Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lelaki itu selalu melontarkan tanya yang sama. Ke mana perginya lelaki yang ia cintai. Ke mana perginya dua tangan lembut itu? Beribu-ribu pertanyaan menerjang benak Zarkani (nama disamarkan). ”Sudah matikah ayahku? Bila sudah, di mana kuburnya?” Zarkani terus bertanya kepada siapa saja yang ia temui. Hingga sebelum dua tahun lalu, tanya itu masih nyaring terdengar. Kini, Zarkani entah ke mana.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo