Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 22 Februari 2023 ini, sebagian besar umat Kristen merayakan Rabu Abu. Rabu abu dirayakan 40 hari sebelum Hari Raya Paskah (tanpa hari Minggu) atau 44 hari (termasuk hari Minggu) sebelum Jumat Agung.
Makna Rabu Abu
Melansir laman BMV Katedral Bogor, disebutkan bahwa Rabu Abu merupakan salah satu tradisi yang sudah ada sejak zaman Perjanjian Lama. Saat itu, Rabu Abu menjadi lambang perkabungan, rasa penyesalan, dan pertobatan umat manusia. Saat itu, pada abad ke-5 SM, sesudah Yunus berseru supaya orang-orang kembali kepada Tuhan dan melakukan pertobatan. Setelah itu, Kota Niniwe memaklumkan puasa dan mengenakan kain kabung serta taja menyelubungi dirinya dengan kain kabung lalu dudk di atas abu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, dalam Perjanjian Baru, disebutkan bahwa pemakaian abu yang ditujukan untuk kota yang menolak melakukan pertobatan dari dosa. Gereja Perdana menggunakan abu sebagai simbolis yang serupa. Sedangkan, setelah abad pertengahan, gerja menggunakan abu sebagai tanda dimulainya masa eprtobatan Pra-Paskah dan menjadi tanda penyesalan atas dosa yang telah diperbuat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada perayaan Rabu Abu, abu berasal dari daun palma yang telah diberkati di hari Minggu Palma pada tahun sebelumnya yang dibakar. Dalam peribadatan, abu akan dioleskan dengan membentuk tanda salib pada kening. Abu yang dioleskan tersebut tidak perlu dipakai sepanjang hari, abu boleh dibasuh setelah ibadat selesai.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.