APA yang tengah terjadi dengan ikan paus? Baru-baru ini Brigh
ton digemparkan seekor ikan paus plastik sepanjang 36 meter.
Kota pantai di Inggris itu pun penuh bendera-bendera, slogan dan
teriakan "Selamatkan Ikan Paus! " Itulah salah satu acara
pertemuan-tahunan Komisi Perikan Pausan Internasional.
Nampaknya jenis hewan menyusui terbesar di planet ini, begitu
merepotkan manusia. Sampai-sampai Juli kemarin Presiden Reaan
minta keada Menteri Dalam Negeri-nya James Watt, untuk
menyelamatkan "rival" raksasanya itu.
James Watt lalu mengirimkan delegasi ke Brightou, untuk
mengusulkan pelarangan sepenuhnya perburuan ikan paus! Amerika
punya alasan, kita tidak tahu persis jumlah ikan paus itu
sekarang dan juga perkembangbiakannya. Sayang kalau tiba-tiba
habis. Inggris mendukung AS.
Tetapi Jepang yang percaya jumlah ikan paus masih
berlimpah-limpah, merasa terancam. Industri ikan paus sangat
menentukan perekonomian dan pemenuhan kebutuhan pangan kami,"
katanya. Jepang merasa tidak mempunyai kewajiban hukum maupun
moral untuk mematuhi larangan itu.
Akhirnya setelah sidan komisi di Brighton itu berdebat seru,
ada 3 keputusan berhasil disepakati.
Pertama, jumlah ikan paus yang boleh ditangkap untuk usaha
komersial terbatas 13.351. Sebenarnya jumlah ini hanya 500 ekor
lebih kecil dari yang ditetapkan untuk musim perburuan tahun
ini--sebelum ada sidang. Kedua, khusus buat jenis ikan
paus-sperma (spermwhale) sama sekali dilarang diburu di
belahan bumi Selatan dan di laut Atlantik Utara.
Yang ketiga menyangkut persenjataan berburu. Mulai musim
perburuan 1982-1983 mendatang dilarang memakai "harpun
dingin"--yakni semacam tombak tanpa bahan peledak. Para
penyayang ikan paus mengatakan bahwa jenis senjata itu
mengulur-ulur penderitaan ikan.
AS memang tidak memburu ikan paus. Paman Sam "mengganggu"
kehidupan makhluk raksasa itu dengan cara lain. Setiap tahun,
tak kurang dari 30.000 ekor paus kelabu numpang lewat di sebelah
barat negeri itu. Dan ini-dimanfaatkan untuk tontonan: Maka
industri Nonton Paus (whale watching) pun berkembang pesat di
sepanjang pantai California.
Pada bulan-bulan Oktober, perahu pancing pun disulap menjadi
perahu darmawisata dengan ongkos US$ 4 (Rp 2500) seorang. Di
samping itu kapal-kapal pesiar besar pun mengeruk wisatawan.
Ongkosnya US$ 30 (Rp 19.000) per orang sekali ke laut.
Atraksinya sendiri, sebenarnya kurang menarik dan bersifat
untung-untungan. Semacam bersafari ke samudralah.
Peminat diajak meninggalkan pantai dan nongkrong di laut barang
dua jam. Pada awal-awal musim dingin, pasangan-pasangan paus
kelabu yang panjangnya berkisar 16 meter berarak ke Selatan.
Pada bulan-bulan Februari hingga April mereka balik ke Utara
sambil membimbing putra-putri yang lahir di jalanan.
Rombongan ikan paus itu memang tidak kelihatan terang-terangan,
dan kapan rombongan itu lewat, pun tak pernah bilang-bilang.
Tetapi bila sedang ada rombongan lewat, bisa dipastikan setiap 5
menit, sekali mereka muncul ke permukaan untuk bernapas. Pada
waktu inilah orang mendapat kesempatan melihat hidung, sirip
atau ekornya yang lumutan. Binatang menyusui yang hidup di laut
itu berenang dengan kecepatan sekitar 30 km per jam.
Tiap tahun penonton bertambah banyak saja. Nah, bayangkan
misalnya binatang ini punah. Orang Amerika akan kehilangan satu
jenis tontonan, 'kan? Meskipun tontonan itu begitu-begitu saja.
Tapi yang menarik adalah kisah para penyayang ikan paus. Salah
satunya adalah kisah si Paul Watson dari Kanada, ya ikan paus
sedalam lautan.
Paul, anak seorang koki. Ia hadir dalam sidang Komisi Perikanan
Paus Internasional itu. Dan dialah yang paling berapi-api dalam
menurunkan jumlah ikan paus yang boleh dibunuh.
Ia menjadi konservasionis sejak umur 8 tahun--hebat 'kan? Waktu
itu ia minta senapan kepada ayahnya. Bukan untuk menggasak
binatang. Sebaliknya untuk menembaki anak-anak yang suka iseng
memburu burwng dengan senapan pula.
Pada umur 15, Watson lari ke laut dan mengecati anjing-anjing
laut Kanada. Gunanya, supaya para pemburu tidak bisa mengambil
kulitnya untuk dijual. Untuk petualangan ini, Watson ditangkap
polisi.
tahun, membeli sebuah trawler tua dan diberinya nama "Gembala
Laut". Lalu ia mengajak dua temannya melacak kapal gelap Sierra,
yang terkenal sebagai perompak ikan paus. Konon Sierra sanggup
membantai 25.000 ekor ikan paus dalam 10 tahun. Ini jelas
pelanggaran kuota internasional.
Watson yang gigih ini berhasil menguntit Sierra tatkala turun
dok di Portugal. Dan atas nama semua ikan paus di dunia,
ditubruknya Sierra ini dari samping. Sierra rusak dan
perusahaannya bangkrut. Hasil petualangan Watson yang lebih jauh
lagi, para pemburu ikan paus jadi sulit mendapatkan asuransi
bagi kapalnya.
Tentu saja Pemerintah Portugis, tersinggung dan membela Sierra.
"Gembala Laut" diperintahkan disita dan akan diserahkan kepada
Sierra. Untuk mencegah ini, buru-buru Watson menenggelamkan
kapal tuanya itu. Selamat.
Pengalamannya yang seru itu menarik perhatian Hollywood dan para
penulis biografi. Produser film Tonny Bill pun memproduksi The
Sting berdasarkan petualangan Watson.
Watson sendiri sebenarnya tidak optimistis dengan misi film
tersebut. "Sebagian besar penonton kan tidak peduli pada nasib
ikan paus," katanya kepada wartawan The New York Times,
baru-baru ini.
Meskipun begitu, film itu menguntungkan Watson juga. Ia mendapat
bagian sekitar Rp 20 juta. Dan ditambah dengan pinjaman dari
bank sebesar Rp 12 juta, ia membeli trawler baru seberat 680
ton. Dinamainya "Gembala Laut II". Kapalnya yang sekarang ini
jauh lebih baik dari yang dwlu, tentu. Awak kapalnya pun lebih
banyak. Tetapi anehnya, awak kapal itu bukannya dibayar, malah
harus menyerahkan uang sebesar US$ 1.000 sebagai bukti
pengabdian kepada ikan paus. Boleh dibilang inilah kelompok
ekstrim penyayang ikan paus!
Dan kalau anda membayangkan kelompok itu tampangnya serem-serem,
agak keliru. Paling tidak adaLeslie Fillebrown, 28 tahun,
seorang sekretaris cantik dari Washington yang menyediakan diri
jadi koki. Rupanya si cantik ini sepakat dengan falsafah hidup
Watson: "Saya tidak bisa membayangkan bagaimana seseorang bisa
hidup tanpa melibatkan diri kepada ikan paus." Ah, si Watson.
Boleh taruhan, kalangan ikan paus sendiri belum tentu mengenal
Watson. Soalnya, di Kalifornia saja kelompok pencinta ikan paus
sudah berjumlah puluhan. Mereka menamakan diri Cetacean yang
mendirikan pusatnya di Kota Long Beach. Di kawasan ini musibah
yang menimpa ikan paus bisa mendapat perhatian besar-besaran
dari masyarakat. Televisi menyiarkan perkembangannya dari jam ke
jam dan surat kabar memuatnya setiap hari.
Misalnya pada awal tahun ini. Dua bayi ikan paus kerdil
terdampar di pantai. Gempar Para Cetasean pun mendapat
pekerjaan: mengangkat hewan sepanjang 3 meter dan berbobot 450
kg itu ke dalam kolam khusus. Jam demi jam ikan itu dirawat,
diusahakan tetap sadar dengan jalan memutar-mutar makhluk itu di
dalam air. Penolongnya pun ikut berendam selama 24 jam sehari,
gantian. Agaknya cinta mereka kepada ikan paus tidak sekedar
cinta gombal.
Tapi, apa boleh buat, akhirnya kedua bayi ikan paus itu mati.
The Los Angeles Times pun menulis, dengan haru: "Kawan kita ikan
paus mati, usaha manusia tidak menolong," Entahlah, adakah
mereka yang menangis.
Beberapa kali dalam 5 tahun terakhir ini, pantai Barat AS
menampung banyak damparan ikan paus. Yang paling seru pada bulan
Desember 1977, tatkala enam ekor ikan paus serentak terdampar.
Berbagai macam teori muncul. Ada yang mengatakan hal itu terjadi
akibat kepanikan ikan paus, misalnya terhadap bahaya gempa bumi.
Tetapi teori yang lebih dipercayai menyebutkan, ikan paus
tergolong makhluk sosial. Kalau ada satu mendapat kecelakaan,
yang lain cenderung menolong. Dalam kasus ini, rupanya sang ikan
lupa daratan. Akibatnya traktor-traktorlah yang repot dikerahkan
menyapu bangkai mereka.
Mungkin, kecuali pertimbangan pelestarian alam seperti biasanya,
teori yang belakangan itulah, agaknya yang menggerakkan pencinta
ikan paus menggebu-gebu menyelamatkannya. Jangan menangis ikan
paus, para Cetacean siap membela kalian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini