Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Maling Kok Ngantuk
Minuman keras, selain tidak baik untuk kesehatan, ternyata juga tidak baik bagi para maling. Selasa dua pekan lalu, Benthik, 28 tahun, preman kampung Kelurahan Pusponjolo, Semarang Barat, yang sering menyatroni rumah kosong karena ditinggal penghuninya, kena apesnya gara-gara minuman sialan tadi.
Sore itu Benthik sudah melirik sasaran, sebuah rumah yang tidak jauh dari tempat tinggalnya, yaitu rumah Dokter Edward, tetangganya sendiri. Kondisi rumah itu membuat Benthik girang. Maklumlah, rumah sepi karena Pak Dokter ke luar kota. Petang itu mulailah dia gelisah menunggu malam tiba. Dalam penantiannya, dia mengontak beberapa teman untuk kongko di sebuah rumah biliar.
Memesan vodka empat botol, lalu dioplosnya dengan leksotan dan ekstasi, lantas pesta kecil pun dimulai. Menyeruput bersama, dan mabuklah mereka. Sekitar pukul 03.00 dini hari, satu per satu temannya pulang. Tinggal Benthik seorang. Meski mabuk berat, ingatan akan rumah kosong tetangganya agaknya masih bisa menggodanya. Mulailah jagoan tengik kita ini beraksi, memanjat pagar setinggi 1,5 meter, kemudian melepas kaca nako.
Di dalam kegelapan rumah tanpa penerangan, mata Benthik toh tetap jeli memilih barang berharga. Misalnya tetap bisa memilih baju bagus, mengangkat televisi, memboyong kompor gas beserta tabungnya. Satu per satu dibopongnya ke luar melalui pintu depan rumah yang sudah dibukanya, dan ditumpuk di teras.
Sayang, rupanya mata Benthik tak lagi bisa diajak kompromi. Akhirnya dia tertidur sambil memeluk tabung gas biru itu. Hingga matahari terbit, Benthik masih juga lelap sambil memeluk tabung tadi. Bahkan dia juga tak terbangun oleh bunyi pagar ketika dibuka Edward, yang telah kembali ke rumah.
Si empunya rumah terkejut melihat tetangganya yang maling itu molor di depan pintu rumahnya. "Namun, karena dia tertidur pulas dan mabuk, saya tak tega menghajarnya," katanya kepada Tempo. Edward kemudian mengontak petugas Kepolisian Sektor Semarang Barat. Polisi datang. Benthik bangun dan baru terkejut saat tangannya dipasangi gari.
Kepada Tempo, Benthik mengaku malam itu mabuk berat. "Kalau tidak, saya tidak sampai tertidur, Mas," katanya sambil cengengesan. Dia bilang, biasanya mabuk untuk memicu urat beraninya. Tapi kali ini ya kebablasan.
Kisah Cinta di Hotel Prodeo
Petugas jaga sel Kepolisian Kota Besar Medan, Sumatera Utara, kini sedang ketar-ketir. Kepala Poltabes Medan Komisaris Besar Polisi Bagus Kurniawan sedang tak suka. Masalahnya, sebuah terbitan lokal menyingkap cerita tak sedap tentang tempat tahanan yang berfungsi menjadi tempat mesum. Bahkan kiat untuk berindehoi di tempat itu disebutkan cukup dengan menyogok petugas.
Cerita itu bersumber dari surat seorang wanita, Tetty?tentu saja ini nama palsu?yang mengutarakan pengalamannya berasyik-masyuk di ruang jaga dengan pacarnya. Perempuan 22 tahun ini membuka kisah romannya dengan pemuda Cemong?juga nama palsu?yang sudah telanjur dalam.
Ketika sang pacar kena kasus narkoba akhir tahun lalu dan ditahan di kantor kepolisian, Tetty pun rajin membesuknya. Suatu hari, Cemong mengutarakan keinginannya untuk berhubungan intim. "Bagaimana caranya?" kata Tetty bertanya. Rupanya, Cemong sudah menemukan jalan. Tetty mengaku keheranan ketika Cemong menyuruhnya masuk ke satu ruangan sel. "Ayo cepat," katanya sebagaimana ditirukan Tetty. Tentu dia manut saja. Di dalam sel inilah mereka menuju ke bulan tanpa gangguan.
Cemong tak berlama-lama membuat pacarnya penasaran. Dia membuka rahasia, Tetty disuruhnya membayar Rp 70 ribu untuk petugas. Dalam pengakuan tertulisnya, Tetty menguraikan hubungan badan itu berlangsung pada 27 Februari lalu. "Tempat itu memang tak ada kasur, jadi di atas lantai saja," katanya.
Kisah mesum di dalam sel ini langsung saja disambar media lokal. Polisi jelas tak menerima cerita tak sedap itu. Ancamannya, ya somasi kepada media tersebut. Kepala Poltabes Medan Bagus Kurniawan menyatakan tak pernah memberikan izin orang berhubungan seks di dalam sel. "Sekalipun itu pacar ataupun istri," katanya kepada Tempo.
Bagus sedang menyelidiki kebenaran cerita itu. "Ini mencoreng nama baik korps polisi di mata masyarakat," katanya. Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Utara, Komisaris Besar Polisi Bambang Prihady, juga mengeluarkan pernyataan yang sama. "Bila terbukti, pelakunya akan ditindak tegas," katanya. Tentu saja Tetty dan Cemong ketakutan jika namanya disebut dengan jelas.
Nurlis E. Meuko, Bambang Sudjiartono (Medan), dan Sohirin (Semarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo