Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Hubungan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dengan Jokowi merenggang.
Padahal Partai NasDem adalah pengusung utama Jokowi dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019.
Kerenggangan terjadi karena NasDem mencalonkan Anies Baswedan.
PERSAINGAN menjadi presiden Indonesia 2024 sudah memanas sejak akhir tahun lalu. Partai NasDem yang mencalonkan Gubernur Jakarta Anies Baswedan berbuah retaknya hubungan Surya Paloh dengan Presiden Joko Widodo. NasDem, dalam Pemilihan Umum 2014 dan 2019, paling awal menyatakan dukungan kepada Jokowi. Kini Surya Paloh membuat strategi serupa dengan segera mendeklarasikan Anies Baswedan, politikus yang tak memiliki partai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keretakan hubungan Surya Paloh dengan Jokowi terlihat ketika Presiden tak mengundang NasDem ke Istana Negara pada Selasa, 2 Mei lalu. Padahal partai politik ini masih menjadi anggota koalisi pendukung pemerintah. Tiga kadernya masih menjadi anggota kabinet. Jokowi menyebutkan tak mengundang NasDem karena partai ini sudah punya "koalisi di sana".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika ditanya ihwal status hubungannya dengan Jokowi setelah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024, Surya Paloh menunjuk ke sudut ruang kantornya di lantai 20 NasDem Tower di Menteng, Jakarta Pusat. "Kalian tengok itu patung siapa?" Itu adalah patung Jokowi sedang berjongkok dengan tangan kiri memegang dagu. Begitulah Surya Paloh mendeskripsikan kedekatannya dengan Jokowi.
Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem, pengusaha media dan katering, mengakui hubungannya dengan Jokowi sedang berada di titik terendah. Partainya memang terang-terangan menolak perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi yang didukung partai-partai koalisi. Puncaknya, ketika ia mendeklarasikan Anies sebagai calon presiden. "Tidak ada isu lain yang membuat hubungan jadi merenggang," katanya kepada tim Tempo, Selasa, 9 Mei lalu.
Selama hampir dua jam ia menjawab pertanyaan seputar isu reshuffle kadernya, tekanan terhadap bisnis-bisnisnya setelah berseberangan dengan Jokowi, hingga mahar kepala daerah.
NasDem memang tidak diundang ke Istana?
Tidak diundang. Kepada wartawan, Presiden mengatakan, “Memang sengaja enggak diundang. Dia itu kan sudah ada koalisi di sana. Ini kan koalisi yang kita atur di sini. Nanti strategi kita mau atur begini, apa dia harus tahu strategi kita?”
Anda membaca pernyataan itu seperti apa?
Pertanyaan kami, saya, NasDem, ada di koalisi pemerintahan atau enggak hari ini?
Anda bertemu Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada Senin, 8 Mei lalu. Apakah membahas hubungan Anda dengan Presiden?
Ada. Kalau bisa hubungan yang baik itu harus tetap terjaga.
Anda menyampaikan apa kepada Luhut?
Ya. Nanti kalau Bapak Presiden bilang, “Mana dia? Sudah lama enggak tampak bicara.” Nah, kita boleh duduk ngobrol. Bukan hal berat bagi saya ngomong seperti itu.
Maksud "koalisi di sana" itu apa karena NasDem mencalonkan Anies Baswedan? Apakah Presiden meminta Anda mempertimbangkan tak mencalonkan Anies?
Pak Jokowi tidak ngomong seperti itu kepada saya.
Atau melalui utusannya?
Utusan banyak. Kalau Presiden tidak meminta.
Anda bertemu Jokowi Januari lalu. Apakah suasana pertemuan masih hangat?
Orang bilang saya memeluk dia, ditolak. Itu tidak benar. Saya sebagai kakak, lebih senior, biasanya dia akan antar sampai bawah, tidak hanya di pintu ruang kerja. Oh, (ternyata) masih diantar. Jadi (dengan) parameter-parameter itu tidak ada perubahan.
Anda pernah menyebut hubungan dengan Jokowi sudah dingin.
Pertemuan itu kan pada Januari. Ini sudah Mei.
Belum ada lagi pertemuan setelah itu?
Tidak ada.
Anda juga pernah mengatakan bahwa Presiden sekarang boleh saja tak butuh Anda. Itu pesan sangat kuat.
Sangat kuat dan statement pesan moral, bukan perang.
Bukan ancaman?
Enggak juga. Pesan moral.
NasDem juga menolak perpanjangan masa jabatan presiden. Mana yang membuat hubungan Anda renggang: pencalonan Anies atau masa jabatan presiden?
Lebih keras penolakan terhadap pencalonan Anies. Saya pikir analisis saya tidak salah. Tidak ada isu lain yang membuat hubungan kami sedikit merenggang.
Anda berminat memperbaiki hubungan?
Saya berteman. Saya bertemu. Saya merasa harus saling menghargai karena Anda sebagai Presiden. Kalau bisa, pertemanan yang ada, baik Anda menjabat maupun tidak, terjaga baik, itu lebih dimuliakan. Artinya, kalau kita datang dengan sakit hati, marah, dendam, ini kan ada masalah. Jadi hanya karena faktor tidak diundang, lalu berlarut-larut marahnya, itu enggak fair.
Jokowi khawatir Anies menjadi calon presiden?
Saya berharap Pak Jokowi lebih hebat dari itu. Dia bisa menjadi pemimpin besar. Ketika dia membuka wawasannya, visinya juga besar. Jiwanya juga harus besar.
Termasuk dengan menerima pencalonan Anies?
Memang Anies itu siapa? Dia warga negara Indonesia atau bukan? Hak politiknya masih ada atau tidak? Dua pertanyaan ini mendasar sekali. Kalau hak politiknya sedang dicabut, dia bukan WNI, ngapain dicalonkan?
Apa benar Anda berjanji kepada Jokowi jika Anies menjadi presiden tetap melanjutkan program Jokowi?
Saya pikir, mengingat pemahaman pengenalan pribadi kami berdua, tanpa saya membicarakan itu pun seharusnya referensi itu sudah ada. Saya berkepentingan terhadap kelanjutan pembangunan yang baik dan saya akan tetap melakukan koreksi kalau itu tidak perlu dilanjutkan. Dengan segala susah payah, saya yakin Presiden Jokowi sudah meletakkan dasar agar pembangunan ini berjalan dalam progres yang dipercepat. Kenapa kita tidak sambut itu? Jangan seakan-akan tidak ada satu pun ruang untuk dikoreksi. Saya pikir naif sekali kita.
NasDem tertekan karena Menteri Komunikasi berurusan dengan hukum?
Saya menganggap ini normal saja. Ada sebuah kasus dalam proses di kejaksaan. Dalam pikiran saya, silakan saja. Saya harap ini murni.
Ada kemungkinan tidak murni kasus hukum?
Saya berharap ini murni.
Kalau terjadi reshuffle, NasDem akan tarik semua menteri jika ada satu yang dicopot?
Saya katakan, yang paling baik adalah ketika trust di antara kita masih terjaga. Saya lebih mengharapkan itu. Kalau itu sudah tidak ada, barangkali akan sulit sekali. Tidak semua partai politik memiliki irama, model, dan style manajemen kepartaian yang sama. Saya menawarkan gagasan sebagai institusi partai, yang belum tentu mudah dicerna, dipahami, apalagi diyakini publik. Saya menawarkan salah satu implementasi operasionalnya adalah politik tanpa mahar. Siapa yang percaya itu? Itu artinya saya identik dengan menolak potensi pemasukan di atas Rp 1 triliun.
Maharnya bisa sampai Rp 1 triliun?
Lebih. Apakah ini tercatat di sanubari publik, elite, pengamat? Belum tentu. Enggak ada itu yang catat. Itu sejujurnya ruang idealisme yang saya ingin coba terapkan. Ada privilege dari institusi partai yang begitu hebat, dari memilih presiden, gubernur, dan wali kota, hingga membuat dan mengubah undang-undang. Tapi kalau dia hanya ambil haknya dan tidak menyeimbangkan dengan kewajibannya, salah satunya melalui proses pendidikan politik, rusak kita ini.
Ketua umum Partai Nasdem Surya Paloh di Nasdem Tower, Menteng, Jakarta, 9 Mei 2023. Tempo/ Febri Angga Palguna
Kita mengalami homo homini lupus. Social distrust. Enggak percaya satu sama lain. Yang kuat memakan yang lemah. Deviasi terhadap ideologi kebangsaan kita terjadi dalam praktik keseharian kita. Enggak ada musyawarah dan mufakat. Ini masalah-masalah besar dan strategi dalam konsep sistem ketatanegaraan kita. Tapi siapa yang berpikir ke arah ini? Kita bergerak tanpa kita sadari ke pragmatisme. Ini membawa dan menggoda kita untuk memberikan penghormatan pada spirit individualisme dan materialistik. Satu langkah lagi ke ateisme.
Reshuffle itu cara mendepak NasDem dari koalisi pemerintah?
Saya menduga yang baik-baik aja.
Bukankah kalau NasDem berseberangan dengan pemerintah itu bisa bagus karena membangun citra pembaru?
Relatif. Kalau pemerintahannya sedang bagus, bagaimana kita bisa berseberangan? Rugi sekali. Pemerintah yang berjalan on the right track, yang baik, saya ambil posisi harus bela dia. Kalau dia main-main, tidak lagi on the right track, saya siap berseberangan.
Kalau situasi sekarang?
Sedang kami kaji.
Kami mendengar dukungan NasDem terhadap Anies berdampak pada bisnis Anda?
Risiko itu harus saya terima.
Jadi benar ada tekanan?
Barangkali bisa saja itu terjadi.
Sudah terjadi?
Saya mencoba tidak spoil.
Proyek pengadaan katering perusahaan Anda di PT Freeport apakah betul dibatalkan? Belanja iklan untuk perusahaan media Anda juga dipangkas?
Saya biasa menghadapi rintangan seperti itu. Saya menghadapi keadaan yang serba tidak mudah. Kalian tahu, saya bikin koran dibredel, bikin tabloid dibredel. Muncul lagi di zaman Susilo Bambang Yudhoyono. Siapa yang dukung? Emangnya saya menikmati apa? Saya diperiksa kejaksaan. Kalau memang tidak ada masalah, apa yang dikhawatirkan?
Kredit untuk menara Indonesia One juga disetop?
Positifnya, bagus, supaya tidak perlu berutang. Itu saja kami ambil hikmahnya.
Tapi kan gedung enggak jadi?
One day bisa jadi.
Ada yang menyebut gedung itu simbol hubungan Anda dengan Jokowi?
Enggak juga. Dalam arti kata itu proses pembangunan tersendiri. Saya kerja politik. Mana ada saya urus begitu-begitu?
Setelah NasDem mencalonkan Anies, ada pengurus yang mundur?
Enggak ada masalah. Mengundurkan diri lima orang, 5.000 yang datang.
Bagaimana NasDem menjaga kesolidan partai koalisi pengusung Anies?
Serahkan kepada mereka semua. Koalisi ini bisa bertahan, berlanjut, tidak ada masalah sepanjang niat baik dipertahankan optimal. Harapan kami masih ada ikatan moral yang tidak mudah kami lepaskan. Maka berkompetisi tidak hanya untuk menang, harus siap kalah.
Sekarang ada tiga kandidat presiden: Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan. Seberapa besar kans Anies?
Saya berharap yang baik-baik aja. Jokowi ikut meng-endorse Prabowo. Kami serahkan kepada publik.
Anda punya persoalan dengan Prabowo?
Itu masa lalu. Dalam pertemuan terakhir ke rumah beliau, beliau menyambut saya dengan hebat. Modal pertemanan jangan rusak. Kalau mau maju jadi calon presiden, maju saja. Kepada Ganjar saya juga berharap hal yang sama. NasDem pernah mencalonkannya sebagai calon presiden walau dikomplain PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).
Omong-omong berapa biaya agar bisa menjadi presiden?
Banyak. Enggak terhitung.
Kabarnya sumber pendanaan untuk Anies diblokir. Bagaimana Anda memenuhi kebutuhan logistiknya?
Anies sudah dijatah tiap hari makan pecel. Sekali-sekali makan di restoran yang baik. Calon presiden yang paling berat di situasi sekarang, ya, Anies. NasDem pun dalam kondisi logistik yang berat juga.
Tekanan terhadap Anies ini menguntungkan NasDem?
Ada hikmahnya. Anies masih bisa jalan sedikit, tarik napas. Sekarang tidak tertekan lagi karena dianggap posisinya di bawah. Tapi dia berubah dari exposure yang tampak menjadi silent. Kami enggak tahu apa yang akan terjadi dua-tiga bulan mendatang. Dari tiga kandidat ini, publik tahu ada dua kandidat yang betul-betul didukung pemerintah, yaitu Ganjar dan Prabowo.
Ada desakan untuk memperbanyak calon alternatif, tapi terhalang ambang batas 20 persen. Apa pendapat Anda?
Tetap ada threshold pada tingkat yang lebih rendah.
Berapa?
Saya kira 10 persen masih oke.
Jadi calon presiden bisa lebih banyak?
Tapi tidak boleh kosong. Kalau tiba-tiba entah ada 250 calon presiden, bisa mabuk kita.
Surya Dharma Paloh
Tempat dan tanggal lahir
Kutaraja, Aceh, 16 Juli 1951
Pendidikan
- Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1970-1972
- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan, 1972-1975
Bisnis
- Presiden Direktur PT Indocater, Jakarta, 1979-sekarang
- Anggota direksi PT Sekotong Indah Persada, 1990-sekarang
- Anggota direksi PT Citra Nusa Persada, 1994-sekarang
- Komisaris Utama PT Inti Marmer Indah Raya, 1995-sekarang
- Komisaris PT Pusaka Marmer Indah Ray, 1989-sekarang
- Komisaris PT Bakti Citra Daya, 1990-sekarang
- Komisaris PT Citragraha Nugratama, 1991-sekarang
- Komisaris PT Satria Chandra Plastikindo, 1995-sekarang
- Pemilik Sheraton Media Hotel & Towers, 1994-sekarang
- Pemilik PT Grahasari Suryajaya, 1991-sekarang
- Pemilik Papandayan Hotel, 1995-sekarang
- Pemilik Bali Intercontinental Hotel, 1999-sekarang
Media
- Pemimpin Umum Harian Pagi Prioritas, Jakarta, 1985-1986
- Pemimpin Umum Harian Umum Media Indonesia, 1992-sekarang
- Direktur Utama PT Media Televisi Indonesia (Metro TV), 1999-sekarang
Organisasi dan Politik
- Ketua Badan Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), 1977-1979
- Ketua Umum Pengurus Pusat Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI dan Polri, 1979-1981, 1981-1983
- Ketua Dewan Pimpinan Pusat Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia, 1984-1989
- Ketua Dewan Kehormatan Badan Pengurus Pusat Hipmi, 1984-1987
- Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, 1977-1982, 1982-1987
- Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar, 2004-2009
- Ketua Umum Ormas Nasional Demokrat, 2010-2013
- Ketua Umum Partai NasDem, 2013-sekarang
Penghargaan
- Honorary Professorship dari Beijing Foreign Studies University, 2014
- Bintang Mahaputra Utama sebagai Tokoh Pers Nasional, 2015
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo