Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hura-hura inilah jumbo pertama

Jumbo nama gajah yang paling besar di dunia. tgl 9 april 1882 dibeli oleh barnum pimpinan sirkus amerika dari kebun binatang london. demam jumbo melanda. setiap barang memakai merek jumbo. (sel)

24 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU sekali itu sejarah mencatat: ada seekor gajah yang kedatangannya begitu dielu-elukan "seluruh lapisan masyarakat". Ribuan penonton di pelabuhan New York, di dermaga, di cabang pohon, di atas rumah, menunggu tak sabar ia diturunkan dari kapal yang membawanya dari London. Hari itu 9 April 1882, hari Minggu Paskah. Orang-orang menunggu untuk bisa meyakinkan sendiri gajah "yang paling besar di dunia", seperti disebut dalam iklan. Namanya Jumbo. Saking terkenalnya, nama itu kemudian dipakai untuk segala barang yang dianggap berukuran luar biasa -- termasuk Jumbo Jet 747 KAL yang ditembak jatuh Rusia itu. Ceritanya bermula pada 1880. Amerika sedang memasuki 'tahun 80-an yang gemilang' dengan penuh optimisme. Kemakmuran mengalir dengan derasnya dari daerah barat. Orang-orang, seperti keluarga Vanderbilt, Andrew Carnegie, Jay Gould, Henry Clay Frick, dan keluarga Astor, yang hingga kini harus diperhitungkan terus, adalah "produk" masa itu. Ketika itu pula telepon dan listrik ditemukan. Bingung menghabiskan uang yang melimpah, orang membanjiri obyek-obyek hiburan. Termasuk sirkus keliling Phineas Taylor Barnum. Tapi nasib tak selalu bagus. Suatu saat show Barnum mengalami kesulitan: saingannya, London Circus milik A. Bailey, mulai menjegal sebagian besar pemasukannya. Barnum lantas putar akal. Ia mendekati Bailey: menawarkan kepadanya -- dan kepada rekannya, James L. Hutchinson -- separuh keuntungan jika mereka sepakat berpatungan. Lalu lahirlah: Barnum & Bailey Circus. Setelah peleburan The Greatest Show on Earth milik Barnum dengan London Circus, tokoh pertama itu ingin menampilkan "citra yang lebih besar dan lebih hebat" dari pertunjukannya. Pada 1881 ia mempersembahkan ke hadapan publik sepasang jerapah, seekor kerbau Nubia, 14 unta, seekor zebra cebol jantan, lima harimau buluh alias macan tutul Afrika, dan sekawanan burung. Tapi, bagi seorang yang telah menyuguhkan kepada penonton Amerika pertunjukan 'bulbul Swedia', ini masih dinilai kurang menarik. Apalagi ia juga telah mempertontonkan Jenny Lind, serta cebol yang kesohor: Tom Thumb dan istrinya, Lavinia. Ada satu atraksi skala dunia yang dianggap dapat memantapkan supremasi mereka di dunia bisnis sirkus: Jumbo, sang gajah. "Jenis pachyderm yang terbesar yang pernah ditangkap," tulis Theodore James Jr. dalam majalah Smithsonian. Binatang itu kelahiran Afrika. Dijual ke Kebun Binatang Paris, Prancis. Pada 1865, KB London mengajak rekannya di Paris itu mempertukarkannya dengan seekor badak. Ketika itu tinggi Jumbo 1« meter. Beberapa tahun kemudian sudah menjadi 3« meter. Memang, hingga kini Jumbo merupakan salah satu gajah rimba Afrika terbesar yang pernah dikenal. Jenis itu sekarang dapat dilihat di Museum Sejarah Pengetahuan Alam Smithsonian. Yang belakangan ini malah lebih tinggi satu kaki dan lebih berat satu ton. Dalam memoarnya, Strugglesand Triumphs, Barnum menulis: "Aku acap mengamati Jumbo (yang sudah jadi milik KB London: red) dengan penuh minat. Namun, tak pernah terlintas hasrat memilikinya, karena kutahu ia favorit utama Ratu Victoria. Para anak dan cucunya termasuk di antara 10 ribu orang muda Inggris yang pernah menunggangi punggungnya. Tak pernah kuduga ia akan dijual. "Namun, takdir menentukan lain. Pada musim panas dan gugur 1881, agen-agen Barnum berkeliling Eropa untuk mencari hewan baru bagi rombongan sirkusnya. Dan salah seorang di antaranya mampir ke KB London. Menurut penuturan Barnum sendiri, si agen "begitu terpana akan keperkasaan Jumbo." Sehingga, "setengah bergurau, ia bertanya kepada pengawas kebun binatang itu apakah ia mau menjualnya". Jawaban yang diberikan "bernada mengejek yang menidakkan," tutur Barnum. Namun, begitulah, agen Barnum mendesak terus. Barnum, katanya, akan membayar dengan harga tinggi dengan menyebut-nyebut angka œ 2.000. Ada satu hal yang menguntungkan Barnum: KB London sebenarnya sadar, jika gajah raksasa itu menjadi liar, ia dapat menimbulkan mala petaka. Lalu sebuah telegram dikirim ke New York. Esoknya, agen Barnum yang lain, seseorang yang disebut Mr. Davis, meninggalkan London dengan selembar cek. Nilainya US$10.000. "Andai kata KB London mengetahui sebelumnya akan timbul kegemparan di Inggris Raya, penjualan gajah itu tidak akan pernah terjadi," tulis James Jr. Dimulai oleh Times, pers Inggris saban hari mengirimkan kutukan terhadap penjualan itu. Mereka mengutip ucapan "para negarawan, cerdik pandai, dan orang-orang terpandang" untuk membatalkan transaksi. Malah banyak di antara mereka yang marah: negeri yang baru kaya dan pongah itu -- Amerika -- akan mulai mengangkangi milik 'negeri induk'nya. Malah ada yang bersumpah, setiap vonis merugikan yang ditimpakan pengadilan Inggris terhadap Barnum, ongkos perkaranya akan ditanggung umum. Beribu anak yang pernah menunggangi punggung Jumbo memohon kepada Barnum agar binatang kesayangan mereka itu tidak dibawa pergi. Bahkan Ratu Victoria turun tangan. Beliau konon mengirim kawat kepada pengawas KB: menanyakan perincian penjualan dan meminta pembatalannya. Pangeran Wales mengundang orang yang sama ke Istana Marlborough untuk membicarakan transaksi. "Tiada lagi jalan-jalan setapak yang lengang, pepohonan teduh, padang-padang hijau, dan belukar berbunga menemanimu," Daily Telegraph London meratap-ratap. "Sahabat kami yang baik hati harus tinggal di tenda kini, ikut sirkus yang menjemukan. Dan, sementara teman-teman lamamu jalan beriringan dengan para remaja Inggris, makan kue kismis dan minum air jeruk, kau harus memuaskan hati satu rombongan Yankee. Kau harus puas dengan kacang dan kue sepit." Semua keributan di London itu mendapat reaksi setimpal di AS. Koran-koran Amerika mendorong Barnum berkukuh meneruskan rencananya. Tidak kurang dari media ternama The New York Times menyiarkan saban hari kericuhan itu di halaman pertama. Ancaman perang di Eropa dianggap kecil ketimbang berita-berita tentang Jumbo, menurut James Jr. Suatu hari editor surat kabar Inggris Daily Telegraph mengirim telegram kepada Barnum: menanyakan harga yang diminta untuk pembatalan pembelian Jumbo. Barnum segera membalas begini: "Hormat saya kepada editor Daily Telegraph dan bangsa Inggris. Lima puluh satu juta warga Amerika dengan waswas menunggu kedatangan Jumbo. Pengalaman saya yang kaya selama 40 tahun di dunia hiburan mengharuskan saya mengeluarkan uang berapa saja untuk mendatangkan Jumbo kemari. Ratusan ribu pon tidak cukup membatalkan pembelian ... Barnum." Usaha terakhir untuk menggagalkan penjualan masih dicoba. Salah satu anggota Zoological Society mengirimkan usul kepada Mahkamah Peradilan untuk memblok pembelian. Namun, usaha itu pun gagal. Penjualan dinyatakan sah, dan Jumbo menjadi milik impresario Amerika. Maka, dengan menjadi pastinya penjualan itu, membanjirlah orang London ke kebun binatang. Sekitar 10 ribu orang saban hari datang berkunjung, untuk melihat Jumbo terakhir kali. Sebuah warung makanan dikabarkan berhasil menjual 14.000 roti kismis setiap hari -- semuanya dibeli pengunjung untuk diumpankan kepada sang gajah. Demam gajah pun melanda London. Di toko dan kaki lima, semua barang jualan memakai merk 'Jumbo'. Ada gelang Jumbo, tongkat Jumbo, rantai Jumbo, bistik Jumbo, cerutu Jumbo, kipas Jumbo, anting-anting Jumbo. Ribuan orang berhasil menjual berkaleng-kaleng sop Jumbo. Mars Jumbo dimainkan orang sejak di restoran sampai ke taman-taman. Pabrik kartu pos tidak ketinggalan: ada kartu pos bergambar 'Jumbo dan orang Amerika', 'Jumbo sedang sendirian', 'Jumbo & pelananya', 'Jumbo tanpa pelana', 'Jumbo dalam rantaian', 'Jumbo tanpa rantai'. Pada Februari 1882, persiapan untuk pelana Jumbo melalui Atlantik dimulai. Mulanya, usaha menggiringnya keluar kebun binatang mencatat kisah sendiri. Ketika sedang dibawa ke jalan, binatang itu begitu takut sehingga berkeras hendak kembali. Tapi, melihat pintu gerbang sudah tertutup, ia berbaring dan melenguh dengan ibanya. Matthew Scott, pawang Jumbo sejak binatang itu dibawa dari Paris, dimintai tolong Barnum untuk mengawal makhluk raksasa itu ke Amerika. Si Scott mencoba membujuk Jumbo agar bangkit, tapi percuma. Davis mengirim kawat ke New York: "Jumbo ngotot berbaring di jalan dan tidak mau bangun. Apa yang harus kami lakukan?" Barnum membalas kawat: "Biarkan ia berbaring di sana seminggu kalau ia suka. Itu iklan terbaik sedunia." Hari berikutnya, gerbang 'rumah'nya -- kebun binatang itu -- terbuka, dan Jumbo masuk dengan senangnya. Tapi, sementara itu, semua orang memikirkan cara sebaik-baiknya untuk memindahkan binatang berbahaya itu. Sebuah kandang beroda yang kukuh lalu dibuat, dengan dua pintu berjeriji di kedua ujung. Dengan cara itulah si Jumbo dibawa keluar. Dan dengan berbagai bujukan, Scott berhasil mengajaknya memulai perlawatan, dengan kedua pintu kandang ditutup rapat. Cuaca London sedang suram, dingin, dan menikam. Uap yang siap menjadi salju mengapung di udara. Segerombolan orang berkumpul di kebun binatang, untuk mengucapkan selamat jalan kepada makhluk kesayangan itu. Scott dan Davis mengawasi para pekerja, sementara enam anggota keamanan berjaga-jaga. Siapa tahu para penonton bisa membuat rusuh. Kandang beroda yang keberatan beban itu mulai bergerak meninggalkan halaman kebun binatang. Tapi belum apa-apa, roda-roda mulai terbenam ke dalam tanah yang basah dan berlumpur di sana-sini. Berbagai cara dicoba agar kendaraan dapat bergerak, tapi sia-sia. Orang-orang yang berkumpul berteriak-teriak kegirangan. Pada suatu saat, gajah yang terumbang-ambing di dalam kandang kaget oleh hiruk-pikuk itu. Ia memekik-mekik dengan garang, sesekali menyembur-nyembur ke arah penonton. Akhirnya, sangkar beroda itu pun dapat didorong keluar dari lumpur, dan pawai ke dok St. Katherine bagai iring-iringan ke pemakaman. Kereta bermuatan gajah itu ditarik oleh 10 ekor kuda. Orang-orang di tepi jalan berteriak-teriak: "Selamat jalan. Jumbo! Selamat jalan, Scott sayang! " Saat prosesi melalui jalan-jalan kota, malam telah larut. Suasana murung menyertai mereka. Suara telapak kuda di jalan berbatu, gemerincing rantai, dan sesekali lenguh Jumbo membangunkan penduduk dari tidur. Mereka memburu ke jendela, dan tulisan nyata di dinding kandang menusuk perasaan: 'Barnum Bailey and Hutchinson, New York, USA'. Mulai saat itu, Jumbo bukan lagi milik mereka ... Sekitar pukul lima pagi gajah kesayangan itu tiba di dok dengan selamat. Dan sekarang Jumbo bersama kandangnya, seluruhnya 12 ton, siap dimuat ke sebuah bargas. Dari sini ia akan dipindahkan ke kapal uap trans-Atlantik Assyrian Monarch, yang akan membawanya berlayar ke Amerika. Pagi-pagi sekali, seorang nona datang ke kebun binatang untuk menghadiahi Jumbo roti kismis terakhir. "Wahai, ia sangat terlambat: Si Jumbo sudah siap berangkat," tulis James Jr. dengan simpati. Perempuan yang gigih itu berjalan kaki tujuh mil ke dok, dan menemui portir pintu masuk. Dengan terbata-bata ia mengungkapkan kisah perjalanannya. Akhirnya, dengan budi baik seorang hansip, ia diperbolehkan masuk. Dengan riang dan penuh kemenangan, wanita itu melintasi pintu gerbang. Dan Jumbo, begitu melihat dia, dikabarkan mengangkat belalainya dan menjerit girang. Dari tasnya wanita itu bukannya mengeluarkan roti kismis, tapi dua quart botol bir. Airnya ia siramkan ke belalai sang gajah, dan dari sana terhirup ke dalam mulut binatang itu. Baru kemudian roti kismis ia suguhkan sambil mengeluarkan kata-kata perpisahan dengan air mata berlinang-linang. Pada tengah hari, bargas ditarik ke kapal uap. Dan dua hari kemudian, Jumbo -- emigran Amerika yang paling dinanti-nanti -- berlayar menuju New York. Pada 9 April 1882, 101 tahun yang lalu, kapal pun melabuhkan jangkarnya di pelabuhan Amerika itu. Orang-orang riuh rendah. Bukan hanya Barnum dan kongsinya yang menunggu di dermaga, tetapi juga beribu penonton yang memadati pintu masuk pelabuhan. Beberapa ratus penonton lain merayap di atap dan jendela-jendela Manhattan Bawah unuk menyaksikan binatang dari benua lain yang luar biasa itu. Pers setempat tak kurang sibuknya. The New York Times melaporkan, kegembiraan yang meluapi penduduk kota "hanya bisa tertandingi di London jika Ratu Victoria tampil di depan khalayak." Tukang jambret, tukang copet, dan polisi main kucing-kucingan" ketika kegembiraan meluap dalam tepukan dan tempik sorak yang nyaris mengguncang bangunan kota sampai ke fondasinya". Barnum dibawa naik ke kapal untuk menyaksikan miliknya yang baru itu. Nakoda mengiringkannya ke tempat Jumbo disimpan dalam kandang. Matthew Scott menyambut impresario ternama itu dan melaporkan keadaan anak asuhannya yang sehat-sehat saja. Berbeda dengan perkiraan umum, bahwa sang gajah mabuk laut, Jumbo ternyata tidak mengalami pengaruh jelek apa-apa selama pelayarannya ke benua baru. Barnum menyaksikan berlusin-lusin kardus sampanye, bir, dan wiski di situ. "Para penumpang yang budiman mengirimkan bersama roti kismis," Scott menjelaskan. Seorang nyonya mengirimkan 12 lusin tiram, yang disantap Jumbo dengan lahapnya. Derek apung yang besar memindahkan kandang gajah dari kapal uap ke daratan. Dari sana 16 ekor kuda bertugas menariknya ke Madison Square. Di Broadway Atas, arak-arakan berlangsung meriah, diikuti para penonton dengan kegembiraan yang edan. Dan setiap pertunjukan yang kemudian dilangsungkan di Manhattan bukan main laris. Untuk menekankan ukurannya yang luar biasa, Jumbo dipertunjukkan dengan disertai gajah lain yang masih bayi. Ratusan hadiah dilimpahkan ke Madison Square dari seluruh negeri. Sebuah surat kabar melaporkan, sang gajah gemar bawang. Maka, dalam seminggu bertruk-truk bawang didatangkan. Barnum mempertontonkan keperkasaan Jumbo di hadapan khalayak yang menyaksikannya di atas menara-menara dan di sepanjang sisi East River. Pawang Matthew Scott menggiring sang gajah melintasi jembatan sungai itu, disaksikan penonton yang berdebar-debar. Jumbo selamat sampai di seberang kendati, menurut Pengarang Neil Harris, "Scott khawatir kalau-kalau gajah itu tiba-tiba menari-nari. Setiap hentakan langkahnya bisa menimbulkan guncangan keras." Popularitas Jumbo menarik minat besar para pemilik pabrik. Namanya dipakai untuk barang bikinan mereka. Pabrik pemutih gigi mencanangkan bahwa hasil produksinya dipakai untuk mencemerlangkan gading Jumbo. The Willimantic Thread Company menyombongkan, benang hasil produksinya cukup kuat untuk menambat Jumbo. Dalam waktu tiga tahun saja, sekitar empat juta anak dan 16 juta orang dewasa membayar karcis untuk menonton pertunjukan binatang itu. "Lalu tibalah hari Selasa, 15 September 1885, ketika tragedi itu terjadi," tutur James Jr. Sirkus Barnum & Bailey yang baru saja mengadakan pertunjukan di St. Thomas, Ontario. Seperti biasanya, 31 gajah yang ikut dimuatkan ke dalam kereta sirkus. Tinggal Jumbo dan si kecil Tom Thumb, gajah badut yang masih harus dinaikkan. Pawang Scott dengan terburu-buru menggiring dua gajah itu sepanjang jalur utama jalan kereta Grand Trunk, ketika ia tiba-tiba dikagetkan oleh datangnya kereta barang yang melaju dengan kencangnya. Scott dalam keadaan kalut mencoba menarik Jumbo menjauh dari jalur kereta. Tapi terlambat. Masinis mengaku melihat gajah itu tiba-tiba saja muncul di hadapannya. Ia menarik rem. Roda kereta menjerit ngilu, bunga api memancar dari rel. Tapi percuma. Jumbo menerima tubrukan keras dan mati karena retak kepala dan luka dalam. Tom Thumb cedera pula, namun nyawanya dapat diselamatkan. Barnum membuat pernyataan pers begini: "Pada pukul 9 malam, tanggal 15 September, Jumbo, binatang paling besar, paling dicintai, paling dikenal, dan tak ternilai harganya, telah tewas." Berita itu dikawatkan ke seluruh dunia. "Dan jutaan orang merasa kehilangan sahabat," komentar James Jr. Kendati sangat sedih, Barnum sebelumnya memang berniat agar kerangka Jumbo kelak dipamerkan. Untuk itu, ia telah membicarakannya dengan Profesor Henry A. Ward, kepala Lembaga Pengembangan llmu Pengetahuan Alam Ward di Rochester, New York dan juga ahli pengawetan kulit terkemuka. Berat kulitnya saja sekitar 1.500 pon (700 kg), sementara tulang belulangnya sekitar 2.400 pon (1.089 kg). Setelah matinya binatang raksasa itu, Barnum mengimpor 'teman' Jumbo, Alice, juga dari London. Alice dipertontonkan secara ganjil bersama kerangka Jumbo dan kulitnya yang diisi sesuatu hingga membentuk sosok gajah. Tontonan ini tidak langgeng. Alice mati terbakar. Kebakaran juga sempat merusakkan "mumi" Jumbo itu. Belakangan benda ini dikirim ke Universitas Tuft, tempat Barnum menjadi pengawasnya. Sampai dengan ia terbakar beberapa tahun berselang, para mahasiswa acap memasukkan gobangan ke dalam belalainya -- meminta berkah agar lulus ujian. Regu-regu olah raga Tuft masih menamakan dirinya 'Jumbo'. Kerangka gajah ternama itu akhirnya disimpan di Museum Sejarah Ilmu Pengetahuan Alam Amerika, tapi tidak lagi dipertontonkan kepada umum. Memang belum pernah terjadi sebelumnya, seekor binatang ditonton berjuta-juta orang secara langsung. Diperkirakan mencapai 20 juta manusia. Di London barangkali masih ada 10 juta lagi yang sempat melihat dan memanjakannya. "Satu abad setelah matinya, Jumbo tetap merupakan binatang paling dicintai di dunia," tulis James: Tak dituturkan, berapa keuntungan Barnum dan kawan-kawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus