Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Hipertiroidisme adalah kondisi ketika produksi hormon tiroid berlebihan. Spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Hermina Kemayoran, Jakarta, dr. Erik Rohmando Purba, SpPD, menyebut manusia memiliki dua kelenjar tiroid di sisi kanan dan kiri leher dengan bentuk menyerupai kupu-kupu. Dalam kondisi normal, produksi tiroid diatur oleh hipotalamus di otak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hipotalamus mengeluarkan hormon TSH yang merangsang kelenjar hipofisis di bawahnya agar memproduksi tiroid stimulating hormone (TSH) untuk dikirim ke kelenjar tiroid. Kemudian, kelenjar tiroid menghasilkan T3 (triiodotironin) dan T4 (tiroksin).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca juga:
Apa Saja Gejala Hipotiroid dan Hipertiroid
Penderita Tiroid Selalu Lesu, Olahraga Apa yang Cocok?
5 Makanan yang Menyehatkan Tiroid
Gangguan Tiroid Menyerang Wanita Usia Produktif, Apa Gejalanya
“Komposisinya, T4 sebanyak 80 persen sementara T3 hanya 20 persen. Meski demikian, T3 lebih memegang peranan. Kalau produksi T3 dan T4 terlalu tinggi, ia akan memberi tahu hipofisis agar menurunkan produksi TSH,” jelas Erik.
“Kurangnya produksi hormon tiroid disebut hipotiroidisme. Jika produksi tiroid normal, maka disebut hiotiroidisme. Semua berpusat pada kelenjar tiroid yang ada di leher kita. Awam menyebutnya kelenjar gondok,” tambahnya.
Kelebihan produksi tiroid memantik banyak masalah di tubuh yang ditandai dengan sejumlah gejala. Pertama, berat badan menurun karena hipertiroidisme membuat metabolisme tubuh meningkat dan menguras cadangan energi.
Karena metabolisme melonjak drastis, tubuh penderita sering panas dan mudah gerah. Kedua, sel-sel tubuh aktif terus sehingga denyut nadi menjadi sangat cepat. Ketiga, tangan gemetar. Keempat, mata belok. Terakhir, osteoporosis.
“Jika kondisi ini dibiarkan, pasien akan mengalami badai tiroid, yakni produksi hormon tiroid yang tak terkendali sehingga menurunkan produksi sel-sel darah. Dampaknya, bisa berujung kematian,” beri tahu Erik.