Di Semenanjung Rumelia, yang kini disebut Balkan, hidup delapan juta muslim yang menganut mazhab Sunni Hanafi. Negara-negara di Balkan yang pernah menjadi bagian dari Kerajaan Turki Usmani selama 500 tahun itu terdiri dari Albania, Bulgaria, Yunani, Rumania, Yugoslavia (kini terdiri dari Republik Federasi Serbia dan Montenegro). Sementara itu, 4,5 juta muslim Albania hidup di Kosovo-Metohija, provinsi yang sudah dikepung milisi Cetnik-Serbia. Orang Albania berada di wilayah Serbia ini sejak tahun 1690, ditrasmigrasikan Turki Usmani. Turki menguasai Kosovo-Metohija setelah mengalahkan Serbia pada tahun 1389. Albania dikuasai Turki pada tahun 1385 --sekaligus mengembangkan agama Islam di negeri ini--dan baru merdeka pada tahun 1912. Albania yang luasnya sekitar 28.750 km2, terdiri dari 27 kabupaten atau rethe. Penduduknya leblh dari 3 juta, terdiri dari 70% muslim, 20% Kristen Ortodoks, dan 10% Katolik Roma. Sementara itu, yang muslim terbagi dua, sebagian tunduk pada ajaran Bektashi, dan sebagian lagi berpegang pada mazhab Sunni. Himpunan pemeluk Islam Sunni yang dipimpin Hafiz Sabri didirikan tahun 1991, berpusat di Mesjid Ethem Bay, Tirana. Muftinya Hafiz Salih Terhat Hoxha. Dia ini tidak ada hubungannya dengan keluarga Enver Hoxha, bekas diktator Albania. Pada zaman Hoxha hingga dia meninggal dunia, dan penggantinya Ramiz Alia, kaum muslim Albania jika beribadat terpaksa sembunyi-sembunyi. "Kalau ketahuan, kita yang sedang salat, misalnya, akan dijadikan bahan ejekan," kata Hassan Hafiz. Di tangan Hoxha, negara termiskin di Eropa ini memberangus mesjid, gereja, biara, dan merampas semua harta benda wakaf milik perumahan ibadat tersebut. Kemudian, Hoxha, bekas guru sekolah itu, menjadikan mesjid, gereja, serta biara sebagai gedung olah raga, teater, restoran,dan halamannya untuk pacuan kuda. Kini, setelah komunis hancur, mesjid yang dibuka kembali berjumlah 2.169. Tiap Jumat mesjid sudah berisi lagi. Tetapi banyak di antara kaum muslim itu lupa bagaimana cara salat atau beribadat. Sedangkan yang tahu huruf Arab dan baca Quran, menurut Hafiz, hanya sekitar 3.000 muslim. "Saya juga sangat berbahagia bisa pergi ke Mekah," kata lelaki berusia 60 tahun ini. Ia seorang imam mesjid di antara hanya 200 orang di seluruh Albania. "Setelah pulang dari haji, saya seperti baru saja lahir kembali." Pada tahun 1991 muslim Albania yang berangkat ke Mekah sebanyak 180 orang. Biayanya dikirim Raja Arab Saudi. Inilah pertama kali orang Albania ke luar negeri, setelah lebih dari 50 tahun tidak bisa keluar dari negerinya, karena dipasung pemerlntah komunis Anver Hoxha sejak 1944. Pada tahun 1967, Hoxha mengumumkan Albania sebagai negara ateis pertama di dunia. Orang Albania tampak suka memakai topi putih fezzes model Turki. Juga setelah pemerintahan komunis hancur, kegiatan sekte Bektashi yang dipimpin Reshat Baba Bardhi berkibar kembali. Bektashi masuk ke Albania sejak 1928, setelah digusur dari pusatnya di Ankara oleh Kemal Ataturk, yang setelah menyingkirkan sultan lalu mengadakan pembaruan di Turki dengan membentuk pemerintahan ultrasekuler. Setelah digusur, di Albania sekte Bektashi dipimpin oleh Salih Dedei dari Kolonia. "Kemal Ataturk tak suka melihat kami memakai tasi atau topi," kata Bardhi kepada majalah The Middle East, edisi Desember lampau. Kini pusat ajaran Bektashi di dunia berkedudukan di Tirana, ibu kota Albania. Bektashi memiliki 800 mesjid dan 360 biara (tekkes). Mereka juga suka membangun kuburan mewah (turbehs) dekat mesjid. Pada awalnya jemaah Bektashi sekitar 15 juta, terserak di Mesir, Irak, Bulgaria, dan Strumlca (salah satu distrik di bekas Yugoslavia). Sedangkan di Turki, terutama di Anatolia serta Trace, Bektashi