengklaim bahwa iklim diskriminasi Singapura lebih buruk ketimbang Indonesia. "Di Singapura, jika Anda orang Melayu, Anda tidak bisa menjadi perwira militer," kata Habibie.
Kontan saja komentar Habibie disambut gusar masyarakat Singapura. The New Paper membalas pernyataan Habibie dengan tulisan yang dilengkapi foto seorang letnan kolonel dan seorang pilot angkatan udara berdarah Melayu. Tabloid sore itu juga menyertakan data mutakhir tentang naiknya jumlah perwira militer Singapura yang berdarah Melayu. Ahmad Magad, anggota parlemen Singapura yang keturunan Melayu, mendesak Habibie datang sendiri ke Singapura. "Sebaiknya Habibie tidak membuat pernyataan sebelum memeriksa," kata Magad.
Sejauh ini, belum ada komentar balik dari Habibie. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Juwono Soedarsono, seperti diwawancarai The Straits Times, menduga bahwa ucapan Habibie muncul lantaran kurang menguasai informasi tentang Singapura. Keseleo lidah Habibie, kata Juwono, juga dipicu rasa kesal akibat pernyataan Menteri Senior Lee Kuan Yeuw menjelang pemilihan wakil presiden 1997. Saat itu, Lee memastikan pasar uang bereaksi negatif terhadap kriteria wakil presiden yang disodorkan Soeharto. Hampir dua tahun berlalu, rupanya kekesalan belum juga tersalur. Betul begitu, Pak Habibie?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini