Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jangan Menangis Ikan Paus

Pelarangan perburuan ikan paus. Jepang tetap menjalankan perburuan. Inggris mendukung AS untuk pelarangan.

5 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA yang tengah terjadi dengan ikan paus? Baru-baru ini Brigh ton digemparkan seekor ikan paus plastik sepanjang 36 meter. Kota pantai di Inggris itu pun penuh bendera-bendera, slogan dan teriakan "Selamatkan Ikan Paus! " Itulah salah satu acara pertemuan-tahunan Komisi Perikan Pausan Internasional. Nampaknya jenis hewan menyusui terbesar di planet ini, begitu merepotkan manusia. Sampai-sampai Juli kemarin Presiden Reaan minta keada Menteri Dalam Negeri-nya James Watt, untuk menyelamatkan "rival" raksasanya itu. James Watt lalu mengirimkan delegasi ke Brightou, untuk mengusulkan pelarangan sepenuhnya perburuan ikan paus! Amerika punya alasan, kita tidak tahu persis jumlah ikan paus itu sekarang dan juga perkembangbiakannya. Sayang kalau tiba-tiba habis. Inggris mendukung AS. Tetapi Jepang yang percaya jumlah ikan paus masih berlimpah-limpah, merasa terancam. Industri ikan paus sangat menentukan perekonomian dan pemenuhan kebutuhan pangan kami," katanya. Jepang merasa tidak mempunyai kewajiban hukum maupun moral untuk mematuhi larangan itu. Akhirnya setelah sidan komisi di Brighton itu berdebat seru, ada 3 keputusan berhasil disepakati. Pertama, jumlah ikan paus yang boleh ditangkap untuk usaha komersial terbatas 13.351. Sebenarnya jumlah ini hanya 500 ekor lebih kecil dari yang ditetapkan untuk musim perburuan tahun ini--sebelum ada sidang. Kedua, khusus buat jenis ikan paus-sperma (spermwhale) sama sekali dilarang diburu di belahan bumi Selatan dan di laut Atlantik Utara. Yang ketiga menyangkut persenjataan berburu. Mulai musim perburuan 1982-1983 mendatang dilarang memakai "harpun dingin"--yakni semacam tombak tanpa bahan peledak. Para penyayang ikan paus mengatakan bahwa jenis senjata itu mengulur-ulur penderitaan ikan. AS memang tidak memburu ikan paus. Paman Sam "mengganggu" kehidupan makhluk raksasa itu dengan cara lain. Setiap tahun, tak kurang dari 30.000 ekor paus kelabu numpang lewat di sebelah barat negeri itu. Dan ini-dimanfaatkan untuk tontonan: Maka industri Nonton Paus (whale watching) pun berkembang pesat di sepanjang pantai California. Pada bulan-bulan Oktober, perahu pancing pun disulap menjadi perahu darmawisata dengan ongkos US$ 4 (Rp 2500) seorang. Di samping itu kapal-kapal pesiar besar pun mengeruk wisatawan. Ongkosnya US$ 30 (Rp 19.000) per orang sekali ke laut. Atraksinya sendiri, sebenarnya kurang menarik dan bersifat untung-untungan. Semacam bersafari ke samudralah. Peminat diajak meninggalkan pantai dan nongkrong di laut barang dua jam. Pada awal-awal musim dingin, pasangan-pasangan paus kelabu yang panjangnya berkisar 16 meter berarak ke Selatan. Pada bulan-bulan Februari hingga April mereka balik ke Utara sambil membimbing putra-putri yang lahir di jalanan. Rombongan ikan paus itu memang tidak kelihatan terang-terangan, dan kapan rombongan itu lewat, pun tak pernah bilang-bilang. Tetapi bila sedang ada rombongan lewat, bisa dipastikan setiap 5 menit, sekali mereka muncul ke permukaan untuk bernapas. Pada waktu inilah orang mendapat kesempatan melihat hidung, sirip atau ekornya yang lumutan. Binatang menyusui yang hidup di laut itu berenang dengan kecepatan sekitar 30 km per jam. Tiap tahun penonton bertambah banyak saja. Nah, bayangkan misalnya binatang ini punah. Orang Amerika akan kehilangan satu jenis tontonan, 'kan? Meskipun tontonan itu begitu-begitu saja. Tapi yang menarik adalah kisah para penyayang ikan paus. Salah satunya adalah kisah si Paul Watson dari Kanada, ya ikan paus sedalam lautan. Paul, anak seorang koki. Ia hadir dalam sidang Komisi Perikanan Paus Internasional itu. Dan dialah yang paling berapi-api dalam menurunkan jumlah ikan paus yang boleh dibunuh. Ia menjadi konservasionis sejak umur 8 tahun--hebat 'kan? Waktu itu ia minta senapan kepada ayahnya. Bukan untuk menggasak binatang. Sebaliknya untuk menembaki anak-anak yang suka iseng memburu burwng dengan senapan pula. Pada umur 15, Watson lari ke laut dan mengecati anjing-anjing laut Kanada. Gunanya, supaya para pemburu tidak bisa mengambil kulitnya untuk dijual. Untuk petualangan ini, Watson ditangkap polisi. tahun, membeli sebuah trawler tua dan diberinya nama "Gembala Laut". Lalu ia mengajak dua temannya melacak kapal gelap Sierra, yang terkenal sebagai perompak ikan paus. Konon Sierra sanggup membantai 25.000 ekor ikan paus dalam 10 tahun. Ini jelas pelanggaran kuota internasional. Watson yang gigih ini berhasil menguntit Sierra tatkala turun dok di Portugal. Dan atas nama semua ikan paus di dunia, ditubruknya Sierra ini dari samping. Sierra rusak dan perusahaannya bangkrut. Hasil petualangan Watson yang lebih jauh lagi, para pemburu ikan paus jadi sulit mendapatkan asuransi bagi kapalnya. Tentu saja Pemerintah Portugis, tersinggung dan membela Sierra. "Gembala Laut" diperintahkan disita dan akan diserahkan kepada Sierra. Untuk mencegah ini, buru-buru Watson menenggelamkan kapal tuanya itu. Selamat. Pengalamannya yang seru itu menarik perhatian Hollywood dan para penulis biografi. Produser film Tonny Bill pun memproduksi The Sting berdasarkan petualangan Watson. Watson sendiri sebenarnya tidak optimistis dengan misi film tersebut. "Sebagian besar penonton kan tidak peduli pada nasib ikan paus," katanya kepada wartawan The New York Times, baru-baru ini. Meskipun begitu, film itu menguntungkan Watson juga. Ia mendapat bagian sekitar Rp 20 juta. Dan ditambah dengan pinjaman dari bank sebesar Rp 12 juta, ia membeli trawler baru seberat 680 ton. Dinamainya "Gembala Laut II". Kapalnya yang sekarang ini jauh lebih baik dari yang dwlu, tentu. Awak kapalnya pun lebih banyak. Tetapi anehnya, awak kapal itu bukannya dibayar, malah harus menyerahkan uang sebesar US$ 1.000 sebagai bukti pengabdian kepada ikan paus. Boleh dibilang inilah kelompok ekstrim penyayang ikan paus! Dan kalau anda membayangkan kelompok itu tampangnya serem-serem, agak keliru. Paling tidak adaLeslie Fillebrown, 28 tahun, seorang sekretaris cantik dari Washington yang menyediakan diri jadi koki. Rupanya si cantik ini sepakat dengan falsafah hidup Watson: "Saya tidak bisa membayangkan bagaimana seseorang bisa hidup tanpa melibatkan diri kepada ikan paus." Ah, si Watson. Boleh taruhan, kalangan ikan paus sendiri belum tentu mengenal Watson. Soalnya, di Kalifornia saja kelompok pencinta ikan paus sudah berjumlah puluhan. Mereka menamakan diri Cetacean yang mendirikan pusatnya di Kota Long Beach. Di kawasan ini musibah yang menimpa ikan paus bisa mendapat perhatian besar-besaran dari masyarakat. Televisi menyiarkan perkembangannya dari jam ke jam dan surat kabar memuatnya setiap hari. Misalnya pada awal tahun ini. Dua bayi ikan paus kerdil terdampar di pantai. Gempar Para Cetasean pun mendapat pekerjaan: mengangkat hewan sepanjang 3 meter dan berbobot 450 kg itu ke dalam kolam khusus. Jam demi jam ikan itu dirawat, diusahakan tetap sadar dengan jalan memutar-mutar makhluk itu di dalam air. Penolongnya pun ikut berendam selama 24 jam sehari, gantian. Agaknya cinta mereka kepada ikan paus tidak sekedar cinta gombal. Tapi, apa boleh buat, akhirnya kedua bayi ikan paus itu mati. The Los Angeles Times pun menulis, dengan haru: "Kawan kita ikan paus mati, usaha manusia tidak menolong," Entahlah, adakah mereka yang menangis. Beberapa kali dalam 5 tahun terakhir ini, pantai Barat AS menampung banyak damparan ikan paus. Yang paling seru pada bulan Desember 1977, tatkala enam ekor ikan paus serentak terdampar. Berbagai macam teori muncul. Ada yang mengatakan hal itu terjadi akibat kepanikan ikan paus, misalnya terhadap bahaya gempa bumi. Tetapi teori yang lebih dipercayai menyebutkan, ikan paus tergolong makhluk sosial. Kalau ada satu mendapat kecelakaan, yang lain cenderung menolong. Dalam kasus ini, rupanya sang ikan lupa daratan. Akibatnya traktor-traktorlah yang repot dikerahkan menyapu bangkai mereka. Mungkin, kecuali pertimbangan pelestarian alam seperti biasanya, teori yang belakangan itulah, agaknya yang menggerakkan pencinta ikan paus menggebu-gebu menyelamatkannya. Jangan menangis ikan paus, para Cetacean siap membela kalian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus