Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) hingga kemarin, Jumat, 23 Oktober 2020, telah mencapai 31,89 persen. Corporate Communications Manager PT Jakpro, Melisa Sjach, mengatakan mulai kemarin dua lapangan latih JIS sudah mulai dipasangi rumput hybrid berstandar internasional. “Targetnya rampung dalam Desember 2020,” ujar dia dalam keterangan tertulis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komposisi rumput itu 5 persen sintetis yang diimpor dari Italia dan 95 persen rumput natural jenis Zoysia Matrella yang sudah dibudidayakan di Indonesia. Tahapan pertama yang dilakukan adalah perataan dan pemadatan media tanam serta penaburan rumput natural.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Setelah itu dilakukan gelar rumput sintetis, top dressing, hingga growing period,” kata Melisa.
Satu lapangan latih membutuhkan 19 gulung rumput sintetis. Setiap gulungnya berukuran 109x3,9 meter.
Pembangunan Jakarta International Stadium ditargetkan rampung pada akhir 2021. Jakpro dalam proyek ini bekerja sama dengan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Jaya Konstruksi dengan bentuk Kerja Sama Operasi (KSO). Sementara itu, kerja sama dalam bentuk KSO manajemen konstruksi dilakukan dengan PT Virama Karya dan PT Bina Karya.
Pada awal bulan ini, pembangunan JIS terkendala impor baja dari Cina akibat pandemi Covid-19. Corporate Communication Jakarta Propertindo Arnold Kindangen mengatakan pembangunan Jakarta International Stadium diperkirakan tak sesuai target tahun ini. Hingga awal Oktober ini, pembangunan stadion di kawasan Jakarta Utara itu telah mencapai 30 persen.
"Tahun ini targetnya terkendala impor barang," kata Arnold dalam diskusi daring pada Selasa, 6 Oktober 2020. Proses impor baja dari Cina yang digunakan untuk atap stadion terhambat. Pemerintah mempunyai kebijakan untuk memberdayakan industri lokal dan membatasi kuota impor baja.
"Yang kami ajukan impornya jauh dari yang kami harapkan.” Misalnya kebutuhan 5.000 ribu ton, izin yang keluar baru 200 ton. Minimnya kuota impor baja itu yang membuat kelangsungan pembangunan JIS terkendala.
ADAM PRIREA | IMAM HAMDI