banyak dimasuki unsur Kristen Ortodoks, mengingat daerah ini bagian dari Konstantinopel. Setelah ditaklukkan pada 1453 oleh Sultan Mehmet ll dari Turki Usmani, Konstantinopel diubah namanya menjadi Istanbul (d/h Islambul), atau Kota Islam. Sebelum dipindahkan ke Istanbul, ibu kota Kerajaan Turki Usmani di Bursa, Anatolia, di daratan Asia. Salah seorang yang dipuja jemaah Bektashi adalah alHallaj, yang dihukum bakar di Baghdad. AlHallaj terkenal dengan puisi sufinya, an'l-Hag, "Akulah yang Hak, akulah Tuhan." Bektashi yang mempercayai reinkarnasi didirikan pada abad ke-13 oleh Haji Bektas Wali dari Korasan di Iran. Ia mengaku keturunan langsung Nabi Muhammad SAW. Kemudian bentuk ajaran Bektashi dikembangkan lagi oleh Balim Sultan pada abad ke-16. Bektashi, anehnya, mengaku Sunni, tapi pengikutnya membangun kepercayaan "trinitas" (Allah, Muhammad, dan Ali), serta menambahkannya dengan kepercayaan lokal. Ajaran ini juga mengakui 12 imam (Itsnai Asyarah) seperti dianut Syiah di Iran sekarang. Mereka juga mengakui agama Baha'i yang didirikan oleh Bahaullah pada tahun 1844 di Iran. Bahaullah, yang nama aslinya Husin Ali, mengaku dirinya "utusan Tuhan". Ajarannya meraup kepercaycan pada semua nabi dan rasul, seperti Nabi Muhammad SAW, Isa, Musa, termasuk Budha, Khrisna, dan Zoroaster yang berasal dari Parsi. Menurut Marshall G.S. Hodgson, dalam bukunya The Venture of Islam (1974), Bektashi adalah sebuah tarekat yang campur aduk dengan elemen Kristen lokal, serta ditambah dengan memuja berhala, dan mengungkapnya secara puitis. Ritual utamanya dilakukan dengan zikir lisan dan zikir khafi (dalam hati), yakni menyebut nama "Allah" dengan melakukan darwis, atau menari berputar-putar, mengikuti bunyi pukulan rebana atau terban, dan pembacaan puisi. Mereka menghormati dan melafalkan simbol dalam bentuk angka ganjil, misalnya 33. Keffka masa Turki Usmani, sejak abad ke-15 para Baba atau pimpinan Bektashi itu dimuliakan. Secara politik mereka potensial menentukan keadaan dalam kerajaan. Mereka mendirikan biara yang dekat asrama jeniceri, karena kedudukan Baba merangkap sebagai penasihat spiritual tentara Whusus itu. Apalagi sultan waktu itu banyak yang gemar membuat puisi, seperti Sultan Sulaiman, Mehmet ll, dan Bayezid Yildirirn--si penaWuk Serbia setelah ayahnya Sultan Murad I tewas di medan Perang Kosovo. Tidak seperti di Albania, Islam berkembang di Kroasia dan Bosnia-Hercegovina bukan setelah pendudukan Turki Usmani. Di dua bekas republik federasi yang sudah memisahkan diri dari Yugoslavia (artinya Slavia Selatan) ini, dan- dunia internasional sudah mengakuinya sebagai dua negara merdeka, hidup lebih dari 2 juta muslimani atau muslim Slavia. Sebelum memeluk Islam, penduduk BosniaHercegovina menganut ajaran Bogomil. Semula pusat Bogomil di Bulgaria, kemudian berkembang lebih pesat di Bosnia, yang waktu itu disebut Butmir. Ajaran Bogomil itu campuran dari kepercayaan setempat, lalu dianggap sempalan (cult) dari Kristen Ortodoks, karena mereka tidak menyukai birokrasi dan gaya feodal yang berlaku dalam Gereja Ortodoks, yang adanya di Balkan sejak Kekaisaran Byzantium memusatkan pemerintahannya di Konstantinopel. Waktu itu pengembang ajaran Bogomil terdiri dari kaum bangsawan, tuan tanah, dan para petani. Kemudian penduduk Bosnia memilih menganut agama Islam, juga atas anjuran bangsawan dan tuan tanah, sebelum Turki Usmani penguasai Bosnia-Hercegovina pada 1360. Sebelum Bosnia-Hercegovina dijarah Serbia dan Kroasi sehingga hancur berantakan seperti cekarang ini, muslim di sana memilih maihab Hanafi, dan banyak yang melibatkan diri dalam kegiatan tarekat Naqsabandiyah. Zakaria M. Passe
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini