Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Jokowi dan Surya Paloh punya panggilan akrab satu sama lain.
Jokowi membela Surya Paloh ketika PDI Perjuangan mengkritik posisi Jaksa Agung.
Surya Paloh berkali-kali mengerahkan perusahaannya untuk membantu Jokowi.
PATUNG Presiden Joko Widodo setinggi 1,5 meter dan berbahan perunggu terpacak di samping meja kerja Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di lantai 20 NasDem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. Jokowi tampil dalam posisi berjongkok dengan tangan kiri bertopang dagu. Air muka Jokowi tak beriak dan keningnya berkerut.
Ada lebih dari 250 patung tokoh di kantor NasDem, tapi hanya Jokowi yang dibikin satu badan. Patung pejuang revolusi Kuba, Fidel Castro, yang berjarak tak sampai sepuluh langkah dari reca Jokowi, hanya dari dada ke atas. “Kami di NasDem mengagumi Jokowi,” kata Surya Paloh dalam wawancara khusus dengan Tempo, Selasa, 9 Mei lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Surya menggambarkan hubungannya dengan Jokowi seperti saudara. Adimas Jokowi, demikian bos Media Group itu memanggil Presiden. Sedangkan Jokowi kerap menyapa Surya dengan sebutan “abang”. Kedekatan itu terbangun sejak Jokowi menjabat wali kota atau lebih dari sebelas tahun silam. Surya mengklaim hubungan dengan Jokowi sangat personal dan hangat.
Namun relasi Surya dengan Jokowi belakangan menjadi tawar. Kerenggangan hubungan mereka tampak saat Jokowi menjamu para ketua umum partai pendukung pemerintah di Istana Negara pada Selasa, 2 Mei lalu. Tak ada nama Surya dalam daftar undangan meski NasDem masih berada di barisan partai pro-pemerintah.
Jokowi memastikan tak mengundang Surya karena dia sudah punya koalisi lain. NasDem berkongsi dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera untuk mengusung bekas Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pada Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. “Gabungan partai yang berkumpul ingin membangun kerja sama politik lain,” ujar Jokowi.
Baca: Jurang Dalam Deklarasi Anies Baswedan
Sebelum hubungannya dengan Jokowi berjarak, Surya adalah penyokong utama bekas Wali Kota Surakarta tersebut. Surya mengklaim dia mendorong karier politik Jokowi agar mau bertarung dalam pemilihan Gubernur Jakarta setelah menjabat wali kota. “Saya beri dukungan penuh sejak dia menjadi wali kota,” ucapnya.
Surya memerintahkan stasiun televisi dan surat kabar di bawah Media Group untuk memberitakan kinerja Jokowi. Salah satunya proyek mobil Esemka, kendaraan yang diklaim sebagai produk rakitan siswa sekolah menengah kejuruan di Surakarta, Jawa Tengah. Jokowi pernah memakai mobil Esemka sebagai kendaraan dinas wali kota.
Setelah memastikan maju menjadi calon Gubernur Jakarta, Jokowi meminta dukungan NasDem. Bekas Sekretaris Jenderal NasDem, Patrice Rio Capella, mengatakan Jokowi menemuinya dan menawari NasDem bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra. Padahal NasDem waktu itu baru sekitar setahun berdiri.
Menurut Rio, Surya kembali menginstruksikan media massa miliknya untuk memberitakan program pemerintah Jakarta setelah Jokowi menang di Ibu Kota. Tujuannya: mengerek elektabilitas Jokowi sebagai pemimpin nasional dan membuka peluang dia menjadi calon presiden pada Pemilu 2014. “Metro TV sangat luar biasa menciptakan persepsi soal Jokowi,” tutur Rio.
Baca: Mengapa Koalisi Penyokong Anies Baswedan Tak Solid
Mendekati pemilihan presiden 2014, Jokowi menguat sebagai kandidat presiden. Surya juga baru saja membawa partainya meraih 35 kursi Dewan Perwakilan Rakyat. Dia segera membangun koalisi “tanpa syarat” dengan PDI Perjuangan untuk mengusung Jokowi pada pemilihan presiden. “Kami melihat Jokowi sebagai new hope,” kata Surya.
Setelah Jokowi terpilih, Surya aktif melobi Presiden untuk menangani masalah bahan bakar minyak bersubsidi. Ia mengusulkan perbaikan mekanisme impor minyak. Surya pun menyorongkan koleganya sekaligus konglomerat asal Cina, Sam Pa, yang punya akses ke perusahaan minyak Angola, Sonangol EP. Belakangan, tak ada kelanjutan dari bisnis tersebut.
Jokowi disebut-sebut memenuhi keinginan Surya soal pengisian kabinet. Salah satunya posisi Jaksa Agung yang dijabat Muhammad Prasetyo, anggota DPR terpilih dari NasDem. Kursi Jaksa Agung itu belakangan memicu retaknya hubungan Surya dengan PDI Perjuangan, partai asal Jokowi.
Kejaksaan Agung diduga menekan politikus dari partai lain, termasuk PDI Perjuangan, dengan kasus korupsi. Tujuannya agar mereka pindah ke NasDem. “Politisasi hukum karena mengintip dosa calon kepala daerah,” ucap politikus PDI Perjuangan, Trimedya Panjaitan. Surya membantah jika disebut memakai kejaksaan untuk mengintimidasi kepala daerah.
Baca: Panas-Dingin Hubungan Surya Paloh dan Megawati Soekarnoputri
Didesak untuk mencopot Prasetyo, Presiden memilih mempertahankannya hingga Kabinet Kerja bubar pada Oktober 2019. Memimpin kabinet pada periode kedua, Jokowi menunjuk Sanitiar Burhanuddin, adik politikus PDIP, Tubagus Hasanuddin, sebagai Jaksa Agung. Surya mengaku menghormati keputusan Jokowi itu. “Terlalu kecil untuk kecewa,” ujarnya.
Tensi hubungan Surya dengan Jokowi pun sempat meningkat pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Surya menyarankan Jokowi mempertimbangkan lagi pencalonan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang menghadapi kasus penistaan agama. Jokowi bergeming. Berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat, Ahok kalah oleh pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puncak ketegangan terjadi setelah NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden pada 3 Oktober 2022. Sejumlah narasumber yang mengetahui pencalonan itu mengatakan Surya mempercepat deklarasi untuk menangkal manuver Komisi Pemberantasan Korupsi mengusut dugaan korupsi proyek Formula E yang menyeret nama adimas barunya, Anies Baswedan.
Surya membenarkan informasi tersebut. “Deklarasi Anies membuat hubungan sedikit pecah,” kata Surya. Saat NasDem merayakan ulang tahun partai ke-11 di Senayan, Jakarta, pada 11 November tahun lalu, Jokowi memilih melawat ke Kamboja untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Istana juga tak mengirimkan rekaman video pidato Jokowi.
Baru pada 26 Januari lalu, Surya bisa bertemu dengan Jokowi di Istana Negara. Sejumlah narasumber yang mengetahui pertemuan itu menyebutkan Jokowi mempersoalkan alasan Surya buru-buru mendeklarasikan Anies dan tak memberi tahu dia sebelum pengumuman tersebut.
Menurut Surya, Jokowi menyambutnya dengan hangat ketika bertemu empat bulan lalu. Jokowi mau memeluk dan mengantarkan Surya sampai ke pelataran Istana. “Kami membicarakan hal yang tak cuma lip service,” ujar Surya saat dimintai konfirmasi tentang isi pertemuan itu. Di situlah Surya terakhir kali berjumpa dengan Presiden Jokowi.
Baca: Dua Calon Wakil Presiden yang Disorongkan Jokowi
Dimintai tanggapan tentang hubungan Surya dengan Jokowi, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko enggan berkomentar. "Saya tak bisa menanggapi karena bukan domain saya," tuturnya. Sedangkan Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung tak merespons permintaan konfirmasi hingga Sabtu, 13 Mei lalu.
Jokowi belum pernah menceritakan kondisi hubungannya dengan Surya Paloh. Jokowi hanya menyebutkan pertemuan terakhir dengan Surya pada Januari lalu berlangsung biasa-biasa saja.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Francisca Christy Rosana dan Raymundus Rikang berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Adimas Baru Pangkal Seteru"